• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Kabupaten Bandung

Sapa Budaya Desa, Lesbumi PWNU Jabar Luncurkan Program Ngabuburit di Desa

Sapa Budaya Desa, Lesbumi PWNU Jabar Luncurkan Program Ngabuburit di Desa
suasana acara Ngabuburit di Desa bersama Lesbumi PWNU Jabar, Ahad (24/3/24)
suasana acara Ngabuburit di Desa bersama Lesbumi PWNU Jabar, Ahad (24/3/24)

Bandung, NU Online Jabar
Lembaga Seni Budaya Muslimini Indonesia (Lesbumi) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat telah meluncurkan program terbarunya, 'Ngabuburit di Desa', yang akan berlangsung sepanjang bulan suci Ramadhan. 


Program tersebut merupakan bagian dari inisiatif utama Lesbumi Jabar di tahun 2024, yakni 'Sapa Budaya Desa', yang bertujuan untuk mendalami dan merespon warisan budaya di daerah, baik yang bersifat budaya maupun religi, sejalan dengan perkembangan zaman. Sementara kegiatan 'Ngabuburit di Desa', mengusung beragam kegiatan seni dan budaya, termasuk guar budaya, diskusi, serta workshop penampilan karya seni dan budaya.


Acara peluncuran 'Ngabuburit di Desa' dilangsungkan pada hari Ahad (24/3/24) di Aula STAI Bhakti Persada Majalaya. Kegiatan perdananya, berupa 'Talk Show dan Guar Budaya' dengan tema 'Ekologi Spiritual', bertujuan untuk mengangkat isu potensi kelestarian lingkungan hidup di wilayah Kecamatan Ibun.


Sesi talk show ini dipandu oleh Dadan Madani, yang merupakan Ketua Lesbumi Jabar, dengan Lely Mei dari Divisi Ekologi Spritual dan kelestarian lingkungan hidup Lesbumi Jabar sebagai salah satu pembicara. Mereka disambut hangat oleh Nunuh Sutisna, yang dikenal sebagai Manusia Pohon, serta Atep Kustiwa dari kepemudaan dan Ketua Ikatan Alumni STAI Bhakti Persada Majalaya Bandung.


Acara tersebut dibuka dengan sambutan perdana dari Ketua STAI Bhakti Persada Majalaya Bandung, Dr. KH. Agus Nurkholiq, yang menegaskan pentingnya acara tersebut sebagai forum diskusi mengenai ekologi spiritual. 


"Kampus ini terbuka sebagai kampus pencerahan, mengetahui persoalan-persoalan yang banyak, Saya berharap dengan adanya silaturahmi dari Lesbumi Jabar, silaturahmi ini terjalin harmonis bukan sampai disini saja namun berkelanjutan, mampu membahas berbagai persoalan baik sikap, cara pandang, melalui dimensi spiritual yang tinggi,” ujarnya


Sementara itu, Ketua Lesbumi PWNU Jabar, Dadan Madani dalam sambutannya menekankan urgensi agenda ini sebagai inspirasi bagi kampus dalam melakukan perubahan terhadap masyarakat, “Ini menjadi sebuah inspirasi kampus dalam melakukan perubahan terhadap masyarakat, yang dalam kesempatan kali ini melakukan guar budaya melalui topik pembahasan ekologi spiritual,” jelasnya


Lely Mei dalam sambutannya menekankan pentingnya hubungan antara lingkungan, agama, dan peran manusia sebagai pemimpin di bumi


"Spritual ekologi adalah proses berbicara dengan hati, penuh dengan cinta kesadaran di dorong dengan keinginan luhur bahwa kita makhluk manusia sebagai Khalifah di atas muka bumi ini yakni merawat jagad membangun peradaban," terangnya


​​​​​​​Lely Mei juga memberikan contoh konkret mengenai praktek ekologi spiritual dalam kehidupan sehari-hari, seperti menanam benih dan membuang sampah dengan bijak.


​​​​​​​Nunuh Sutisna, yang lebih dikenal sebagai Ayah si Manusia Pohon, menguraikan hubungan erat antara manusia dan alam, yang dikenal sebagai 'Hablum minal Alam.' Dia menjelaskan bahwa praktik sehari-harinya yang mencakup menanam pohon adalah bentuk ibadah kepada Allah Swt dan juga menunjukkan kepeduliannya terhadap kelestarian lingkungan hidup.


Ayah mengungkapkan motivasinya yang selalu memperhatikan lingkungan dan menjaga kelestarian alam, "Dengan panggilan jiwa dan cinta pada alam, kita perlu merenungkan hubungan antara manusia dan alam. Apa yang telah kita ambil dari alam, harus kita kembalikan. Praktik menanam, merawat, dan melestarikan alam setempat harus menjadi bagian dari kehidupan kita," paparnya.


Dia juga memaparkan bahwa kecamatan Ibun memiliki lima desa yang telah mengalami kerusakan pada lingkungan alamnya. Dia menyayangkan bahwa meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, prinsip-prinsip praktik keberagamaan tersebut tidak tercermin dalam hubungan mereka dengan alam.


"Dengan 99% penduduk beragama Islam di kecamatan Ibun, kita harus bertanya-tanya tentang tanggung jawab umat Muslim terhadap kelestarian lingkungan. Kehancuran alam di Ibun sudah mencapai lebih dari 70%," pungkasnya
 


Kabupaten Bandung Terbaru