• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Nasional

Rektor Uninus: Jadi Penutur Bahasa Sunda Harus Kita Syukuri sebagai Nikmat Allah

Rektor Uninus: Jadi Penutur Bahasa Sunda Harus Kita Syukuri sebagai Nikmat Allah
Rektor Universitas Islam Nusantara (Uninus) H Engkus Kuswarno.
Rektor Universitas Islam Nusantara (Uninus) H Engkus Kuswarno.

Bandung, NU Online Jabar
Peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu terkait seorang Kejati yang mendapat kecaman dari salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang menggunakan bahasa Sunda mendapatkan respon dari Rektor Universitas Islam Nusantara (Uninus) H Engkus Kuswarno.

 

Ia mengungkapkan, bangsa Indonesia memiliki 718 bahasa daerah yang diakui dalam konstitusi negara sesuai pasal 32 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: " Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional."

 

Engkus mengutip firman Allah surat Ar-Rum ayat 2:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ - ٢٢

 

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”

 

dan Surat Ibrahim ayat 4:

 

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهٖ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۗ

 

Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya.”

 

Menurutnya, berdasarkan 2 ayat itu menunjukkan betapa Allah sangat menghargai bahasa sebuah kaum yang berbeda-beda ini. Hal itu tiada lain karena Allah pulalah yang menciptakan manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku.

 

Ia menegaskan, Perbedaan itu bukan untuk saling menjelek-jelekkan, tapi untuk saling mengenal dan menghormati. 

 

“Saya sebagai sebagai orang Sunda otomatis menjadi penutur bahasa Sunda. Bahasa Sunda menjadi bahasa ibu saya,” tegasnya pada Kamis (20/1).

 

Pria yang merupakan kelahiran asal Garut ini menambahkan, menjadi seorang penutur bahasa Sunda adalah takdir Allah yang tak bisa ditolak karena kita tak diberikan pilihan. Negara bisa pindah, rumah bisa pindah, tapi kita tak bisa pindah menjadi etnis lain. 

 

Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengatakan bahwa menjadi penutur bahasa Sunda seharusnya dijadikan sebagai syukur nikmat atas amanah yang diberikan oleh Allah SWT.

 

“Mensyukuri nikmat itu dengan mencintai, mempertahankan dan menggunakan bahasa Sunda tersebut tanpa harus menjelekkan bahasa yang lain. Dan jika kita tidak mensyukurinya berarti kita kufur nikmat,” jelasnya.

 

Dengan demikian, dalam konteks kehidupan bernegara, siapapun orangnya, pejabat atau rakyat, kaya atau miskin, harus menghormati bahasa orang lain. Jika menghina bahasa orang lain berarti menghina penuturnya. 

 

“Tapi kita juga sebagai penutut bahasa yang baik, harus memaafkan jika orang yang menghina itu meminta maaf,” pungkasnya. 

 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Nasional Terbaru