• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Nasional

Rais 'Aam PBNU Jelaskan Peran Perempuan di Balik Suksesnya Seseorang 

Rais 'Aam PBNU Jelaskan Peran Perempuan di Balik Suksesnya Seseorang 
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar. (Tangkapan layar TVNU)
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar. (Tangkapan layar TVNU)

Bandung, NU Online Jabar
Di balik kesuksesan setiap orang ada banyak faktor yang mendukungnya. Salah satu faktor pendukung tersebut diantaranya adalah peran seorang perempuan. Hal demikian disampaikan Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar saat mengisi tausiah di hadapan para peserta kongres XVI Fatayat NU, Palembang pada Sabtu (16/7/22). 

 

Kiai Akhyar mengatakan, bahkan kesuksesan tokoh-tokoh besar Islam seperti Imam Syafi’i, Imam Malik dan tokoh-tokoh ulama serta para mujahid lainnya terdapat peran perempuan di belakangnya atas perjuangan, semangat, dan dorongan yang merupakan kontribusi besar dari peran seorang perempuan. 

 

“Kalau kita mendengar ada seseorang yang berhasil, sukses, karirnya cemerlang. Jangan ditanya dia putra siapa, tapi tanyalah ibunya siapa?,” tuturnya. 

 

Pimpinan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya ini juga menegaskan bahwa Islam sejak dari dulu menempatkan seorang perempuan pada kedudukan yang mulia. Bahkan, di dalam Al-Qur’an sendiri pun tidak terdapat nama Surat Ar-Rijal (Laki-laki). 

 

“Di Qur’an sendiri terdapat Surat An-Nisa (perempuan), kita tidak temukan di Al-Qur’an Surat Ar-Rijal misalnya, ndak ada,” jelasnya. 

 

Kongres XVI Fatayat NU

Di momen yang sama, Kiai Akhyar mengajak peran para perempuan khususnya di kalangan Fatayat NU sebagaimana dengan tema yang diusung yakni ‘Bangkit Bersama Berdaya Bersama’ untuk bersama berperan dalam memanfaatkan bonus demografi yang diperkirakan puncaknya akan terjadi di 2035 mendatang. 

 

Bonus demografi sendiri merupakan sebuah fenomena saat penduduk usia produktif jumlahnya sangat banyak. Artinya bahwa pada kurun waktu tersebut kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun) dibanding usia non produktif. 

 

Kiai Akhyar mengatakan, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan jumlah anggotanya yang mencapai 75% dari populasi Muslim di Indonesia harus ikut berperan dalam pemanfaatan bonus demografi ini. 

 

“Cuman pertanyaannya sekarang, dengan jumlah yang begitu besar apa produk-produk yang telah dihasilkan, apa hasil yang telah diperbuat oleh Nahdliyin-Nahdliyat dengan jumlah yang begitu besar?,” katanya. 

 

Terlebih, lanjutnya, NU sedang menuju satu abad dalam usianya. Yang mana menurutnya ini adalah abad peralihan dan penyegaran kembali semangat perjuangan. 

 

“Kalau usia produktif ini betul-betul mencapai 75%, tugas-tugas pendampingan dari segi spiritualnya tidak seimbang maka kita akan khawatir jangan-jangan bonus demografi ini justru menjadi bencana demografi,” pungkasnya.

 

Pewarta: Agung Gumelar


Nasional Terbaru