• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Iringan Dogdog Itu Pertanda Ramadhan Pulang, Lebaran Datang

Iringan Dogdog Itu Pertanda Ramadhan Pulang, Lebaran Datang
Sejumlah anak muda yang sedang membangunkan sahur. Di Kuningan disebut dogdog (Foto: NU Online Jabar/Nunu)
Sejumlah anak muda yang sedang membangunkan sahur. Di Kuningan disebut dogdog (Foto: NU Online Jabar/Nunu)

Sahur..., sahur...,
Sahur..., sahur...,

Suara itu memecah dini hari. Suaranya menelusup rumah-rumah yang penghuninya masih terlelap. Suara itu terasa nyaring di setiap pintu rumah. Jika kebetulan penghuni rumah terbangun dan membukakan pintu, maka akan tampak iring-iringan pemuda dan anak-anak. Di antara mereka ada yang memikul karung. 

Sahur...sahur...
Sahur... sahur...

Mereka tak hanya meneriakkan sahur, tapi juga mendendangkan shalawat diiringi alat musik seperti gendang, rebana, genjring, beduk atau orkes. 

Bagi orang Kuningan, iring-iringan itu sebagai pertanda Ramadhan akan segera usai. Mereka menamai iringan itu sebagai dogdog. 

Dogdog adalah sekelompok pemuda dan anak-anak. Di berbagai desa di Kuningan, memiliki nama lain. Ada yang menyebutnya mupul, perelek, koprek, dan obrog. 

Iring-iringan bertugas membangunkan sahur. Mereka bernyanyi dan menabuh alat musik sekitar pukul 01:00. Tak hanya malam, pada saat matahari meninggi, hal itu mereka lakukan pula pada pukul 10:00 hingga sore. Biasanya mereka keliling kompleks atau desa atau bahkan bisa lebih jauh lagi.

Dogdog merupakan kebiasaan yang dilakukan saat mendekati lebaran. Di Kecamatan Kuningan biasanya berlangsung H-10 Lebaran. Di Kecamatan Darma H-2. Di Kecamatan Cidahu tiap seminggu sekali. 

Dogdog atau yang disebut dengan obrog yang dilakukan saat siang hari adalah semacam pemungutan biaya sukarela atas jasa mereka mereka membangunkan sahur. Iringan itu menyambangi setiap rumah yang dilaluinya. 

Tuan rumah yang dilalui mereka biasanya menyiapkan uang receh dan beras secukupnya. Namun, tak sedikit pula ada tuan rumah yang menutup pintu rapat-rapat dan tak menghiraukan teriakan mereka di depan pintu. 

Pandemi Covid-19 memicu kebangkitan dogdog di Kuningan. Tradisi yang sempat hilang itu, tahun lalu bangkit kembali. Tahun lalu, dalam sehari bisa sepuluh kelompok dogdog menyambangi pintu rumah. Tahun ini menurun, hanya 2 sampai 3 kelompok saja. 

“Kenapa melakukan itu panas-panas keliling sana sini,” tanya saya kepada salah seorang anak iringan itu.

Menurutnya, ada kebahagiaan tersendiri. Selain karena dilakukan secara beramai-ramai tentu rasa lelah, panas, tidak akan terasa dan terkesan dihiraukan. Dan juga tentu tujuan utama yaitu mendapatkan uang sebagai tambah-tambah uang jajan. 

Menurutnya, upah dalam bentuk uang mereka bagi rata kepada setiap anggota iringan. Termasuk menyisihkan uang sewa alat-alat musik pengiring dogdog. Sementara beras yang didapatkan mereka sumbangkan ke masjid terdekat untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. 

Penulis: Sri Melynda
Editor: Abdullah Alawi 

 


Daerah Terbaru