Ramadhan Ngaji Kimiyaus Sa'adah di Majelis Taklim Baitun Nidzom, Mengenal Kebahagiaan Sejati
Rabu, 5 Maret 2025 | 05:43 WIB

Mengisi rangkaian program Ramadhan 1446 H, Majelis Taklim Baitun Nidzom Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, menggelar kajian Kitab Kimiya as-Sa'adah karya Imam Al Ghazali. (Foto: NU Online Jabar/Rameli)
Rameli Agam
Kontributor
Bandung, NU Online Jabar
Mengisi rangkaian program di bulan suci Ramadhan1446 H, Majelis Taklim Baitun Nidzom menggelar Kajian Kitab Kimiya as Sa'adah karya ulama masyhur, Imam Al Ghazali (1058-1111).
Nama Kitab Kimiya as-Sa'adah, diambil dari judul dalam buku itu yang juga memuat tujuh kitab Al Ghazali lainnya seperti al-Risalah al-Wa’zhiyyah, al-Adab fi al-Din, Risaaltu al-Ṭayr, Misykat al-Anwar, dan lainnya.
Kitab yang berisi penjelasan kebahagiaan maknawi yang dikaji selama Ramadhan 1446 H itu, digelar di Majelis Taklim Baitun Nidzom, Kampung Karangsari, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.
Sesepuh Majelis Taklim Baitun Nidzom Cihanjuang, KH Syihabuddin Mahmud, mengatakan, kajian kitab karya Imam Al Ghazali itu dilakukan selama Ramadhan tahun ini setiap bada shalat tarawih.
Di luar bulan Ramadhan, majelis ini juga rutin mingguan mengaji kitab-kitab lainnya seperti Al Hikam, Nihayatuz Zain, Arbain, Sullamut Taufiq, Bidayatul Hidayah, Kifayatul Awam, dan lainnya.
"Hususon untuk bulan Ramadhan kali ini, majelis mengadakan pengajian ngahanca Kitab Kimiya as-Sa'adah, insya Allah sambil ngalap berkah Ramadhan dengan penuh kebahagiaan. Pengajian ini terbuka untuk umum," ujarnya.
Terkait makna kebahagiaan, dia menuturkan, terdapat beragam penjelasan tentang arti kebahagiaan, dan setiap individu pun mempunyai narasi rasa kebahagiaan tersendiri.
Nah, apakah kebahagiaan itu ukurannya bersifat materi seperti tercukupi kebutuhan pangan, sandang, rumah, bergelimang harta benda, atau kesuksesan-kesenangan duniawi lainnya? Lalu, bila semuanya itu tercapai, apakah benar sudah meraih kebahagiaan?
"Insya Allah pertanyaan-pertanyaan itu perlahan bakal terjawab dalam Kimiya as-Sa'adah, kitab yang berisikan resep-resep bahagia bagi manusia," ujar KH Syihabuddin Mahmud, yang juga berkhidmat di Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Cihanjuang.
Proses pemahaman tentang kebahagiaan hakiki sejatinya dimulai dari kesadaran bahwa manusia itu merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an Surah Fusshilat ayat 53, "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelaslah kebenaran bagimu.”
Diawali dengan mengenali diri sendiri, hakikatnya manusia itu hanyalah bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.
"Meski seringkali manusia mengatakan ia telah mengenali dirinya, namun itu hanyalah unsur terluar dari dirinya, yakni jasad," ucapnya.
Nah, dengan mendalami Kimiya as-Sa'adah, kita akan lebih mengetahui sisi-sisi lain yang lebih dalam tentang diri dan puncaknya adalah ruh. Dalam kitab itu, Al Ghazali menegaskan bahwa esensi manusia terletak dalam ruh, Sebagaimana keterangannya,
"Yang wajib bagi dirimu adalah mengenai yang hakiki dari dirimu, sehingga kamu kenal siapa sesungguhnya dirimu? Dari mana engkau berasal sehingga bisa sampai di sini (alam dunia)? Untuk apa engkau diciptakan? Dengan apa kau meraih kebahagiaan dan apa yang membuatmu mengalami kesesengsaraan? Di dalam dirimu hakikatnya ada beragam sifat, sifat binatang ternak, sifat binatang buas, sifat setan, dan sifat malaikat. Dan ruh adalah inti dirimu. Selain ruh sebenarnya bukan dirimu dan hanya pinjaman sementara untukmu".
Selanjutnya, dengan penjelasan-penjelasan dalam bahasa yang sederhana, Al Ghazali mengumpamakan struktur diri manusia itu seperti tingkatan jabatan.
Menurutnya, hati manusia itu ibaratnya raja, akal adalah menteri, syahwat sebagai walikota, dan amanah sebagai polisinya. Sedangkan anggota tubuh yang lainnya merupakan rakyat.
Potensi amarah, syahwat, dan akal dalam diri manusia tidak bisa dihilangkan karena masing-masing merupakan potensi diri, yang jika salah satunya dihilangkan justru akan terjadi kekacauan. Syahwat dan amarah sejatinya untuk melayani jiwa menuju kehadirat Ilahi, bukan sebaliknya di mana jiwa atau hati justru jadi pelayan terhadap syahwat dan amarah.
"Menelaah seluruh penjelasan dalam Kimiya as-Sa'adah dan tujuh kitab lainnya yang menyertainya, kitab ini dapat menjawab pertanyaan-pertannyaan mereka yang seringkali dilanda kegelisahan atau kekosongan terkait makna dirinya," tutur KH Syihabuddin Mahmud.
Pertanyaan-pertanyaan itu acapkali muncul dari mereka yang sudah merasakan banyak kenikmatan, namun masih dilanda kebingungan nikmat bahagia apalagi yang belum pernah mereka rasakan, hingga jiwanya terus gelisah.
"Kimiya as-Sa'adah menjelaskan persoalan mengenal diri manusia dan mengenal Allah, menuju makna kebahagiaan hakiki bagi manusia, dengan uraian bahasa populer dan singkat. Semoga dengan mengaji kitab itu di tengah ibadah shaum di bulan Ramadhan ini, kita dapat menggapai kebahagiaan sejati," ujar KH Syihabuddin Mahmud.
Terpopuler
1
Inilah Rincian Zakat Fitrah Tahun 2025 di Kota dan Kabupaten se-Jawa Barat
2
RMINU Jabar Gelar Safari Ramadhan Volume 4 Bersama LDNU dan LPBHNU
3
Operasi Pasar Murah PCNU Kabupaten Cirebon: Upaya Kendalikan Harga Bahan Pokok Jelang Idulfitri
4
MAPK Al-Hikmah Gelar Festival Pelajar Se-Kota Tasikmalaya, Cetak Generasi Kreatif dan Kompeten
5
Tantangan Menghadang Gubernur Dedi Mulyadi
6
Muslimat NU Sukasari Bagikan 500 Takjil Gratis untuk Masyarakat
Terkini
Lihat Semua