• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

Tafsir Kerinduan: Dualitas yang Menyatu

Tafsir Kerinduan: Dualitas yang Menyatu
Tafsir Kerinduan: Dualitas yang Menyatu. (Ilustrasi: NUO).
Tafsir Kerinduan: Dualitas yang Menyatu. (Ilustrasi: NUO).

Ibn Arabi dalam karya puitisnya: “Tarjuman al-Asywaq” (penafsir kerinduan) mengatakan: 


Adakah kalian, wahai tuan-tuan
Pernah melihat 
Dua tubuh yang berseteru   
Bisa menyatukan rindu
Cinta kami lah yang menuntun kami
Untuk bicara manis 
dan bernyanyi riang
Meski tanpa kata-kata
Kalian, wahai tuan-tuan
Niscaya mengerti, 
meski hilang akal
Lihatlah Yaman dan Irak
Bisa berpelukan


Ungkapan-ungkapan Ibnu Arabi selalu memperlihatkan aspek dualitas makna: lahir dan batin, tubuh dan ruh, ketuhanan dan makrokosmos, teologis dan kosmologis, fisika dan metafisika. Ibnu Arabi mengatakan bahwa semua puisi ini berkaitan dengan kebenaran-kebenaran Ilahi dalam berbagai bentuknya, seperti tema-tema cinta, eulogi, nama-nama dan sifat-sifat perempuan, nama-nama sungai, tempat-tempat dan bintang-bintang.  


Adalah menarik bahwa dalam puisi di atas Ibnu Arabi menyebut kata: “Aku bukan dia  (Anâ dhidduhâ) atau “Aku lawan dia”. 


Ia memberikan penjelasan ringkas atas kata-kata ini: “Jika Anda mengetahui keadaan-keadaan kami berdua, niscaya Anda mengerti satu tempat, posisi (maqâm) yang tidak dapat dipahami akal pikiran. Ia adalah penyatuan sifat kasar (al-qahr) dan kelembutan (al-luthf)”. 


Di tempat lain ia menyebut dua kata lain: “Al-Jalal” (Keagungan) dan “Al-Jamal” (Keindahan), Yin dan Yang.


Ini mengingatkan kita pada ucapan Abu Sa’id al-Jazar: ‘Dengan cara apakah engkau mengetahui Tuhan?’ 


Jawabnya adalah dengan penyatuan dua hal yang berlawanan. Ini memang amat sulit untuk dipahami oleh akal, nalar. Pengalaman spritualitas ini sangat ruhaniah dan irrasional. 


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru