• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 28 Maret 2024

Opini

Spiritualitas Sosial Keagamaan Masyarakat Chile

Spiritualitas Sosial Keagamaan Masyarakat Chile
KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU masa khidmah 2010-2015 dan 2015-2021. (Foto: Istimewa)
KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU masa khidmah 2010-2015 dan 2015-2021. (Foto: Istimewa)

Oleh KH Ahmad Ishomuddin 

Chile, negara kecil di Amerika Selatan yang saya kunjungi dalam beberapa hari pada akhir tahun 2022 ini, kita maklumi sebagai negara yang penduduknya mayoritas beragama Katolik Roma.

 

Informasi tentang prosentase jumlahnya sepertinya simpang siur, tidak didasari oleh data statistik yang valid. Demikian juga jumlah penganut Islam, berapa prosen mereka tidak juga jelas, ada yang menyebut 0,1%, ada juga yang menyebut bahwa jumlah kaum Muslim hanya 0,2 % saja.

 

Yang pasti jumlah kaum Muslim di Chile amatlah kecil, hanya minoritas. Kalau kita tanya tentang jumlahnya, angkanya berubah-ubah, jadi tidak jelas. 

 

Minoritas Muslim di Chile terlihat hidup sangat nyaman, tidak ada gangguan, tidak ada diskriminasi, dan untuk menjalankan ibadah dan ekspresi keberagamaan itu bebas. Chile memang didominasi oleh kultur Katolik yang kuat, karena masyarakatnya berpegang teguh pada prinsip nilai.

 

Namun, realitasnya kini penganut Katolik di Chile semakin jauh dari agama, menjauh dari otoritas gereja dengan jarak yang amat ekstrim. Sebenarnya spirituality itu menjadi sesuatu yang tetap mereka cari, baik secara individual maupun secara kultural. Walaupun kultur Katolik juga masih kuat, gereja-gereja masih banyak, tetapi otoritasnya semakin jauh menurun.

 

Kepercayaan masyarakat itu, misalkan kita mau bertanya kepada teman-teman penduduk lokal di Santiago de Chile, kapan terakhir pergi ke gereja, mau tidak ke gereja, maka jawaban mereka itu, hampir tidak ada yang mau.

 

Di Chile, justru misionaris Katolik beberapa berasal dan asli dari Indonesia yang dibutuhkan masyarakat yang mayoritas beragama Katolik. Karena mereka merasa butuh akan trust dan credibility.

 

Di Chile masalah sekulerisme, Katolik, atheis dan skeptic semakin lama grafiknya semakin menaik, meski berdasar statistik yang tidak jelas. Itu bisa dilihat dari adanya gejala. Saat terjadinya krisis sosial 2019, banyak gereja dibakar, patung-patung Yesus dimusnahkan. Pelakunya tiada lain para demonstran yang pasti orang -orang Chile. 

 

Di Chile pemegang otoritas gereja dan negara/pemerintah terlibat persaingan politik. Dilihat dari perspektif ideologi kira-kira ada pihak kiri dan kanan yang dapat dibedakan dan dikenali dari karakteristiknya masing-masing. Kiri itu lebih cenderung melawan tatanan, mementingkan kesetaraan, anti terhadap dominasi pemodal besar dan lebih fokus pada social justick.
 

 

Jadi, kiri itu lebih progresif. Sedangkan kanan itu cenderung konservatif, lebih menjaga tatanan, stabilitas, dan friendly kepada pemodal besar, yang penting terprivatisasi. Kanan itu lebih bersahabat dengan otoritas gereja, sebaliknya  kubu yang "kiri" itu sangat kritis kepada otoritas gereja.

 

Dua kubu tersebut bersaing ketat dalam kontestasi politik, kadang kanan yang menang, sedangkan ada pihak kiri yang terkalahkan. Demikian pula sebaliknya, akan tetapi kecenderungannya kurang ekstrim. Mengapa? Ini juga menyangkut persepsi mengenai atheis dan skeptis.

 

Di Chile banyak juga yang agnostik, walaupun percaya Tuhan itu ada, tetapi tidak percaya kepada agama. Sampai dalam tahap di mana seorang calon presiden dalam kampanyenya berani terang-terangan menyatakan:

 

"Saya agnostik, saya tidak percaya pada otoritas agama dan saya tidak menikah dengan pasangan saya!"

 

Ternyata dia yang terpilih dan menjadi pemenang. Ini refleksi yang  menggambarkan secara jelas akan nilai spiritualitas yang dianut mayoritas warga Chile. Penyebabnya tiada lain karena begitu otoritas gereja tergerus, orang tidak lagi mau percaya. Semua itu karena praktek korupsi, kasus-kasus pedofilia dan praktek-praktek jahat lainnya. Sementara kultur di Chile membuka peluang bagi masyarakatnya untuk secara lebih terbuka melakukan kritik dan ketidaksetujuan. Orang-orang Chile terbukti sangat benci kepada pemegang otoritas keagamaan karena penyimpangan moral mereka.

 

Bagaimana dengan minoritas muslim di Chile?

Komunitas Muslim di Chile sangat bagus. Saya berkunjung langsung menemui mereka dan mendengarkan dengan seksama apa yang mereka ceritakan terkait agamanya, sikap keberagamaan mereka dan telah menanyakan bagaimana hubungan mereka dengan orang-orang berbeda di sekitarnya.

 

Kesan saya, bahwa kaum Muslim di Chile bukanlah bagian yang original dari struktur sosial masyarakat di Chile. Sehingga apapun  yang terjadi di Chile, umat Islam tidak menjadi bagian dari masalah, tetapi menjadi bagian dari penyelesaian masalah. Umat Islam itu seharusnya konstruktif, respect full kepada yang lain, yang terpenting yakin bisa menjalankan kebebasan  beragama.

 

Penulis adalah Rais Syuriyah PBNU masa khidmah 2010-2015 dan 2015-2021.


Opini Terbaru