• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Kota Bandung

Komisi HAK KWI Kunjungi PWNU Jabar, Pererat Hubungan Antar Agama dan Diskusikan Wacana Kerjasama Ekonomi

Komisi HAK KWI Kunjungi PWNU Jabar, Pererat Hubungan Antar Agama dan Diskusikan Wacana Kerjasama Ekonomi
HAK KWI bersama PWNU Jabar di Kantor PWNU Jabar
HAK KWI bersama PWNU Jabar di Kantor PWNU Jabar

Bandung, NU Online Jabar
Komisi Hubungan Antar Agama dan Keyakinan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) melakukan kunjungan ke Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat pada Ahad (21/1/24). Rombongan HAK KWI disambut dengan hangat oleh, Wakil Ketua PWNU Jabar, KH Dasuki, dan Wakil Katib Syuriyah, Dr Ramdan Fawzi.

 

Rombongan dari Konferensi Waligereja Indonesia terdiri dari Ketua Komisi HAK (Hubungan Agama & Kepercayaan) KWI Konferensi Waligereja Indonesia Uskup Mgr. Christophorus Tri Harsono dan Sekretaris Eksekutif Romo Agustinus Heri Wibowo. Ada juga dari keuskupan Flores dan Kalimantan. Rombongan didampingi Ketua Komisi HAK (Hubungan Agama & Kepercayaan) Keuskupan Bandung Romo Agustinus Sugiharto OSC.


Dalam pertemuan tersebut, Pastor Yulianus Astanto Adi, yang mewakili HAK KWI, menyampaikan kesan positif terkait keramahtamahan yang diterima. Dalam pernyataannya, Pastor Yulianus mengungkapkan pengalamannya selama kunjungan, termasuk keheranan atas keberagaman di antara anggota NU. 


"Semua yang ada menyalami kami semua, termasuk gadis berkulit putih yang mengundang keheranan saya, anggota NU mempunyai anggota seorang gadis Tionghoa," ujarnya.


Pastor Yulianus juga menyoroti kehangatan dan penerimaan yang ditemui selama berinteraksi dengan anggota NU. Ia membagikan latar belakang keluarganya yang memiliki hubungan erat dengan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, serta mengapresiasi suasana penuh persaudaraan dan keakraban yang diciptakan oleh NU.


“Saya berasal dari keluarga Pancasila (multi agama). Jalur ayah menghubungkan saya dengan saudari-saudari dari Muhammadiyah, sementara dari garis keturunan ibu, sebagian besar berasal dari NU,” terangnya


Pastor Yulianus menuturkan Muhammadiyah dan NU memiliki kekhasan tersendiri yang membedakan keduanya. 


“Dari keluarga Muhammadiyah, saya menemukan keanggunan dan wibawa yang bersumber dari intelektualitas teologis keagamaan. Di sisi lain, dari keluarga NU, saya merasakan kehadiran paklik dengan penampilan sederhana. Saat tertawa, suasana menjadi lepas dan penuh kegembiraan, tanpa beban apapun seperti feodalisme, menjaga citra, atau hal lainnya,” tuturnya.


Berdasarkan penemuan keunikan tersebut, Pastor Yulianus merasa tertarik untuk menyelami karakter NU yang sederhana dan dipenuhi oleh sikap penerimaan.


"Di sinilah saya merasa perlu untuk menjelajah lebih dalam. Orang-orang NU memiliki keahlian dalam menciptakan lingkungan yang dipenuhi oleh penerimaan, persaudaraan, dan keakraban. Ternyata, hal ini juga yang membuat Vanessa, seorang gadis Tionghoa, merasa nyaman datang dan tinggal di kantor PWNU sejak dia masih SMA (saat ini sedang mengejar gelar S-2 Notariat di UI)," ungkapnya.


Pastor Yulianus memaparkan kekagumannnya terhadap NU. Terutama setelah mengetahui penjelasan KH Dasuki terkait pendidikan NU di pesantren yang juga mendalami apa yang oleh Gereja menjadi dasar hidup beriman 


“Kiai Dasuki mengatakan, selain mendalami Al Quran, para santri mendalami apa yang oleh Gereja juga menjadi dasar hidup beriman, yaitu tradisi, apa yang diajarkan oleh Sahabat-sahabat Rasul dan apa yang ditulis dari waktu ke waktu, dengan apa yang disebut Kitab Kuning,” terang Pastor Yulianus


Pastor Yulianus melanjutkan penjelasannya dengan menyoroti kesamaan pendekatan NU dan Gereja dalam menjaga kemurnian ajaran agama. 


"Kiai Dasuki menjelaskan bahwa mereka (santri) yang diserahi tanggung jawab untuk menjaga kemurnian ajaran (Ijma Ulama), sebanding dengan prinsip Magisterium yang dimiliki oleh Gereja Katolik. Khususnya, dalam menghadapi situasi nyata, seringkali menjadi pokok pembahasan apakah yang harus didahulukan, teks atau konteks, sebagai penerapan kaidah keimanan dalam kehidupan sehari-hari," papar Pastor Yulianus


Dalam proses dialog tanya jawab, Pastor Yulianus semakin terkesan dengan NU, terutama ketika Kiai Dasuki menjelaskan bagaimana praktik keimanan dalam NU seringkali sejalan dan sebanding dengan ajaran dan praktik kehidupan umat Katolik. 


Dia merasa yakin dengan apa yang pernah didengarnya, seperti Gus Dur yang diyakini membaca semua Dokumen Konsili Vatikan II, dan pernyataan Mgr. Tri yang menegaskan bahwa banyak anggota NU memahami dan membaca Ajaran Sosial Gereja.


Dialog kami dengan KH Dasuki terhenti ketika jam menunjukkan pukul 12.00 siang. Kami berdiskusi selama dua jam penuh, namun karena mereka memiliki kegiatan lain dan kami juga harus melanjutkan agenda berikutnya, pembicaraan kami pun dihentikan. Poin penting dari diskusi tersebut adalah adanya ajakan untuk bekerja sama dalam bidang ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 


Kota Bandung Terbaru