Oleh Nasihin
Bencana alam baik itu banjir, longsor, tsunami tak terlepas dari peran air sebagai sumber penggeraknya. Bencana adalah siklus alam yang kemudian dipercepat dengan hilangnya rasa hormat manusia pada alam, keserakahan manusia dengan mengeksploitasi alam dengan rakus akhirnya mengubah tatanan alam dan akhirnya berdampak pada manusia itu sendiri.
Hutan-hutan dijarah dan dialihfungsikan. Sungai-sungai menjadi saluran limbah dan sampah. Serapan-serapan air menjadi beton dan berbagai macam kehancuran ekologi. Pada akhirnya menjadi bencana yang tak bisa dihindarkan. Itulah akibat hilangnya rasa hormat manusia pada alam.
Orang sunda dahulu sangat dekat sekali hubungannya dengan alam di antaranya dengan air, cai atau ci, istilah yang selalu melekat dengan nama-nama daerah seperti Cileunyi, Cibiru, Cikeruh, Cimalaka atau nama daerah dengan penamaan ranca, seke, andir, curug, situ dan yang lainnya. Maka tak heran jika di beberapa daerah masih diadakan acara ruwat cai atau ngarajah cai. Hal itu di dilaksanakan untuk memelihara air dari hulu sampai hilir jangan sampai ketika air tidak diperlakukan dengan baik akan menjadi sebab bencana seperti sekarang.
Masyarakat dahulu penuh dengan perhitungan mendalam tentang alam, seperti di pegunungan dengan adanya hutan larangan yang tidak boleh diganggu, hutan garapan tempat bercocok tanam dan daerah pemukiman penduduk. Tata letak dan fungsi yang bermuatan filosofi dengan tidak mengubah dan merusak fungsi tanah dan lingkungan. Rumah panggung di antara kearifan lokal yang ramah lingkungan selain dari bangunan yang me minimalisir akibat bencana, baik itu gempa ataupun banjir. Bangunan yang tinggi memfungsikan tanah bawah rumah sebagai serapan air dan struktur kayu atau bambu yang disambung tanpa paku memungkinkan mengikuti goyangan gempa.
Saat ini yang terjadi adalah degradasi etika kearifan lokal, karna budaya-budaya lokal yang menghormati alam sudah ditinggalkan bahkan cenderung di buang karna dianggap tidak relevan, padahal kebiasan orang dahulu adalah didikan tentang mitigasi bencana yang di balut kesakralan dan mitologi.
Ketua MWCNU Lesbumi Cileunyi
Terpopuler
1
Haul ke-96 Eyang Santri, Ulama dan Negarawan dari Trah Mangkunegaran, Digelar di Puncak Gunung Salak
2
Doa Perjalanan Pulang Usai Menunaikan Ibadah Haji
3
Dari Hafal Alfiyah hingga Mendirikan Pesantren Cipasung, Keteladanan Abah Ruhiat Diharapkan Jadi Inspirasi
4
Inilah Daftar Kandidat sekaligus Nomor Urut Calon Ketua PKC dan Kopri PMII Jawa Barat Masa Khidmat 2025-2027
5
Jelang Konkoorcab XXI, PMII Jabar Gelar Pengambilan Nomor Urut hingga Pemaparan Visi-Misi Kandidat
6
Menag Tegaskan Tak Ada Pembahasan Resmi dengan Arab Saudi soal Pengurangan Kuota Haji 50 Persen
Terkini
Lihat Semua