Oleh Muhyiddin
Suatu ketika, dalam sebuah pidatonya, KH Ma'ruf Amin menyebut tiga Bunyamin yang karena ilmu dan pengaruhnya menjadi ikon Tasikmalaya. Ketiga Bunyamin tersebut adalah KH AE Bunyamin (Ketua PCNU Tasikmalaya 1995-2000), Â KH Abun Bunyamin (Pengasuh Pondok Pesantren Cipasung yang juga Rois Syuriah PCNU Kabupaten Tasikmalaya), dan KH Aban Bunyamin (Rois Syuriah PCNU Kota Tasikmalaya).
Dari kursi belakang, seorang pemuda setengah berteriak, "Satulagi Kiai, Yayan Bunyamin." Tentu saja teriakan setengah itu tak terdengar sampai panggung di mana KH Ma'ruf Amin sedang berpidato.
Ajengan Yayan Bunyamin adalah jenis khusus, langka, dan muncul saat semangat zaman membutuhkannya. Hanya masalah usia dan waktu sampai Kang Yayan nantinya akan disebut setarikan nafas dengan tiga Bunyamin di atas.
Kang Yayan tidak hanya menguasai bahasa Arab dan Inggris untuk melahap teks-teks tetapi juga mampu mengartikulasikannya dengan sangat baik, mudah, dan sederhana.
Ia mulai dikenal ketika memberikan pengajian di majelis-majelis lokal Tasikmalaya dan Priangan Timur dan mendirikan Aswaja Center Tasikmalaya. Namanya mulai beredar ketika aktif mengisi kaderisasi Gerakan Pemuda Ansor. Sejak saat itu, setiap akhir pekan baginya adalah jadwal antarkota dari satu kaderisasi ke kaderisasi yang lain. Menjadi makin padat ketika ia digandeng PWNU Jawa Barat menjadi instruktur MKNU. Namun padatnya jadwal, tidak membuatnya lalai membaca.
Penguasaannya terhadap tradisi keislaman yang mendalam, dipadu penguasaan tradisi ilmu-ilmu sosial adalah kelebihannya. Sementara kemampuan logika (mantiq) membuatnya mampu menyederhanakan penjelasan atas persoalan-persoalan yang rumit.
Kemampuan meladeni logical fallacy yang sengaja dibangun oleh pihak-pihak yang berseberangan, membuatnya menjadi top list tidak hanya untuk kaderisasi dan forum-forum diskusi, seminar tetapi juga lebih umum dalam pengajian-pengajian.
Keteguhannya di dalam ber-NU dengan mendengungkan Islam Rahmah, tidak diragukan. Laiknya keteguhan para filosof, ilmuwan, juga ajengan, yang merembet pada keteguhan dalam hal rasa di lidah. Booming kopi murni dengan berbagai variannya seperti kopi Garut, Rancakalong, Manglayang dan lainnya, tidak sedikitpun menggoyahkan keteguhannya pada sebuah merek kopi sasetan.Â
Selain seorang khusus yang menguasai tradisi keislaman dan barat sekaligus serta mampu mengartikulasikannya, Kang Yayan juga seseorang yang mampu mempertemukan Penikmat Kopi Sasetan (PKS) bersama Penikmat Kopi Instan (PKI).
Penulis adalah Sekretaris Media Center PWNU Jabar
Â
Terpopuler
1
Perkuat Tradisi Keilmuan, Pesantren Azzainiyyah dan LBMNU Jabar Kolaborasi Gelar Sekolah Bahtsul Masail
2
Dialog Refleksi Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Tegaskan Peran Strategis Perempuan dalam Pendidikan dan Kepemimpinan
3
Sekda Tasikmalaya Apresiasi Kiprah IPPNU dalam Membangun Generasi Melek Teknologi
4
Meriahkan Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Umumkan Juara Lomba Kreativitas Pelajar se-Kabupaten
5
RMI PWNU Jabar Kritik Kebijakan Gubernur Terkait Penyerahan Ijazah
6
MA Al-Mubarokah Karangmangu Cirebon Tunjukkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning dan Bahasa Inggris dengan Fasih
Terkini
Lihat Semua