Kota Bandung

Gusdurian Bandung Peringati Harlah Gus Dur, Dudang Gozali: Sosoknya Harus Jadi Inspirasi Tegaknya Demokrasi dan Keadilan

Ahad, 15 September 2024 | 18:00 WIB

Gusdurian Bandung Peringati Harlah Gus Dur, Dudang Gozali: Sosoknya Harus Jadi Inspirasi Tegaknya Demokrasi dan Keadilan

Peringatan Harlah Gus Dur oleh Gusdurian Bandung di Ponpes Anak Jalanan At-tamur, Cibiru Hilir, Kota Bandung. (Foto: Dok. Pribadi)

Bandung, NU Online Jabar
Abdurrahman Wahid atau biasa akrab disapa Gus Dur, berkat karyanya ia menjadi salah satu tokoh bangsa yang selalu hidup meski sudah wafat sejak 15 tahun lalu. Seperti dalam peribahsa 'gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan loreng, dan manusia mati meninggalkan jasa, karya dan pemikirannya'.


Tepat pada 7 September 1940 lalu, Gus Dur lahir sebagaimana manusia pada umumnya. Semasa hidupnya, sosok Gus Dur ini menjelma sebagai manusia istimewa yang penuh dengan karya khususnya dalam mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara.  


Untuk menghidupkan karyanya, Gusdurian Bandung menggelar peringatatan Harlah Gus Dur, pada Sabtu (14/09). Diisi dengan bedah buku, sebagau refleksi demokrasi yang menjadi perhatian penting Gus Dur selama hidupnya.


Ketua Pelaksana, Ucep Amstrong mengatakan, peringatan Harlah Gus Dur yang digelar di Ponpes Anak Jalanan At-tamur, Cibiru Hilir, Kota Bandung itu merupakan upaya merefleksikan ajaran Gus Dur dengan menghidupkan karya-karnya. 


"Mengisi ruang dialektika Bedah buku berjudul 'Demokrasi Seolah-olah'. Buku tersebut merupakan kumpulan-kumpulan pemikiran Gus Dur terkait demokrasi yang diterbitkan oleh Yayasan Bani Kiyai Haji Abdurahman Wahid," tutur Ucep.


Bedah buku tersebut, kata Ucep, menghadirkan 3 pemateri, mereka adalah Reza Fauzi Nazar sebagai unsur akademisi, Nur Rofiah sebagai unsur Aktivis Jaringan Gusdurian dan Hedi Ardia sebagai unsur birokrasi. 


"Mereka membedah terkait keadaan demokrasi yang semakin terpuruk di rezim ini, demokrasi yang seolah-olah hanya dilakukan prosedurnya saja dan tidak melakukan demokrasi substansial," sambungnya.


Koordinator Gusdurian Bandung, Jamiludin mengatakan bahwa Harlah Gus Dur harus menjadi menjadi khasanah kebersamaan dalam merajut kedamaian.


"Harlah Gus Dur ini sebagai ruang refleksi soal keberagaman, budaya dan kemanusiaan. Karena nilai-nilai itulah yang kemudian menjadi dalil untuk kita hidup bersama penuh kedamaian" Ujar Jamiludin. Karena itu, Hari Lahir (Harlah) Gus Dur penting untuk diperingati sebagai refleksi dari percikan pemikirannya. Diantaranya soal demokrasi yang hari-hari ini mengalami degradasi," kata Jamil.


Pembina Gusdurian Bandung, Prof. Dudang Gozali, menyampaikam Keynote speech. Menurutnya Harlah Gus Dur diharapkan menjadi titik pijak dalam menegakan Demokrasi dan keadilan ekonomi perspektif ajaran Gus Dur.


"Harlah Gus Dur diharapkan menjadi awal untuk merefleksikan ajaran-ajarannya tentang keadilan, baik dalam hal Demokrasi maupun dalam hal ekonomi, kedepannya ingin diadakan diskusi keadilan Ekonomi tentunya perspektif ajaran Gus dur," ujarnya.


Dalam kesempatan yang sama, hadir mewakili Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian Wahyuni Dela Sri. Dalam sambutannya menungkapkan kebanggaannya karena dengan adanya peringatan Hari Lahir Gus Dur ini terjadi dialog lintas iman. 


Dela berharap, sebagaimana pesan yang dititipkan Alisa Wahid selaku Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, penggerak Gusdurian Bandung agar terus berupaya memelihara warisan Gusdur. 


Pewarta: Amus Mustaqim