• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Iip D Yahya: Konten Baik Dihasilkan oleh Penulis yang Piawai dan Pembaca yang Gigih

Iip D Yahya: Konten Baik Dihasilkan oleh Penulis yang Piawai dan Pembaca yang Gigih
Iip D Yahya: Konten Baik Dihasilkan oleh Penulis yang Piawai dan Pembaca yang Gigih. (Foto: Agung Gumelar).
Iip D Yahya: Konten Baik Dihasilkan oleh Penulis yang Piawai dan Pembaca yang Gigih. (Foto: Agung Gumelar).

Bandung, NU Online Jabar
Talkshow dan Workshop Literasi Digital yang digelar oleh website kutub.id yang bekerjasama dengan Kominfo, Suara.com, Bandung Bergerak, Siber Kreasi, Portkesmas, dan ICT Wacth di Gedung Dakwah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat pada Kamis (19/5) mengundang Direktur Media Center PWNU Jawa Barat Iip D Yahya. Kegiatan tersebut diikuti oleh 70 peserta secara luring, dan 30 orang secara daring.


“Pembuatan konten itu bergantung pada kemampuan literasi kita, konten yang baik dan bermutu dihasilkan oleh penulis yang piawai, penulis yang piawai berasal dari pembaca yang gigih.” terang Iip yang juga penulis buku Ajengan Cipasung tersebut.


Dilansir dari kutub,id, Kegiatan yang membahas mengenai keamanan digital bertajuk “Bandung #MakinMelekDigital” tersebut juga turut menghadirkan Pimpinan Redaksi (Pimred) Suara.com yang juga sebagai inisiator kegiatan, Suwarjono; Pimred Kutub.id, Siti Latifah; dan Direktur Eksekutif ICT Watch, Indriyatno Banyumurti. 

 

Dalam pelatihan tersebut, para peserta dilatih untuk mengasah kemampuan digital dengan penyajian materi mengenai pentingnya eksistensi digital, monetisasi konten, keamanan digital dan peran perempuan di media sosial.


Pimred suara.com Suwarjono menjelaskan pentingnya membangun kolaborasi untuk menaikkan engagement kontent di internet


“Bikin konten itu harus sustain, agar ga redup dan tetap bisa hidup si pembuat kontennya” tambahnya.


Menurutnya, konten yang memiliki niche atau spesialisasi tertentu juga cenderung lebih berpeluang mendatangkan revenue bagi pembuatnya. “Walaupun followers-nya masih sedikit, tapi karena ada niche-nya, banyak yang kemudian menghubungi untuk mengiklankan produknya,” jelas pria yang akrab disapa Mas Jono.


Sementara itu, Pimred kutub.id Siti Latifah juga menilai, kurangnya waktu perempuan mengakses internet yang lebih sedikit daripada laki-laki. Dikarenakan perempuan dewasa muda yang disibukan oleh urusan domestik yang tentu saja tidak dapat dilepaskan dari budaya patriarki yang telah mendarah daging.


Seperti eksperimen yang dilakukan oleh Hootsuit, presensi perempuan di internet lebih sedikit daripada presensi laki-laki di internet. Dari data tersebut menunjukkan hanya perempuan dari kelompok usia 13-17 tahun yang mendominasi presensi digital laki-laki. 


“Kemampuan penguasaan teknologi oleh perempuan lebih rendah daripada laki laki karena kurangnya kesempatan dalam mengakses informasi dan pendidikan” jelas perempuan yang akrab disapa Puput tersebut.


Sebagai informasi, acara kemudian ditutup dengan pemaparan materi tentang menangkal hoaks dan menjaga data dan privasi diri dengan mengenali ciri-ciri hoaks dan cek fakta melalui tautan s.id/cekhoaks. Selain itu, para peserta juga diminta untuk mengecek tingkat keamanan email serta akun sosial media yang dimiliki.


Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Daerah Terbaru