• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Beda Penceramah dan Intelektual

Beda Penceramah dan Intelektual
Beda Penceramah dan Intelektual
Beda Penceramah dan Intelektual

Ada tamu santri yang silaturrahim ke rumah. Wajahnya bermasker dan mengucapkan salam sambil menundukkan sedikit kepalanya, tidak bersalaman. Ditengah ngobrol dia bertanya :


"Apa bedanya muballigh atau dai atau penceramah publik dengan ilmuwan, intelektual atau pemikir?,".


Aku menjawab dengan mengira-ngira saja.


Muballigh atau penceramah umum itu bicaranya tegas, meyakinkan, memastikan atau menjamin keberhasilan. Jadi menggunakan metode Indoktrinasi. Misalnya dia bilang : "jika saudara-saudara begini maka pasti akan begini". Misalnya lagi : "siapa yang mengamalkan bacaan ini sebanyak 41 x maka pasti berhasil, sukses". Atau "jika ditanya hukum suatu masalah, maka dia jawab : masalah itu hukumnya pasti begini. Ini yang benar. Kalau ada pendapat yang lain itu salah, sesat dan.... "


Kata-katanya atau pendapatnya satu, tidak macam-macam, meyakinkan, tidak membingungkan, tetapi dalam waktu yang sama membatasi pikiran publik.


Kelompok ini umumnya digemari oleh orang-orang awam atau mereka yang hidupnya pragmatis. Tentu saja jumlah mereka besar atau mayoritas. Dan laris manis.


Sedangkan intelektual atau pemikir, bicaranya tidak memastikan. Kalau ditanya bagaimana hukum atau pendapat anda mengenai masalah ini?. Dia akan menjawab : "saya kira begini". Atau "ada banyak pendapat ". Atau "menurut profesor Anu atau ulama Anu, begini". Atau kata-kata: jika kamu melakukan hal ini mudah-mudahan atau insya Allah berhasil. Atau menurutku pendapatku yang benar, tapi mungkin salah. Pendapat orang lain keliru, tapi mungkin benar.


Kata-kata dan pendapatnya tidak pasti, bisa membingungkan sebagian besar orang, tetapi membebaskan dan memberikan alternatif jalan dan mencerdaskan. Metodenya dialektika.


Audiensnya pada umumnya kaum intelektual juga atau yang senang berpikir atau katakanlah kaum kelas menengah ke atas yang cenderung rasional. Jumlah mereka tidak banyak, sedang-sedang saja atau malah sedikit sekali. Dan tidak laku.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru