Oleh: H. Ahmad Zuhri Adnan, M. Pd.
(Ketua LDNU KAb. Cirebon, Pengasuh PP Ketitang Cirebon)
الحَمدُ لِله الَذِي اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي أَرْسَلَهٗ اللٰه تَعالى دَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذْنِهِۦ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Terlebih dahulu, dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah Allah SWT dengan ikhlas, khusyu, lagi penuh tawakkal serta menjauhi larangan Allah SWT dengan penuh kesadaran dan keihlasan. Sholawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Kondisi masyarakat arab sebelum kedatangan Islam dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah yaitu, kondisi yang diliputi kebodohan tentang Allah dan rasulNya, dan bodoh syariat agama. Mabuk-mabukan dan Berjudi, berbangga-bangga dengan nasab, kesombongan dan sejumlah penyimpangan lainnya adalah hal yang biasa dilakukan di masa jahiliyah.
Karakter jahiliyah ini setidaknya ditandai dengan beberapa kondisi antara lain kondisi sosial budaya, kondisi sosial politik dan kondisi agama dan kepercayaan. 1) Kondisi sosial budaya yang paling nyata adalah kebiasaan menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup. 2) kondisi sosial politik ditandai dengan fanatik kesukuan dan berbangga-bangga dengan nasab sehingga resisten dalam perpecahan dan permusuhan. Sementara 3) dari sisi agama dan keyakinan masyarakat Arab sebelum Islam adalah masyarakat yang tidak mengenal agama tauhid sehingga moralitasnya sangat minim. Agama masyarakat Arab sebelum Islam datang adalah paganisme, yahudi dan kristen. Agama pagan menjadi agama mayoritas mereka. Ratusan berhala ditempatkan disekitar ka'bah untuk disembah.
Hadirin hadaniyallah waiyyakum
Ada empat sifat jahiliyah yang diungkap dalam Al-Qura’an dan ada empat yang diungkap dalam Hadits. Semuanya adalah sikap dan karakter bodoh dan mungkar yang dibenci Allah dan harus dijauhi. 4 perkara jahiliyah dalam Al-Qur’an yaitu,
Pertama, zhannul jahiliyah, yaitu anggapan orang munafik bahwa Allah dan Rasul itu dusta. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imran: 154
وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ
“Sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?.” Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah.” (QS. Ali Imran: 154)
Ayat ini bercerita tentang perang Uhud, ketika pasukan kaum muslimin mulai terdesak karena harus menerima tekanan dari dapan dan belakang. Meskipun demikian, Allah berikan ketenangan bagi para sahabat, sampai mereka dibuat ngantuk. Namun berbeda dengan orang munafiq yang terlibat dalam pertempuran itu. Mereka sangat cemas, sangat takut, hingga muncul anggapan tidak benar tentang Allah, Rasul-Nya dan agama islam. Muncul anggapan di benak mereka, jangan-jangan Allah dusta, jangan-jangan yang dijanjikan Muhammad itu palsu. Allah sebut sangkaan semacam ini sebagai dzan jahiliyah.
Kedua, hukmul jahiliyah, yaitu orang yang meninggalkan hukum Al-Quran dan membuat hukum sendiri tanpa menggunakan ilmu. Hal itu diungkap dalam QS. QS. Al-Maidah: 50
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah mereka mau mencari hukum Jahiliyah. Siapa yang lebih baik hukumya bagi orang yang yakin?”
Allah mengkritik manusia yang meninggalkan aturan Allah yang penuh kebaikan dan yang menjauhkan dari berbagai keburukan. Orang jahiliyah menjadikan orang-orang sesat dan bodoh untuk diambil pendapatnya. Al-Hasan Al-Bashri mengatakan:
مَنْ حَكَمَ بِغَيْرِ حُكْمِ اللٰهِ فَحَكَمَ
“Siapa yang berhukum dengan selain hukum Allah, itulah berhukum dengan hukum jahiliyah.”
Ketiga, tabarruj ala jahiliyah, yaitur dandanan seperti orang jahiliyah. Yakni wanita yang menampakkan kecantikan dan keelokan tubuhnya di hadapan laki-laki lain. Sebgaiman dijelaskan dalam QS Al-Ahzab: 33
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ
“Hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan tegakkanlah shalat.”
Disebutkan dalam Tafsir Al-Jalalain (hlm. 433), wanita yang disebut berdandan ala jahiliyah yang pertama adalah berdandan yang dilakukan oleh wanita dengan berpenampilan cantik di hadapan para pria dan ini terjadi sebelum Islam. Sedangkan dalam Islam, yang boleh ditampakkan disebutkan dalam ayat,
وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nuur: 31).
Maqatil bin Hayan mengatakan bahwa yang dimaksud berhias diri adalah seseorang memakai khimar (kerudung) di kepalanya namun tidak menutupinya dengan sempurna. Dari sini terlihatlah kalung, anting dan lehernya. Inilah yang disebut tabarruj (berhias diri) ala jahiliyyah.
Keempat, Hamiyyatil jahiliyah, yaitu Fanatisme golongan dan menolak kebenaran kelompok lain/ sebagaimana termaktub dalam Q. Al-Fath: 26,
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya.”
Ayat di atas menjelaskan perjanjian Hudaibiyah. Orang kafir tidak mau menuliskan bismillahirrahmanirrahim di klausul perjanjian. Mereka juga menolak kalimat, “Muhammad Rasulullah”. Padahal itu semuanya kebenaran. Mereka tolak itu, karena fanatik jahiliyah, yang membuat mereka benci kebenaran. Sifat seperti itu masih terpelihara di zaman sekarang ini. Fanatisme boleh asalkan tidak melemahkan persatua dan tetap mengedepankan toleransi. Hendaklah kita sebagai muslim berpikiran terbuka, mengutamakan persamaan daripada perbedaan, dengan bertasamuh dan saling sayang menyayangi.
Hadirin hadaniyallah waiyyakum
Adapun karakter jahiliyyah yang disabdakan oleh Rasulullah adalah sebagimana diriwayatkan oleh Abu Malik Al-Asy’ari RA,
أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ وَقَالَ: النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ، وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
“Ada empat perkara khas jahiliyah yang masih melekat pada umatku dan mereka belum meninggalkannya: (1) membanggakan jasa (kelebihan atau kehebatan) nenek moyang; (2) mencela nasab (garis keturunan), (3) menisbatkan hujan disebabkan oleh bintang tertentu, dan (4) dan niyahah (meratapi mayit)”
Membanggakan kebiasaan nenek moyang adalah karakter orang-orang jahiliyah. Mereka mempercayai bintang-bintang, pohon-pohon besar, gunung, kuburan, dukun-dukun tukang sihir dll. Di antara mereka bahkan ada yang menyembah bintang. Mereka meyakini ada bintang-bintang tertentu yang membawa keberkahan dan ada pula bintang-bintang tertentu membawa kesialan dan bencana. Yang kedu adalah kebiasaan membanggakan keturunan. Keturunan memang penting, tetapi menjadi bermasalah ketika terlalu membangga-banggakan keturunan (nasab). Tak sedikit orang di dunia ini yang terus larut dalam aliran perasaan membanggakan diri sebagai keturunan bangsawan, keturunan pejabat, kyai, habaib, keturunan orang kaya dll. Tentunya itu bermasalah dengan makna kemuliaan sesungguhnya dalam ajaran slam.
Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, kemuliaan yang sesungguhnya ialah berdasarkan ketakwaan seseorang.
Karakter jahiliyah berikutnya adalah menisbahkan hujan disebabkan oleh bintang tertentu atau peristiwa tertentu. Mereka meyakini bahwa bintang, pohonan, arwah nenek moyang menentukan turunnya hujan. Atau tetap meyakini Allah akan tetapi dia mengaitkan antara turunnya hujan tersebut dengan bintang-bintang tertentu. Maka hal ini merupakan syirik karena telah menisbatkan (mengkaitkan) sesuatu yang merupakan takdir Allah Ta’ala kepada makhluk-Nya yang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Yang terakhir adalah meratapi mayit. Adalah manusiawi ketika kita menagis dan merasa bersedih jika ditinggal orang yang paling kita sayangi.
Namun menagisi mayit dengan cara niyahah (meratapi berlebihan) dilaknat oleh Allah. Rasulullah SAW menyatakan berlepas diri dari umatnya yang gemar meratapi mayit. Diriwayatkan dari sahabat 'Abdullah Ibnu Mas’ud RA bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ، أَوْ شَقَّ الْجُيُوبَ، أَوْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Bukan dari golongan kami siapa yang menampar-nampar pipi, merobek-robek kerah baju, dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (meratap).” (HR. Bukhari no. 1294 dan Muslim no. 103).
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Demikianlah khutbah ini. Semoga kita semua senantIasa dapat menjaga diri kita dari perkara dan karakter jahiliyah yang dapat merusak iman kita. Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua dengan hidayah dan Ridlanya Amin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ , وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Terpopuler
1
Bangkitkan Semangat Wirausaha, Talk Show di Cirebon Ajak Perempuan Muda Jadi Pelaku Ekonomi Mandiri
2
Angkatan Pertama Beasiswa Kelas Khusus Ansor Lulus di STAI Al-Masthuriyah, Belasan Kader Resmi Menyandang Gelar Sarjana
3
PBNU Serukan Penghentian Perang Iran-Israel, Dorong Jalur Diplomasi
4
Kuota Haji 2026 Baru Akan Diumumkan pada 10 Juli 2025, Kemenag Masih Tunggu Kepastian
5
Koleksi Manuskrip Warisan Ulama Sunda, KH Enden Ahmad Muhibbuddin Jadi Rujukan Tim Peneliti Naskah Nusantara
6
Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis
Terkini
Lihat Semua