• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Garut

Perempuan Pilar Peradaban Jadi Tema Harlah ke-55 Kopri Garut

Perempuan Pilar Peradaban Jadi Tema Harlah ke-55 Kopri Garut
Peran Perempuan Pilar Peradaban Bangsa Berdaya dan Berkarya Jadi Tema Tasyakur Harlah ke-55 Kopri PMII di Garut. (Foto: NU Online Jabar/Imam Hidayat)
Peran Perempuan Pilar Peradaban Bangsa Berdaya dan Berkarya Jadi Tema Tasyakur Harlah ke-55 Kopri PMII di Garut. (Foto: NU Online Jabar/Imam Hidayat)

Garut, NU Online Jabar

Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Kabupaten Garut menggelar acara tasyakuran dengan tema Peran Perempuan Pilar Peradaban Bangsa Berdaya dan Berkarya di Aula Auditorium, SMK Ciledug Al Musadadiyyah, Ahad (25/12/2022). 

 

Kegiatan ini bertujuan untuk memanjatkan rasa syukur atas bertambah usianya Kopri yg ke-55. 

 

Ketua Kopri PMII Garut, Azmi Nurlatifah mengatakan, kegiatan sebagai bentuk refleksi perjalanan Kopri sejauh ini yang mengalami dinamika yang cukup kompleks. 

 

“Kita patut mensyukuri panjang umur perjuangan Kopri selalu eksis memberikan ruang aktualisasi dan pengembangan potensi sebagai wadah perempuan sebagai simbolis rasa syukur dengan merayakan serimonial potong tumpeng,” tuturnya.

 

Kegiatan ini dimeriahkan oleh berbagai struktural kepengurusan Kopri dan PMII mulai dari level Rayon, Komisariat, Cabang, Ketua Mabincab PMII hingga Ketua IKA PMII.

 

“Hal ini menandakan KOPRI dan PMII menjalin keharmonisan antar struktural membangun keluarga besar PMII Garut yg masif dan progresif,” kata Ami.

 

Lebih lanjut, Azmi mengatakan bahwa setidaknya ada empat permasalahan sosial yang saat ini masih melekat di masyarakat, di mana hal tersebut kebanyakan dialami oleh perempuan. 

 

Pertama, Budaya Patriarki, perempuan rentan krisis jati diri karena mengamini stigma dari masyarakat bahwa mereka lemah

 

Kedua, Kapitalisme, ekploitasi sumberdaya demi kepentingan oknum tertentu. Perempuan sbg korban objek dan komoditi dari kepentingan modal mereka, juga pekerja upah yang murah.

 

Ketiga, Fasisme Religius, kekeliruan penafsiran agama demi kepentingan laki2. Contohnya ayat yg menerangkan poligami dll

 

Empat, Imperialisme, penjajahan non fisik. Pemilik modal membuat harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Sehingga menyebabkan kemiskinan. Dampaknya perempuan rentan terganggu kesehatan mental akibat perekonomian rumah tangga.

 

"Maka sebagai jembatan untuk membentengi diri jadikan PMII sebagai ruang pemupukan ideologi, intelektual, pembentukan karakter, mental dan lain-lain. Jadikan PMII sbg alat untuk mencapai tujuan dan pembentukan personal branding. Dengan melalui kaderisasi baik formal, informal, nonformal. Termasuk kegiatan yang kita lakukan hari ini bagian dari proses menumbuhkan kritis, kreativitas dan potensi setiap kader dan anggota,” terangnya.

 

Sementara itu, Ketua PMII Garut Ajang Ahmad Haris mengatakan bahwa hal tersebut menjadi tantangan hari ini untuk bagaimana agar perempuan bisa mandiri. “Mampu mengambil berbagai peluang, dan menunjukkan kualitas diri,” ucapnya.

 

Selain itu Ketua IKA PMII Garut diwakili oleh Bubun Sehabudin menuturkan: "Hari ini perempuan bebas berkarya. Kesempatan bisa diakses oleh siapapun. Tidak ada pengklasifikasian dalam berkarya baik itu laki-laki maupun perempuan. Semua sama-sama bisa mendapatkan kesempatan yg sama dalam berkarir,” kata dia. 

 

Pewarta: Imam Hidayat
Editor: Agung Gumelar


Garut Terbaru