Hikmah

Makna Nama Muharram Sebagai Bulan Awal dalam Tahun Baru Islam

Sabtu, 13 Juli 2024 | 14:23 WIB

Makna Nama Muharram Sebagai Bulan Awal dalam Tahun Baru Islam

Muharram dan Peperangan (Ilustrasi: NU Online/Freepik)

Muharram merupakan bulan pertama dalam penanggalan hijriyah dan termasuk salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Dari 12 bulan dalam penanggalan hijriyah, Allah SWT telah memilih empat di antaranya sebagai bulan-bulan mulia (asyhurul hurum), yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Keempat bulan ini memiliki keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya.

Penamaan bulan Muharram memiliki sejarah yang menarik. Sebelum Khalifah Umar bin Khattab menentukan hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah sebagai titik awal perhitungan hijriyah, bulan Muharram dikenal dengan nama Shafar Awal. 
Penamaan ini muncul karena posisinya yang berada sebelum bulan Shafar. Khalifah Umar bin Khattab kemudian meresmikan penamaan bulan ini sebagai Muharram, yang berarti "dilarang" atau "diharamkan," mengacu pada larangan berperang selama bulan ini, sebuah tradisi yang sudah ada sejak zaman jahiliyah dan dilestarikan dalam Islam.


Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir terdapat keterangan berikut:
 

أَنَّ الْمُحَرَّمَ سُمِّيَ بِذَلِكَ لِكَوْنِهِ شَهْرًا مُحَرَّمًا، وَعِنْدِي أَنَّهُ سُمِّيَ بِذَلِكَ تَأْكِيدًا لِتَحْرِيمِهِ؛ لِأَنَّ الْعَرَبَ كَانَتْ تَتَقَلَّبُ بِهِ، فَتُحِلُّهُ عَامًا وَتُحَرِّمُهُ عَامًا


Dinamakan bulan Muharram karena bulan tersebut memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan, bahkan bulan ini memiliki keistimewaan serta kemuliaan yang sangat amat sekali dikarenakan orang arab tempo dulu menyebutnya sebagai bulan yang mulia (haram), tahun berikutnya menyebut bulan biasa (halal)." 


Orang arab jaman dulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan, sedangkan pada bulan lain misalnya shafar, diperbolehkan melakukan peperangan. Nama shafar sendiri memiliki arti sepi atau sunyi dikarenakan tradisi orang arab yang pada keluar untuk berperang atau untuk bepergian pada bulan tersebut.

 

 صَفَرٌ: سُمِّيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوتِهِمْ مِنْهُ، حِينَ يَخْرُجُونَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ 
 

"Dinamakan bulan shafar karena rumah-rumah mereka sepi, sedangkan para penghuninya keluar untuk berperang dan bepergian."

Bulan Muharram tidak hanya menandai permulaan tahun baru dalam kalender hijriyah, tetapi juga mengingatkan umat Islam akan pentingnya hijrah sebagai momentum transformasi spiritual dan sosial. Hijrah merupakan simbol dari perubahan besar, yaitu berpindah dari keadaan yang kurang baik menuju keadaan yang lebih baik, dari kegelapan menuju cahaya, dan dari ketidakadilan menuju keadilan. Ini adalah momen refleksi untuk memperbaiki diri dan memperkuat iman serta ketakwaan kepada Allah SWT.

Maka, sesuai dengan penamaannya bulan Muharaam adalah bulan yang dimuliakan dan bulan dimana di larang melakukan peperangan. Demikianlah Allah swt. telah menentukan empat bulan yang dimuliakan, tiga di antaranya berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan yang terakhir adalah Rajab terletak antara bulan Jumadal Ula dan Sya’ban

Selain itu, pada bulan Muharram terdapat hari yang sangat istimewa, yaitu hari Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Hari Asyura memiliki makna historis yang mendalam, di mana berbagai peristiwa penting terjadi dalam sejarah umat manusia dan Islam. Salah satunya adalah keselamatan Nabi Musa AS dan kaumnya dari kejaran Firaun, serta peristiwa tragis di Karbala yang menimpa cucu Rasulullah SAW, Imam Husain RA.

Dalam menghadapi bulan Muharram, umat Islam diajak untuk meningkatkan ibadah dan memperbanyak amal shaleh, seperti puasa Asyura dan berbuat baik kepada sesama. Bulan ini menjadi kesempatan untuk merenungi perjalanan hidup, menata niat, dan memperbaharui tekad dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan berorientasi pada keridhaan Allah SWT.

Sumber: NU Online