• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Uskup Yanuarius Apresiasi ASEAN IIDC: Dialog yang Tepat di Tengah Pluralisme dan kompleksitas Dunia 

Uskup Yanuarius Apresiasi ASEAN IIDC: Dialog yang Tepat di Tengah Pluralisme dan kompleksitas Dunia 
Uskup Papua Mgr Yanuarius Teofilus Matopai You (Foto: NU Online)
Uskup Papua Mgr Yanuarius Teofilus Matopai You (Foto: NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Uskup Papua Mgr Yanuarius Teofilus Matopai You mengapresiasi gelaran ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 atau dialog antaragama dan antarbudaya di tingkat Asia Tenggara.


Ia menilai, forum dialog yang diinisiasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini sebagai sikap dan pilihan tepat di tengah kompleksitas dunia saat ini. 


Sebab ASEAN IIDC digelar dengan melibatkan semua pihak di kawasan ASEAN dan Indo Pasifik untuk memfasilitasi serta membangun konsensus mengenai nilai-nilai bersama.


Salah satu strategi itu adalah dengan memobilisasi para pemimpin budaya dan agama yang berpikiran sama di seluruh Asia, Asia Selatan dan Tenggara. Selain itu, forum ASEAN IIDC ini juga dapat mendorong apresiasi baru terhadap prinsip-prinsip dan penghormatan terhadap pluralisme yang menjadi ciri khas kawasan ini.


"Di tengah pluralisme dan kompleksitas dunia saat ini, dialog menjadi pilihan dan sikap paling tepat. Melihat tanda-tanra zaman, gereja semakin menyoroti dialog antaragama sebagai elemen penting dari misi gereja saat ini," ucap Mgr Yanuarius dalam Forum ASEAN IIDC 2023 di Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Senin (7/8/2023).


Sebagai pemimpin gereja, ia mengaku telah belajar dari pertemuan antara Santo Fransiskus dari Asisi dengan Sultan Al-Malik Al-Kamil pada 800 tahun yang lalu. 


Pertemuan semacam itu kemudian disegarkan oleh bertemunya Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Grand Syekh Ahmad Ath-Thayyib pada 2019. 


Lalu sebagai seorang pemimpin agama di Papua, Yanuarius mengaku tengah fokus pada dimensi komunikatif dari aksi tanpa kekerasan, serta dialog sebagai jalan dan awal dari pencarian solusi, bukan tujuan akhir.


"Sejarah menunjukkan bahwa kekerasan belum mampu menyelesaikan konflik Papua, itu hanya menambah jumlah korban dan memperburuk masalah. Penyelesaian konflik Papua secara damai sangat dibutuhkan untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut," jelasnya.


Ia menyebut ada dua macam pendekatan dialog yang dilakukan para pemimpin agama di Papua saat ini, yakni secara eksternal dan internal.


"Dalam dialog eksternal, pengembangan SDM Papua didorong melalui upaya membangun perdamaian dan menciptakan stabilitas keamanan melalui tiga pilar yaitu tokoh adat, pemerintah, dan gereja," katanya.


Sementara secara internal, Yanuarius terus menggandeng persekutuan gereja-gereja Papua dengan agama-agama lain. Tujuannya untuk bersama berusaha menciptakan perdamaian di tanah Papua. 


"Kami ingin mengucapkan terima kasih atas konferensi yang mendukung toleransi, rasa hormat, pemahaman antaragama dan antarbudaya ini. Dialog sangat penting dalam mendorong pertukaran gagasan yang konstruktif di antara kita," katanya. 


Ia berharap, dialog yang dilakukan dalam suasana saling menghormati akan sangat signifikan memajukan upaya untuk mempromosikan perdamaian di Asia Tenggara dan Indonesia, termasuk Papua.
 


Nasional Terbaru