• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Daerah

Kiai Lukman Ungkap 4 Makna Pasangan Ibarat Pakaian dalam Al-Qur'an

Kiai Lukman Ungkap 4 Makna Pasangan Ibarat Pakaian dalam Al-Qur'an
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Lukman Hakim
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Lukman Hakim

Bandung, NU Online Jabar
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Lukman Hakim menjelaskan bahwa suami istri dalam berumah tangga harus saling melengkapi, dan juga perlunya menjaga kelemahan dan aibnya masing-masing demi terciptanya keluarga yang harmonis, sakinah mawaddah warohmah. 


Suami istri dalam rumah tangga Kiai Lukman sapaan akrabnya menganalogikan pasangan ibarat pakaian.


“Al-Qur’an menawarkan satu analogi, suami dan istri itu dengan analogi pakaian hunna libasulakum wa antum libasulahun هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ (QS. Al-Baqarah 187), kenapa sih suami dan istri itu analoginya dengan pakaian? karena ada pelajaran yang tersirat dari makna pakaian tersebut,” katanya.


Makna yang tersirat dalam arti pakaian tersebut kata Kiai Lukman, setidaknya ada empat makna, diantaranya,


“Pertama pakaian itu bermakna sitrul aurot, jadi suami dan istri dia senantiasa membangun dimensi sitrul aurot menutupi apa yang menjadi aib, atau apa yang menjadi kelemahan di masing-masing pihak. Istri senantiasa bisa menutupi aibnya suami, begitupun sebaliknya, suami bisa menutupi aibnya istri,” tuturnya.


Dengan terus membangun sitrul aurot kata Kiai Lukman, “Saling menutupi kelemahannya, saling menutupi aibnya, maka pasangan ini akan senantiasa terus akan menemukan sakinahnya, akan menemukan kedamaiannya,” imbuhnya.


Makna yang kedua dari makna yang tersirat adalah, pakian itu ketika dipakai dalam kondisi yang dingin maka akan memberikan rasa hangat dalam tubuh, dan ketika dipakai dalam kondisi yang panas maka pakaian itu akan memberikan kesejukan bagi tubuh. 


“Ini memberikan makna bahwa suami dan istri senan tiasa ketika sang suami merasakan kejenuhan, merasakan sesuatu yang tidak bergairah maka istrilah yang senantiasa memberikan semangat, yang memotivasi, begitupun sebaliknya ketika sang istri senantiasa dalam kondisi bad mood tidak dalam kerangka bergairah maka suamilah yang senantiasa memberikan semangat,” jelasnya.


“Begitu juga ketika keadaan suami sedang emosional maka istri tampil menyejukan, begitupun sebaliknya ketika sang istri dalam posisi yang sangat emosional maka suamilah yang senantiasa memberikan kesejukan,” tambahnya.


Yang ke tiga makna yang tersirat dalam pakaian itu identitas kehormatan, senantiasa bahwa pakaian itu adalah label kehormatan. 


“Beberapa lembaga dinyatakan kehormatan yaitu bisa di identitaskan dari pakaiannya. Sering kita menyebut istilah dengan pakaian dinas, maka dalam berumahtangga senantiasa haruslah masing-masing menjaga kehormatannya, kehormatan dirinya, kehormatan pasangannya dan kehormatan keluarga besarnya,” ujarnya.


Sangat indah sekali analogi yang disampaikan oleh Al-Qur’an bahwa laki-laki di analogikan sebagai pakaian begitupun istri dianalogikan dengan pakaian huna libasulakum wa antum libasu lahun.


“Semoga senantiasa kita bisa memerankan analogi pakaian yang telah ditawarkan Al-Qur’an sehingga kita menemukan sakinah dalam rumah tangga kita,” pungkasnya.


Perlu diketahui, tausiyah ini disampaikan oleh Kiai Lukman melalui akun Channel Youtube NU Jabar Channel, Sabtu (25/7/20).   
  
Pewarta: Abdul Manap


Daerah Terbaru