• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Daerah

Begini Cara NII Merekrut Anggotanya

Begini Cara NII Merekrut Anggotanya
Testimoni anggota NII saat Aksi Damai (5/1/22) (Foto: Salim-NUJO)
Testimoni anggota NII saat Aksi Damai (5/1/22) (Foto: Salim-NUJO)

Garut, NU Jabar Online
Maraknya penyebaran faham radikalisme di Kabupaten Garut, membuat masyarakat resah. Sehari-hari warga diteriaki kafir dan juga diintimidasi agar masuk ke dalam kelompok mereka.


Rekruitmen anggota di setiap daerah berbeda-beda. Di daerah Garut selatan, mereka bergerak pada malam hari, sekitar pukul 00.00-03.00. Ada pula yang bergerak di pagi hari, khususnya di daerah perkotaan seperti di kelurahan Kota Kulon berdasarkan pernyataan EK selaku mantan anggota NII atau atau Islam Bai’at.


Berikut ini cara jejaring NII dalam mencari dan merekrut anggota, berdasarkan keterangan EK.


Pertama-tama mereka masuk ke dalam rumah warga dengan bantuan beberapa anggota lainnya. Beberapa dari mereka ada yang berjaga di luar sebanyak empat orang atau empat ring, sebelum warga sekitar yang lewat mencurigai aktivitas mereka.


Setiap ada warga yang lewat dan bertanya, empat orang tersebut menjelaskan bahwa di dalam rumah hanya sedang berlangsung kegiatan organisasi biasa. Sedangkan calon anggota yang sedang direkrut di dalam rumahnya sendiri, dicuci otaknya dengan doktrin-doktrin agama yang mengarah pada pendirian Negara Islam Indonesia.


EK sendiri mengakui dicuci otak selama 12 jam dengan pemahaman NII.


“Saya didoktrin mulai pukul 08.00 sampai pukul 20.00 oleh mereka,” jelas EK pada saat audiensi Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleran (ALMAGARI) pada hari Selasa, 5 Januari 2022 lalu.


Dalam doktrinnya, ia diajak berpikir bahwa negara belum sah secara Islam karena belum melaksanakan syari’at Islam, oleh karenanya, ia diberi dalil-dalil yang berkaitan dengan pentingnya negara Islam. Sampai akhirnya ia pun menjadi anggota dan mengikuti kegiatan-kegiatan NII di daerah lain.


Namun ketika ia menanyakan pemimpin dari NII itu sendiri, mereka sendiri tidak tahu, karena doktrin dalam meyakini pemimpin, mereka menganalogikan bahwa pemimpin itu ibarat imam shalat. Ketika imam sedang shalat, wajahnya tidak kita ketahui, namun kita harus mengikuti gerakan dan semua kewajiban shalat.


Begitu pula pada pemimpin, mereka tidak boleh mentaati pemimpin lain kecuali pemimpin mereka. Orang yang di luar kelompok mereka, dipandang masih kafir. Setingkat orang tua  atau ulama yang paling shaleh pun tidak boleh mereka taati, karena mereka masih kafir.


Lambat laun, EK menemukan banyak kejanggalan sebagaimana penyimpangan-penyimpangan yang telah diutarakan sebelumnya sehingga ia pun memberanikan keluar dari lingkaran NII.


Walau demikian, sebenarnya ia dan masyarakat yang memberanikan diri keluar dari NII masih takut. Ketika mereka keluar, teror demi teror diluncurkan oleh kelompok NII. Di antara teror yang cukup membuat mereka takut adalah penculikan dan ancaman pembunuhan.


Menurut EK, sebenarnya masih banyak anggota NII yang ingin keluar, tetapi ancaman-ancaman tersebut membuat mereka tak bisa berbuat banyak.


“Saya berharap pemerintah bisa menindaklanjuti keberadaan mereka, karena sudah sangat meresahkan kami sebagai masyarakat,” pungkas EK


Pewarta: Muhammad Salim


Daerah Terbaru