Ngalogat

Facebook, Pengetahuan, dan Realita Sosial Masyarakat

Kamis, 22 Juli 2021 | 19:08 WIB

Facebook, Pengetahuan, dan Realita Sosial Masyarakat

Ilustrasi: NU Online

Oleh Sri Melynda

Dibandingkan dengan membaca buku, sejujurnya saya lebih menyukai membaca posting-an Facebook. Membaca status orang dan link-link berita, artikel ataupun sejenisnya yang selalu singgah di beranda. Pun ketika ditanya 

"Kamu suka baca apa?" 

Jelas dan tegas saya berkata suka membaca status, ini adalah sebuah perkataan yang 100% jujur tanpa ada celah kebohongan setitik jarum sekali pun. 

Kadang ketika saya mengatakan ini, respons orang-orang terlihat dari gestur, ucapan mengatakan sebuah ketidakpercayaan. 

Terkadang diantaranya menimpali: 

"Di Facebook banyak hoax-nya." 

"Facebook media tidak bisa dipercaya."

"Isi Facebook berita curhatan orang tidak jelas," dan lain-lain yang menyudutkan eksistensi Facebook sebagai media tanpa pengetahuan.

Bagi saya pribadi Facebook adalah sebuah gudang pengetahuan. Kita bisa menghindari hal-hal di atas dengan mem-filter apa-apa saja yang seharusnya tampil di layar beranda sesuai dengan apa yang dikehendaki. Saya pribadi sangat selektif dalam memilah dan memilih orang-orang untuk berkawan di Facebook sendiri. Sebelum meng-add atau mengkonfirmasi pertemanan saya selalu memeriksa isi akun orang bersangkutan. 

Apakah akan membawa kebaikan atau kemudharatan melalui posting-an yang ia unggah. 

Mengikuti akun orang-orang berilmu terutama orang NU adalah salah satu jalan memperoleh pengetahuan. Saya, melalui NU Online dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa dalam hal menulis sehingga tidak ada keraguan untuk meng-add, isi akun-akun beliau ini memberikan sebuah manfaat sebagai bahan pengetahuan.

Pun selain itu, meng-add orang-orang NU daerah sendiri adalah kewajiban yang harus dilaksanakan. Selain untuk menilik ilmu, ini adalah adalah titah pimpinan redaksi untuk meng-add atau mem-follow orang-orang NU dengan maksud dan tujuan dapat mendapatkan bahan pemberitaaan ataupun tulisan sehingga dapat dimuat di NU Online sendiri. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Saya termasuk orang yang tak ragu untuk mengklik link apabila ada judul menarik. Mem-follow akun NU Online adalah sebuah keniscayaan karena media ini memberikan banyak sekali konten menarik dan berilmu seputar keislamaan. 

Di NU Online Jabar khususnya saya memiliki penulis favorit yang ketika judul muncul saya bisa tebak, pasti ini tulisan beliau. Ya karena siapa lagi yang akan membuat judul semenarik beliau ini. 

Rasanya saya tak perlu menyebutkan nama, biarlah menjadi rahasia. Dengan meng-add orang-orang yang memiliki kapasitas keilmuan, terkadang secara tidak sengaja akun kita akan tersambung dengan orang lain, temannya teman dan sangat sayang dilewatkan apabila akun tersebut memiliki posting-an menarik. Sehingga harus di-add.

Akun-akun lain yang saya percayai untuk memberikan informasi selain itu adalah Mubadallah.id, Konde.co, Mojok.co, Tirto.id, mongabay, ini adalah sebuah gudang artikel (tulisan) yang sangat memberikan manfaat. Tentu masih banyak lagi akun dan fans fage yang banyak memberikan pengetahuan namun tak sempat saya tuliskan. 

Akun-akun berita dan pemerintah tak luput menjadi perhatian. Sejujurnya dalam hal ini saya tidak terlalu tertarik untuk mengklik link berita, tetapi lebih tertarik untuk membaca komentar masyarakat. Terutama di akun pemerintah, sebut saja akun presiden atau gebernur kita, curhat dan keluh kesah masyarakat selalu tumpah memenuhi kolom komentar. Tak peduli  apa yang beliau posting. Doa, harapan, keluh kesah, meminta tolong, marah dan kecewa, kondisi jalan, kondisi desa semuanya tersaji di kolom komentar pemerintah. Masyarakat seakan berharap barangkali komentarnya dilihat dan dibaca oleh pemilik akun.

Saya contohkan, posting-an Pak Ridwan Kamil. 

"Bansos, BOR rumah Sakit dan Pedoman Idul Adha" 

Dari judul ini adalah posting-an informasi, namun komentar dipenuhi oleh curhatan masyarakat. Salah satunya disampaikan akun berinisial BA ia berkomentar 

"Saya buruh bangunan yang lahir dan tinggal di Jawa Barat selama corona alhamdulillah cuma dapat bantuan masker satu biji itu aja dikasih desa. Kalo bantuan berupa uang mah malah mayoritas orang-orang mampu kalo nggak percaya silakan pak Ridwan Kamil cek lapangan"

Komentar itu adalah satu dari 700 lebih komentar yang mengadu keluh kesahnya kepada Gubernur. 

Facebook bagi saya bukan hanya sebatas media update status, namun lebih dari itu. Saya mendapat pengetahuan sekaligus dapat melihat realitas sosial dari posting-an maupun komentar masyarakat di akun berita maupun pemerintahan. Media sosial kita terutama Facebook bermanfaat apabila kita mampu mem-filter apa-apa saja yang dikehendaki.

Penulis adalah Ketua PC Kopri PMII Kabupaten Kuning dan jurnalis NU Online Jabar