Nasional

Gus Yahya: Kemanusiaan Tidak Boleh Kalah, Jangan Korbankan Hak Warga Palestina atas Tanah Air Mereka

Jumat, 11 April 2025 | 16:00 WIB

Gus Yahya: Kemanusiaan Tidak Boleh Kalah, Jangan Korbankan Hak Warga Palestina atas Tanah Air Mereka

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menyatakan dukungan terhadap komitmen Indonesia dalam membantu Palestina. Namun, ia menegaskan bahwa usulan relokasi warga Gaza ke Indonesia harus melalui pertimbangan yang matang agar tidak mengorbankan hak-hak dasar mereka, terutama hak atas tanah air.


“Saya memahami pernyataan Presiden Prabowo tentang warga Gaza itu sebagai initial statement of goodwill, yang intinya adalah komitmen dan kesediaan Indonesia untuk berkontribusi apapun yang mungkin untuk menolong Palestina,” tulis Gus Yahya melalui akun Instagram-nya, Jumat (11/4/2025).


Menurutnya, langkah tersebut belum merupakan keputusan final, melainkan sinyal awal dari upaya diplomasi dan negosiasi internasional yang panjang dan kompleks.


“Yang akan terjadi selanjutnya adalah proses-proses negosiasi yang berliku. Setelah penghancuran, siapa yang bertanggung jawab untuk pemulihannya kembali? Apa bentuk tanggung jawabnya? Bagaimana mekanismenya? Semua itu adalah pembicaraan yang harus dituntaskan,” jelasnya.


Gus Yahya menggarisbawahi bahwa membantu Palestina bukan hanya soal menyelamatkan mereka dari kondisi sekarang, tetapi juga memastikan bahwa mereka tetap memiliki masa depan di tanah air mereka sendiri.


“Setiap orang yang melihat gambar anak-anak Gaza pasti terdorong untuk membawa mereka dan menyediakan pengasuhan yang layak. Tapi bagaimana dengan jaminan bahwa mereka tidak akan kehilangan Tanah Air? Di situlah kerangka kerja multilateral menjadi mutlak,” ujarnya.


Ia pun mengapresiasi sikap Presiden Prabowo yang menyebut perlunya “persetujuan semua pihak” sebagai bentuk komitmen Indonesia terhadap penyelesaian konflik secara multilateral.


“Itu berarti bahwa Pemerintah Indonesia tetap berpegang pada prinsip multilateral framework, dan tidak akan melakukan tindakan sepihak,” tegasnya.


Gus Yahya mengajak seluruh pihak untuk memandang persoalan Palestina dari perspektif kemanusiaan yang jernih, bukan hanya didorong oleh emosi.


“Kita memang memendam emosi luar biasa terhadap tindakan-tindakan Israel. Tapi demi kepentingan kemanusiaan, kita harus berpikir dengan kepala dingin untuk menemukan jalan keluar yang paling mungkin dan lebih selamat bagi seluruh umat manusia dan peradaban,” tuturnya.


Ia juga menambahkan bahwa relokasi bukan satu-satunya opsi bantuan. Masih ada banyak cara lain yang bisa ditempuh untuk membantu warga Gaza.


“Apakah 1000 warga Palestina sungguh segera diterbangkan ke Indonesia? Jalan kesana masih berliku. Bahkan bisa saja nantinya justru disepakati cara lain yang lebih baik untuk menolong warga Gaza,” katanya.


Sebagai penutup, Gus Yahya menegaskan pentingnya peran Indonesia dalam perjuangan kemanusiaan global sebagaimana amanat konstitusi.


“Indonesia tidak boleh menyerah dari kewajiban untuk ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, dan dari perjuangan untuk menjadikan nyata bahwa penjajahan di atas dunia dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan,” pungkasnya.