• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 22 Mei 2024

Daerah

Permainan Isu dan Media Menjerat Gus Dur Jatuh dari Kursi Presiden

Permainan Isu dan Media Menjerat Gus Dur Jatuh dari Kursi Presiden
Virdika Rizky Utama saat menjelaskan bukunya, Menjerat Gus Dur (Foto: NU Online Jabar/Yahya Ansori)
Virdika Rizky Utama saat menjelaskan bukunya, Menjerat Gus Dur (Foto: NU Online Jabar/Yahya Ansori)

Indramayu, NU Online Jabar 
Virdika Rizky Utama membeberkan proses dan alasan penulisan buku Menjerat Gus Dur pada bedah buku tersebut di STKIP Pangeran Dharma Kusuma, Indramayu, Selasa (22/12). Bedah buku dipandu Riza Umami dan pembanding Nurhatta. 

“Saya tidak terafiliasi pada struktural NU waktu itu. Jadi, ini adalah sebuah telaah atas dokumen yang tidak berpihak. Saya sudah ditawari uang agar tidak menuliskan buku ini. Jadi, ini semata saya mencoba meneladani Gus Dur bahwa hidup bukan semata mengejar uang, jabatan dan popularitas tapi soal ‘nilai’ yang berpihak pada kemanusiaan,” ungkap Virdika.

Panjang lebar Virdika menjelaskan berdasar dokumen bahwa saat itu kekuatan oligarki politik memobilisasi isu secara efektif sehingga publik diyakinkan pada kesimpulan Gus Dur bersalah. Permainan isu yang secara masif di beberapa sektor sukses menggulingkan Gus Dur dari kursi presiden. 

“Maka saatnya kita belajar dari sejarah masa lalu agar hal itu tidak terulang lagi. Semua elemen Nahdlatul Ulama harus mampu memainkan semua media agar tidak terbawa arus justru kita harus memainkan arus isu utama, tidak terus terbawa-bawa,” ungkap Virdika.

Alumnus Jurusan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menjelaskan bahwa sejarah itu tidak melulu menjelaskan masa lalu tapi kita harus respek terhadap masa depan. Dalam masa pemerintahan Gus Dur yang singkat, ia telah mewariskan hal-hal yang luar biasa yang sebelumnya tidak terjadi. Check and balancing di legislatif begitu sangat kuat yang justru menjatuhkan Gus Dur sendiri.

"Demokrasi kita terus mencari bentuk agar menjadi lebih baik. Saluran informasi yang begitu terbuka dan cara-cara kita mengungkapkan pendapat sudah sangat bebas," katanya. 

Menurut dia, Gus Dur telah mengajarkan sebuah sikap yang berpihak pada orientasi nilai dan kemanusiaan tapi sekaligus jenaka. Jika ada keyword soal antiradikalisme dan intoleransi maka akan ditemukan Gus Dur dalam tema-tema tersebut. Jadi ketika Romo Magnis Suseno menyarankan “sudahlah Gus sampeyan mundur saja demi kebaikan bersama” Gus Dur dengan santai menjawab “saya ini maju saja harus dituntun romo apalagi mundur”. 

“Namun faktanya di kemudian hari Gus Dur mengedepankan nurani kemanusiaan yang kemudian mundur dengan legowo tidak membenturkan pendukungnya yang rela mati. Semoga kita terus menjadi manusia bersama Gus Dur,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Pelaksana kegiatan ini, Syaerurrozie, mengatakan bedah buku Menjerat Gus Dur ini baru pertama kali diadakan di Indramayu. Jadi sangat wajar jika peserta membludak, meski demikian acara yang bertempat di aula STIKIP Pangeran Dharma Kusuma ini peserta tetap menjaga jarak dan memakai masker. Interaksi peserta dengan penulis sangat intens mengingat di bulan Desember yang bulan Gus Dur ini peserta  diaduk-aduk emosinya mendengar penjelasan kronologi penelitian dan proses penulisan buku hingga sampai ke tangan peserta. 

“Dengan tiket 100 ribu peserta dapat buku, tanda tangan dan foto bersama penulis buku yang masih jomblo, itu keren sekali makanya yang banyak hadir ini mahasiswi,” kelakar ketua panitia Syaerurrozie yang juga ketua IPNU kecamatan Krangkeng Indramayu.

Pewarta: Yahya Ansori
Editor: Abdullah Alawi


Daerah Terbaru