• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 28 Maret 2024

Daerah

Rakor MWC dan Ranting NU se-Kecamatan Tanjungsari Bersama Ketua LPPNU Jabar

Rakor MWC dan Ranting NU se-Kecamatan Tanjungsari Bersama Ketua LPPNU Jabar
MWC dan Ranting NU se-Kecamatan Tanjungsari (Dok. MWC NU Tanjungsari)
MWC dan Ranting NU se-Kecamatan Tanjungsari (Dok. MWC NU Tanjungsari)

Sumedang, NU Online Jabar.

Majelis Wakil Cabang Nahdlautul Ulama (MWC NU) Kecamtan Tanjungsari Menggelar Rapat Koordinasi dengan Pengurus Ranting NU se-Kecamatan Tanjungsari bertempat, hari ini (1/11/2020) bertempat di di MTs Ma'arif Tanjungsari. Hadir dalam Rakor 10 pengurus MWC NU dan 24 pengurus Ranting.

Ketua MWC NU Kecamatan Tanjungsari, Denden Nur Mushoffa, yang lebih dikenal dengan nama R. Badhen Syambas, menjelaskan bahwa dalam berjam'iyyah di NU itu bukan hanya sekedar berkerumun namun harus menjadi sebuah harokah yg membawa dakwah aswaja Annahdliyyah dengan mengacu kepada prinsip Tasamuh, Tawassuth, Tawazun & Ta'addul.

“Di dalam organisasi NU  jangan jadi jama'ah yg liar dalam mengambil langkah, baik dalam amaliah ibadah maupun berbangsa & bernegara sehingga tidak terputus baik  sanad, manhaj, Nasab dan madzhab.” Pesan Badhen.

Lebih jauh, Badhen menjelaskan maksud al-Sawad al-A’zham dalam hadits yang memerintahkan supaya mengikuti Sawad al-A’zham.

“Apa arti al-Sawad al-A’zham?, Apakah organisasi yang terbanyak anggotanya meski tidak berhaluan Mazhab? Ataukah organisasi yang terbesar?” tanya ketua MWC.

Al-Sawad al-A’zham, Badhen menjelaskan, yaitu golongan yang mengikuti kebenaran dengan cara menjadi jamah dari jamiyah yang memperjuangkan kebenaran seperti dimaksud dalam redaksi lengkap hadisnya.

“Adapun yang benar dalam ushuluddin, yaitu yang mengikuti mazhab Asy’ariyyah dan Maturidiyyah, dan dalam furu’iiyah yang mengikuti salah satu di antara empat mazhab.” Tegasnya.

Sementara Johar Arifin, MP selaku A'wan MWC NU Tanjungsari sekaligus Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian (LPPNU) PWNU Jabar menggambarkan bagaimana berjam'iyah ala NU bisa dipelajari dari sejarah masuknya Islam ke Nusantara melalui wali songo. 

Salah satu diantaranya, contoh Johar, adalah belajar kepada Syeikh Jamaluddin Al-Husainy Al-Kabir atau lebih populer dengan sebutan Syeikh Jumadil Kubro, dari pada mengagung-agungkan Al-Fatih.

Penyebarluasan Islam seperti dilakukan Al-Fatih terlihat gagah berani dengan menggunakan pedang dan kuda, sementara Syeikh Jumadil Kubro menyebarkan islam hanya dengan tongkat & tasbih. 

“Artinya Islam yg dibawa oleh wali tidak ada peperangan tapi dengan cara-cara2 yg damai, ramah & rahmatan lil alamin,” ujar Johar.

Kang Johar juga menjelaskan sanad, madzhab dan nasab dari para wali dan ulama serta kyai yg ada di Nahdlatul Ulama di mana ilmu ibadah maupun siyasah dan harokah tersambung sanadnya sampai Nabi Muhammad SAW. 

“Maka dari itu menggabungkan diri di dalam jam'iyyah NU berarti bergabung dengan kebenaran yg hakiki.” Tegasnya.

Pewarta : Cucu Syamsu
Editor  : Muhyiddin


Editor:

Daerah Terbaru