Depok

Terima Kunjungan ke Al-Hikam Depok, Gus Yusron Ungkap Perbedaan Pesantren dan Universitas kepada Mahasiswa Jepang

Senin, 23 September 2024 | 12:47 WIB

Terima Kunjungan ke Al-Hikam Depok, Gus Yusron Ungkap Perbedaan Pesantren dan Universitas kepada Mahasiswa Jepang

Pengasuh Pesantren Al-Hikam Depok Gus Yusron saat menerima kunjungan Mahasiswa asal Jepang. (Foto: NU Online Jabar/M Agus).

Depok, NU Online Jabar
Dalam rangka kunjungan mahasiswa Universitas Asia Jepang di Pesantren Al-Hikam Depok, Pengasuh Pesantren KH Yusron Shidqi menjelaskan perbedaan antara lembaga pendidikan pesantren dan universitas. Menurutnya, pesantren dan universitas adalah dua hal yang berbeda. Universitas adalah lembaga pendidikan, sedangkan pesantren adalah lembaga pendidikan dan masyarakat.


"Artinya, di universitas, dosen dan mahasiswa hanya bertemu di dalam kelas, sedangkan di pesantren, hubungan antara santri atau mahasiswa dengan masyarakat terjalin selama 24 jam," ujar Gus Yusron dalam sambutannya pada Sabtu (21/09/2024).


Bagi Gus Yusron, dengan model pendidikan tersebut, mahasiswa dapat langsung melihat permasalahan dan kendala yang dihadapi masyarakat, sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang solutif.


"Dengan ini, kami berharap mahasiswa mampu memahami problematika yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa yang tidak memahami problematika masyarakat akan sulit diharapkan menjadi solusi di masa depan," jelasnya.


5 Pilar Islam


Selain itu, Gus Yusron juga menjelaskan lima pilar keislaman, yakni: menjaga nyawa dan keberlangsungan hidup, menjaga nilai luhur agama, menjaga objektivitas dan akal manusia, menjaga keturunan, serta menjaga harta.


"Semua ajaran Islam memiliki simpul atau ikatan pada lima hal ini. Oleh karena itu, dalam agama kami dilarang, dalam kondisi seburuk apapun, untuk menghilangkan nyawa orang lain ataupun diri sendiri. Karena sejatinya, nyawa bukan milik kita, melainkan anugerah dari Tuhan," ujar putra Almaghfurlah KH Hasyim Muzadi.


Selanjutnya, poin kedua  pesantren berupaya menampilkan ajaran Islam yang ramah, dengan mengedepankan perdamaian, bukan peperangan.


"Saya tidak tahu stigma apa yang Anda miliki, tetapi kita melihat, ketika ada peperangan, mengapa diidentikkan dengan Islam? Kita lihat di TV, orang-orang yang berperang menggunakan simbol Islam. Padahal dulu, Nabi kami lebih memilih perdamaian daripada peperangan," ungkap Gus Yusron.


Poin ketiga adalah menjaga kesehatan akal. Gus Yusron menjelaskan bahwa dalam agama Islam, sesuatu yang dapat merusak fungsi akal dilarang.


Lebih lanjut, Gus Yusron memaparkan bahwa poin keempat adalah menjaga keturunan dan keluarga. Menurutnya, dalam Islam, hubungan intim tidak dimulai sebelum adanya komitmen.


"Kami ingin keluarga yang terbentuk menjadi keluarga yang tenang dan tenteram, karena ketenangan dalam keluarga diharapkan dapat membentuk masyarakat yang baik," imbuhnya.


Poin terakhir adalah menjaga harta. Dalam Islam, kepemilikan sangat dihargai, dan mengambil harta yang bukan haknya sangat dilarang. Bahkan Islam menganjurkan untuk berbagi harta.


"Kami dilarang mengambil harta yang bukan milik kami, dan diajarkan untuk berbagi dari apa yang kami miliki. Karena dalam Islam, kami hanya memiliki hak pakai, bukan hak milik, karena sejatinya semua adalah milik Allah SWT," pungkas Gus Yusron.


Sebagai informasi, dalam kunjungan ini turut hadir Prof. Arai Kenichiro dari Departemen Urban Innovation Universitas Asia Jepang, manajer kerja sama dan ventura Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Eva Latifah, serta 27 mahasiswa Universitas Asia Jepang.


Pewarta: Muhammad Agus