• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Nasional

Kisah Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya Nyantri kepada Kiai secara Tersembunyi 

Kisah Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya Nyantri kepada Kiai secara Tersembunyi 
Asep Sunandar Sunarya (Foto: https://investor.id/)
Asep Sunandar Sunarya (Foto: https://investor.id/)

Bandung, NU Online Jabar
Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya tidak pernah menuntut ilmu dengan tinggal di pesantren secara khusus, tapi kalau mendengarkan pentas wayangnya, maka akan ditemukan kisah dan penuturan yang sarat dengan nilai-nilai agama. Kadang ia mengutip ayat Al-Qur'an, hadits Nabi, dan qaul ulama. Dalam beberapa kesempatan ia juga mengisi pengajian sebagaimana umumnya penceramah.  

Hal itu diungkapkan Dadan Sunadar Sunarya pada Guar Budaya Pasal Kalima, Heureuy jeng Putra Ajengan yang ditayangkan NU Jabar Channel, Jumat malam pukul 19.00. 

Asep Sunandar Sunarya, kata Dadan, mendapatkan ilmu agama dengan cara bergaul bersama para ajengan, pemimpin pondok pesantren, dan penceramah.  

“Kaget upami pun bapa disebat ajengan,” ungkap Dadan Sunandar Sunarya yang merupakan putra dari Asep Sunandar Sunarya ketika Soni Bebek, host Guar Budaya, menyebut ayahnya sebagai ajengan. 

Dadan Sunandar Sunarya sempat mengklarifikasi bahwa bapaknya adalah dalang, tapi kalau ada orang yang memanggilnya ajengan, ia tak akan mempermasalahkannya karena itu hak yang memanggilnya. 

Da pun bapa teh kapungkur, istilahna mah beurat disebut ajengan teh, anu kedah legok tapak genteng kadek dina masalah kaelmuan agamana," jelas Dadan.

Baca: Ketua Lembaga Takmir Masjid PWNU Jabar Ini Ternyata Kolektor Wayang

Menurut Dadan, ayahandanya tidak pernah mengaku sebagai ajengan karena menurutnya, panggilan itu sangat berat disandang. Seorang ajengan harus memiliki keilmuan mendalam atau luas. 

Nya pun bapa, kapungkur ieu mah sok sasauran ‘dewek mah masantren ge henteu, disebut ajengan timana? ngan ieu mah nu karasa nu katempo nu diomongkeun teh, teu karasa teu katempo mah teu wani dewek oge,” jelasnya.  

Jadi, Asep Sunandar Sunarya saat pementasan dalang hanya menceritakan apa yang dirasakan dan dilihatnya. 

Meskipun tidak pernah tinggal di pesantren, menurut Dadan, ayahandanya adalah seorang pembelajar sepanjang hidupnya, termasuk belajar ilmu agama sebagai bahan saat pementasan dan hidup kesehariannya dengan cara bergaul dengan ajengan-ajengan, sepuh-sepuh keagamaan serta kiai pemimpin pondok pesantren.

Suatu ketika, saat Dadan masih duduk di bangku SMA, sekitar tahun 1990-an, ayahnya pernah mengajak ke sebuah pesantren di Sukabumi, sebuah pesantren yang jauh dari pusat kota. Mereka berdua berangkat ke pesantren itu dengan sebuah kendaraan. Dadan sebagai sopirnya. 

Sampai di gerbang pondok pesantren, ayahnya menyuruh Dadan untuk datang ke rumah kiai terlebih dahulu memastikan keberadaannya. Kebetulan sang kiai sedang berada di kediamannya, di kompleks pondok pesantren itu. 

Kemudian Dadan bersama ayahnya bertamu kepada kiai itu tanpa menjelaskan asal-usul dan profesinya. Pada saat itu, Dadan menjadi saksi sang ayah bertanya dan membahas ilmu agama dengan ajengan itu. 

Naha, asa mindeung panggih. Dalang nya?” ucap Dadan menirukan tebakan ajengan itu kepada ayahnya yang nyantri secara tersembunyi.

Dikonfirmasi selepas acara itu, menurut Dadan, ayahnya melakukan hal itu tidak hanya kepada seorang ajengan. 

Guar Budaya adalah sebuah program kerja sama Lesbumi NU dan Media Center PWNU Jawa Barat yang tayang tiap Jumat malam pukul 19.00. Tayangan yang dikemas secara santai dan penuh candaan itu diiringi musik kacapian Kodel's and Balad. 

Program dengan produser Dadan Madani tersebut, sampai saat ini telah memasuki 6 seri dengan ragam bintang tamu. Bintang tamu seminggu sebelumnya adalah Doel Sumbang, seorang pemusik, putra dari penceramah kondang, Abah Kabayan. 

 

Pewarta: Abdullah Alawi 
 


Nasional Terbaru