• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Nasional

TOT MKNU, Upaya Menuju Kesepakatan

TOT MKNU, Upaya Menuju Kesepakatan
Peserta TOT MKNU ketiga PWNU Jabar di Asrama Haji Kota Bekasi (Foto: NUJO)
Peserta TOT MKNU ketiga PWNU Jabar di Asrama Haji Kota Bekasi (Foto: NUJO)

Oleh Yahya Anshori
Dipimpin Rais Syuriyah PBNU KH. Dr. Mujib Qolyubi, kami melantunkan sholawat bersama-sama, dilanjutkan dengan lantunan do’a. Setelah 14 ajang MKNU (Madrasah Kader Nahdlatul Ulama) yang saya ikuti, di kesempatan ToT MKNU ke-18 PBNU atau ke-3 PWNU Jabar, ini ada sesuatu yang berbeda yang saya rasakan. Haru bercampur bahagia. Saya mampu membayangkan kehadiran para muassis bersama-sama kami. Terasa pula seakan Rasulullah SAW melihat kami berdo’a. Tak terasa air mata membasahi pipi, membayangkan mahluk paling mulia, Rasulullah Muhammad SAW bersama kami.

Menjadi instruktur bagi kader NU, bukanlah pekerjaan mudah. Kader NU yang mengikuti pelatihan itu beragam latar belakangnya. Ada yang pelajar, mahasiwa, profesional bahkan tidak sedikit dari mereka adalah ustadz dan kiai pengasuh pesantren. Seorang instruktur harus menanamkan keyakinan bahwa kerjanya didukung oleh para muassis NU. Dengan limpahan barokah mereka, dan izin Allah, keyakinan dan kepercayaan diri itu akan muncul. Inilah salah satu upaya untuk meneruskan estafet perjuangan para ulama pendahulu itu. MKNU merupakan cara untuk menyampaikan cita-cita luhur para pendiri NU kepada para kader calon pengurus NU di berbagai tingkatan.

Sebagai orang biasa, saya senang sekali bisa kumpul dengan para ajengan dan kiai se Jawa Barat di Asrama Haji Bekasi selama dua hari, Senin-Selasa, 18-19 Oktober 2021. Kami banyak berbagi informasi tentang kekhasan daerah masing-masing. Banyak tambahan trik dan materi yang kami dapat sebagai tambahan bekal di ajang MKNU yang akan kami selenggarakan. Dengan TOT ini, kami berharap pelaksanaan MKNU makin massif dengan kualitas yang semakin terjaga. Setelah sukses melaksanakan MKNU berbasis MWC, kami otpimis dapat melanjutkan MKNU berbasis ranting.

Dari Tim PBNU hadir Dr Endin Aj Soefihara, KH Mujib Qolyubi, H Sulthonu Huda, Suwadi D Pranoto, dan Tim Teknis yang dipimipin Syaiful Bahri. Dari Tim PWNU Jabar hadir H Deden Zaenal Mubarok, H Asep S Abdillah, H Dasuki, Iing Rohimin, dan KH Yayan Bunyamin.

“Jika bisa dilaksanakan sampai ke tingkat ranting, MKNU ini akan melebihi pelatihan kader partai politik,” ujar Direktur Media Center PWNU Jabar Iip Yahya. “Apalagi kehadiran peserta MKNU lebih berdasar pada panggilan jiwa, kehendak untuk berkhidmah di NU,” lanjutnya.

“Betul sekali,” tutur KH Yayan Bunyamin. “Dengan mengikuti MKNU, pengurus di tingkat ranting akan memiliki bekal mental dan materi dalam menjawab tantangan kelompok yang menyerang NU,” sambung instruktur idola itu.

Kepala MKNU Dr KH Endin AJ Soefihara seperti biasa tampil memukau. Sekalipun sudah sering menyimak paparannya, saya tetap menikmati pilihan diksi dan intonasinya dalam menjelaskan materi. Pengalamannya yang kaya dan perjalanan aktivismenya yang panjang, membuat Bang Endin tak pernah kehabisan tamsil. Pemahamannya sangat mendalam atas sistem politik berbagai negara besar.

“Di Republik Rakyat China yang hanya memiliki satu partai, yaitu Partai Komunis China, terdapat Sekolah Politik. Sekolah ini hanya mengajarkan empat hal; doktrin, reformasi, globalisme, dan keorganisasian.”

Lalu dengan rinci ia menjelaskan satu per satu mengenai empat hal tersebut. Di ujung penjelasan, barulah ia menukik menjelaskan mengapa MKNU itu penting untuk para kader yang akan menjadi pengurus NU.

Dengan mengambil perumpamaan global itu, tampak Bang Endin ingin mengangkat moral dan marwah peserta MKNU. Bahwa mereka tidak kalah pentingnya dengan kader partai dan organisasi manapun.

“Yang paling sulit di NU itu adalah mencapai kesepakatan. Jika warga NU sepakat, 102 juta anggotanya bisa memilih presiden RI dengan memejamkan mata,” paparnya. 
Menurut Bang Endin, apa yang sudah diputuskan dalam rapat, belum tentu dilaksanakan di lapangan. MKNU, menurutnya, merupakan upaya agar warga NU melalui pengurusnya, dapat berdisiplin pada apa yang sudah diputuskan dalam organisasi. Kesepakatan ini sangat mudah diucapkan tetapi luar biasa sulit untuk diwujudkan. 

Saya coba melihat sekilas wajah para peserta dari 27 cabang yang hadir. Nyaris tak ada yang mengantuk, padahal waktu sudah menunjukkan jam 23.00 WIB. Saya menyadari betapa pentingnya kualitas instruktur MKNU. Sekalipun materinya berat, tetapi karena disampaikan dengan menarik, akan membuat peserta bertahan dan tetap bergairah.

Dengan mengikuti TOT ini, dan rencana pelaksanaan MKNU yang lebih berkualitas, semoga saya dan seluruh peserta dapat digolongkan sebagai santrinya Mbah Hasyim Asy’ari. Amin.

Penulis adalah peserta TOT MKNU PWNU Jabar asal Indramayu.


Editor:

Nasional Terbaru