• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Daerah

Begini Cara Kasepuhan Ciptagelar Hindari Covid-19

Begini Cara Kasepuhan Ciptagelar Hindari Covid-19
Warga Kasepuhan Ciptagelar saat divaksin (Foto: Egi Subakti)
Warga Kasepuhan Ciptagelar saat divaksin (Foto: Egi Subakti)

Bandung, NU Online Jabar 
Setahun lebih wabah Covid-19 melanda penduduk dunia dan Indonesia, menyerang penduduk di kota-kota besar dan kecil hingga pelosok desa. Wabah yang ditularkan virus corona itu menyerang siapa saja tanpa memandang profesi, agama, suku, dan belakangan usia. Tiap detik penularannya menghantui semuanya. Tiap hari ribuan orang terjangkit dan tiap hari pula ribuan orang tutup usia. 

Namun, wabah itu tak menyentuh warga di Desa Ciptagelar, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Ribuan warga yang mendiami daerah yang berada di ketinggian 800-1.200 meter di atas permukaan laut ini, sampai Juli 2021 tak ada satu pun yang tertular virus itu. 

Salah seorang warga Kasepuhan Ciptagelar, Egi Subakti menjelaskan ketika mendengar kabar wabah Covid-19 melanda Indonesia dan pemerintah memberlakukan PSBB, warga di desa itu menerapkan lockdown, tidak menerima kunjungan dari luar.

Warga Kasepuhan Ciptagelar memiliki tradisi bertemu setiap tanggal 14 purnama. Pada saat ada kabar wabah Covid-19, pertemuan 14 purnama itu digunakan pemimpin Kasepuhan Ciptagelar Abah Ugi Sugriana untuk menginstruksikan agar seluruh warga menerapkan protokol kesehatan dalam seluruh aktivitasnya.  

Sejak instruksi itu berlaku, tak ada satu pun warga yang protes apalagi mengabaikannya. Tak heran kemudian hingga saat ini dari sekitar 2.000 warga Kasepuhan Ciptagelar, tak ada satu pun yang terjangkit Covid-19. 

“Karena kita adalah satu ikatan yah, kesatuan adat, jadi, jika ada yang melanggar maka akan diasingkan oleh warga yang lainnya. Kita semua adalah warga Kasepuhan adat yang dipimpin oleh Abah. Jadi, jika Abah memberikan instruksi, maka semua warga akan mengikutinya,” jelas Egi. “Di sampaing itu juga ada sosialiasi baik dari pemerintah maupun LSM mengenai bahaya Covid dan beberapa fasilitas untuk menghindari penularan Covid-19 seperti tempat cuci tangan,” kata  aktivis Penggerak Tani Nusantara (PETANUSA) ini, Kamis (5/8). 

Menurut Egi, warga Kasepuhan Ciptagelar mampu memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri seperti pangan dan sayuran sehingga tak menimbulkan permasalahan yang besar ketika menutup interaksi dengan penduduk luar. 

“Kita bertani, karena bertani adalah kehidupan sehingga setiap hari bertani, untuk pasokan nasi kita aman, karena di sini tidak boleh menjual padi,” katanya. 

Sampai saat ini, kata dia, tak ada seorang pun warga yang pernah menjual dan membeli padi karena masing-masing sudah tercukupi dari hasil pertanian sendiri. Begitu pula untuk kebutuhan lainnya seperti sayur-mayur. Dengan demikian, hanya sedikit kebutuhan yang harus didapat dari luar. 

Cara mereka bercocok tanam pun, menggunakan sistem pertanian organik yang ramah lingkungan. Dengan cara seperti itu, kebutuhan pupuk dan pestisida memanfaatkan bahan yang ada di sekitar sehingga tidak banyak yang dibeli ke luar kampung. 

Memang, kata dia, ada beberapa penduduk Kasepuhan Ciptagelar yang keluar kampung untuk berbelanja kebutuhan sekunder. Untuk memenuhinya ia keluar kampung sejauh 42 km. Namun, saat berbelanja dia menerapkan protokol kesehatan secara ketat. 

Program vaksinasi yang dicanangkan pemerintah juga telah menjangkau warga Kasepuhan Ciptagelar. Hingga saat ini, setidaknya 50% warga sudah mendapatkan vaksin. Dalam prosesnya, masyarakat patuh mengikuti vaksinasi, dan tidak ada yang melakukan penolakan.

Selain itu, menurut Egi, warga Kasepuhan Ciptagelar juga berikhtiar secara batin, mengamalkan doa-doa tolak bala setiap hari.   

Pewarta: Abdullah Alawi  
 


Daerah Terbaru