• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Kota Bandung

Kiai Jadul Ungkap Pentingnya Nalar Kontinuitas dalam Kebudayaan

Kiai Jadul Ungkap Pentingnya Nalar Kontinuitas dalam Kebudayaan
Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula saat membuka acara peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU yang digelar di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). | (Foto: Lesbumi PBNU)
Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula saat membuka acara peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU yang digelar di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). | (Foto: Lesbumi PBNU)

Bandung, NU Online Jabar
Mengusung tema Mencari Pancer Kebudayaan di Tengah Percaturan Ideologi, malam puncak peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023) dibuka oleh Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula. 

 

"Ketika lahir di dunia, ada sedulur 4, 5 pancer, kalau secara alami ada air ketuban ari-ari, darah, dan tali pusar. Ini sedulur 4, pancernya adalah diri kita, kelimanya menjadi satu kesatuan di dalam rahim. Ini 4 saudara dengan satu pancer yang kuat mendefinisikan kemanusiaan kita akan utuh. Itulah harapan kita semua di dalam kehidupan setelah kelahiran,” kata Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula.

 

Diibaratkan dengan kelahiran manusia, ada 4 saudara 1 pancer. Kalau kelimanya tidak menjadi satu kesatuan yang utuh, maka kemanusiaan kita tidak akan sempurna. 

 

“Demikian juga di dalam produksi budaya, kita bisa bertanya, di antara empat daya kreatif: cipta, rasa, karsa dan karya, di manakah pancernya?” kata Kiai Jadul, menjelaskan makna dari tema yang diangkat.

 

Acara kemudian dilanjutkan dengan dengan dialog Kebudayaan, menghadirkan Dirjen Kebudayaan Kemdikbudristek Hilmar Farid, budayawan Taufik Rahzen, seniman Inaya Wahid, serta aktris Christine Hakim. 

 

Dalam paparannya, Hilmar menyampaikan pentingnya nalar kontinuitas dalam kebudayaan untuk merespons berbagai tantangan dunia. Dampak Pandemi COVID-19 dan perubahan iklim yang telah kita saksikan dalam beberapa tahun terakhir membuat nalar tersebut menjadi semakin mendesak untuk diterapkan.

 

“COVID tidak mengenal wacana. Perubahan iklim tidak mengenal konsep-konsep. Dia akan ada terus secara konstan kalau kita tidak melakukan sesuatu. Indonesia, dengan keanekaragaman budaya dan keanekaragaman hayati yang luar biasa, itu anugerah. Tapi sampai saat ini kita masih sibuk berdebat mengenai hal-hal yang mestinya selesai 70, 80 atau 100 tahun lalu,” kata Hilmar.

 

“Pada akhirnya adalah kemampuan untuk mengkonsolidasi, sehingga tugas untuk menjadikan Indonesia sebagai kenyataan kultural bisa terjadi, dan Indonesia bisa melangkah maju sebagai kekuatan kultural. Tanpa itu, kita akan terus maju-mundur dalam kenyataan ekonomi dan politik,” Hilmar menambahkan.


Kota Bandung Terbaru