• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

Kolom Buya Husein

Layla-Majnun: Cinta Platonis

Layla-Majnun: Cinta Platonis
(Ilustrasi: freepik).
(Ilustrasi: freepik).

Oleh: KH Husein Muhammad
Kisah cinta romantik (al-Hubb al-Udzry) Qais dan Layla telah menginspirasi para sufi falsafi. Layla dijadikan simbol Sang Kekasih dan Sang Maha Indah (Tuhan), sedangkan Majnun sebagai simbol para pencari, para pengembara (al-Salik) dan para pencinta (al-Muhibb), si perindu (al-‘Asyiq) atau Darwish. Perjalanan menuju penyatuan (Ittihad) antara Salik dan Kekasih (Tuhan), dilalui seperti perjalanan cinta Qais dan Layla. Cara pandang demikian inilah yang kemudian disebut orang sebagai “Cinta Platonis”. Kata Platonis diambil dari nama filsuf Yunani terbesar sepanjang sejarah manusia, sesudah Socrates, gurunya, bernama Platon atau Plato. 

Banyak orang mendefinisikan Cinta Platonis sebagai cinta dalam tataran ide, cinta yang murni dan sepenuhnya. Cinta yang sepenuhnya ingin menyatukan dua ruh yang berbeda.

Para sufi besar, seperti Abu Yazid al-Bisthami, al-Hallaj, Imam al-Ghazali, Ibn Arabi, Jalal al-Din Rumi, Samnun al-Muhibb, Zhunnun al-Mashri, Al-Sirr al-Saqathi, Farid al-Din al-‘Atthar, Ibn al-Faridh dan lain-lain menempuh dan mengarungi jalan itu.

Husein Manshur al-Hallaj, sufi martir yg legendaris,(w. 922 M), menyenandungkan tema cinta ini dalam puisinya yg terkenal :

انا من اهوى ومن اهوى انا 
 نحن روحان ِحَلَلْـنا بدنا
فـإذا أبصرتـَني أبصرتـَهُ 
و إذا أبصرتـَهُ أبصرتـَنـا

Aku adalah Dia yang kucinta
Dia yang kucinta adalah aku
Kami adalah dua jiwa yang bersemayam dalam satu tubuh.
Jika kau melihat aku, kau melihat Dia,
dan jika kau lihat Dia, kau lihat aku

Ibnu Arabi mengatakan: 

 انَّ الْحُبَّ الْحَقِيقِى بَيْنَ الْبَشَرِ هُوَ الْبِدَايَةُ لِلتَّعَرُّفِ اِلَى اللهِ وَالشُّعُورِ بِمَحَبَّتِهِ وَفَيْضِ عَطَآئِهِ وَكَرَمِهِ

“Sesungguhnya cinta tulus antarmanusia adalah awal perjalanan menuju pengenalan kepada Tuhan, memasuki pengalaman mencintai-Nya dan limpahan anugerah dan kemurahan-Nya.” Wallahu A’lam.

Para sufi Islam memperkenalkan cara pandang ini dalam karya-karya sastra filsafat mereka. Cinta Ketuhanan ini telah muncul sejak zaman Platon kemudian dikukuhkan kembali oleh mazhab Plotinus yang disebut Neoplatonisme. Itulah sebabnya mengapa kisah cinta Layla-Majnun yang pada awalnya dikenal sebagai cinta romantik, di tangan para sufi falsafi kemudian dikenal dengan sebutan Cinta Platonis.

Wallahu A'lam.
Wassalam.

Sumber: FB Husein Muhammad


Hikmah Terbaru