• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Garut

KH Atjeng Abdul Wahid: Santri Harus Hidup Menjalankan dan Mempertahankan Kebenaran

KH Atjeng Abdul Wahid: Santri Harus Hidup Menjalankan dan Mempertahankan Kebenaran
KH Atjeng Abdul Wahid: Santri Harus Hidup Menjalankan dan Mempertahankan Kebenaran
KH Atjeng Abdul Wahid: Santri Harus Hidup Menjalankan dan Mempertahankan Kebenaran

Garut, NU Online Jabar
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut KH Atjeng Abdul Wahid menyampaikan santri Fauzan harus hidup menjalankan kebenaran, dan harus mempertahankan kebenaran tersebut. Hal tersebut diucapkan saat memimpin tahlil pada peringatan haul ke-16 KH Muhammad bin Syaikhul Masyaikh Asy Syekh Muhammad Umar Bashri yang merupakan ayahanda dari ketua PCNU Garut sendiri bertempat di Aula Pondok Pesantren Fauzan I Kp. Fauzan 05/05 Desa Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Minggu (19/6)


Kiai yang akrab disapa Atjeng Wahid menjelaskan pentingnya seorang santri harus menjalankan kebenaran dan mempertahankan kebenaran tersebut karena hal tersebut sudah menjadi ajaran Pesantren Fauzan sejak dahulu, itulah mengapa pesantren Fauzan serta cabang-cabang yang lain mengadakan latihan jurus (bela diri pencak silat.red) setiap malam Kamis. 


Menurutnya, jurus tersebut harus digunakan oleh santri untuk mempertahankan kebenaran dari orang-orang yang bermaksud menyalahkan kebenaran yang sejati. Jangan sampai ada santri atau ajengan alumni Fauzan yang ketika dihina atau diejek malah murungkut karena takut. Tapi harus dilawan agar kebenaran tetap berdiri tegak.


“Jangan sampai ada santri atau ajengan alumni Fauzan yang dihina atau diejek malah murungkut karena takut, namun harus dilawan agar kebenaran tetap berdiri tegak.” Tutur Atjeng Wahid dalam bahasa sunda.


Menurutnya sejak dulu banyak orang yang menganggap tidak perlu pakai embel-embel ASWAJA, islam sudah cukup dengan islam saja, tidak perlu islam Ahlussunnah Waljamaah. Namun ia tegaskan bahwasannya Aswaja bukan sebagai embel-embel, namun sejatinya Islam Ahlussunnah Waljamaah merupakan sebuah keharusan yang wajib di pegang agar terhindar dari paham yang salah.


Sejak Presiden Joko Widodo memutuskan akan adanya hari santri, yang awalnya menganggap tidak perlu pakai ASWAJA, akhirnya mereka mengaku sebagai Islam ASWAJA, namun kita tetap harus waspada.


Ia pun mengajak agar berhati-hati agar tidak sampai keluar dari islam ASWAJA, jikapun ada santri atau jamaah Fauzan yang berada diluar Islam ASWAJA, hal tersebut dipastikan bahwa ia mendapatkan kualat dari gurunya.


“Jika ada santri atau jamaah yang berada diluar dari aswaja, maka sudah dipastikan ia mendapat kualat dari gurunya” tegas Atjeng Wahid


Selain itu, ia juga menyampaikan pentingnya mengingat orang-orang yang sudah wafat, sebagaimana dijelaskan oleh Abu Dzar yang merupakan sahabat Rasulullah SAW bahwasannya para ahli kubur berharap do'a dari keluarga yang masih hidup. Seperti halnya tangan orang yang sedang mencari-cari pegangan dengan berharap bisa selamat.


“Berdasarkan keterangan Abu Dzar, orang-orang yang sudah wafat di alam kubur sana sangat berharap akan do’a dari kita yang masih hidup, ibaratkan tangan orang yang sedang tenggelam mencari-cari pegangan untuk bisa selamat,” tutur sesepuh sekaligus muassis Pondok Pesantren Salaman Fauzan III


Atjeng Wahid pun berpesan kepada ribuan santri, ajengan dan masyarakat yang hadir agar tidak membangkang kepada orang tua. Karena sekuat-kuatnya manusia saat muda, jika sudah mati ia tidak bisa melakukan apapun.


Pewarta: Muhammad Salim
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Garut Terbaru