Ujub dan sombong adalah penyakit kejiwaan yang sering merasuki hati seseorang. Sikap ini sangat berbahaya, karena akan mencampakkan pelakunya pada kebanggaan yang berlebihan terhadap diri sendiri dan terhadap yang lainnya. Setiap manusia muslim harus senantiasa waspada dari sikap ujub dan sombong tersebut, dengan mengerahkan segala kemampuannya, ia harus membebaskan diri dari kedua sifat tersebut. Dua sifat itu merupakan penghalang yang paling besar untuk mencapai kesuksesan dan kebaikan. Banyak terjadi dalam kehidupan umat manusia, yang seharusnya memperoleh nikmat, lalu berganti menjadi azab, karena disebabkan kedua sifat tersebut.
Banyak orang yang mulia dan luhur kedudukannya, menjadi orang yang hina dan sengsara. Dua sifat tercela tersebut merupakan penyakit yang amat berbahaya dalam menggerogoti hati manusia sehingga menimbulkan bencana.
يُنَادُوْنَهُمْ اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْۗ قَالُوْا بَلٰى وَلٰكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ اَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْاَمَانِيُّ حَتّٰى جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ وَغَرَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ
"Orang-orang munafik memanggil orang-orang mukmin, “Bukankah kami dahulu bersama kamu?” Mereka menjawab, “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri, dan hanya menunggu, meragukan (janji Allah) dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah; dan penipu (setan) datang memperdaya kamu tentang Allah. (QS. Al-Hadid, 57:14).
Kepada umat manusia secara umum selalu dipertanyakan, apa yang membuat mereka terperdaya, sehingga melakukan perbuatan tercela dan mendurhakai, perintah-perintah Allah, serta terjerumus ke dalam larang-larangan-Nya.
يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِۙ الَّذِيْ خَلَقَكَ فَسَوّٰىكَ فَعَدَلَكَۙ
"Wahai manusia! Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Mahamulia yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, (QS. Al-Infithar, 82:6-7).
Pada saat umat Islam menguasai kota Mekkah dan memperoleh kemenangan yang luar biasa, timbullah di kalangan mereka kesombongan dan kebanggaan terhadap kekuatannya. Pada saat mereka meghadapi perang Hunain, menganggap remeh pada penduduk setempat dan membanggakan jumlah tentara yang sangat banyak serta kekuataanya yang kuat. Kemudian mereka mendapatkan peringatan d ari Allah s.w.t. bahwa segala apa yang mereka banggakan itu sama sekali tidak ada artinya.
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ
"Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang. (QS. A-Taubah, 09:25).
Penjelasan dari hadits Rasulullah SAW banyak yang menginformasikan mengenai terpuruknya mereka yang dihinggapi penyakit ujub dan takabbur. Sebagian dari mereka adalah orang yang dibelenggu oleh sifat kekikiran dirinya atau mengikuti hawa nafsunya dan terlampau mengagumi diri sendiri. Karena itu, orang-orang yang cerdas adalah mereka yang senantiasa merendahkan diri dan mengumpulkan amal sebanyak-banyaknya untuk bekal kematiannya. Sedangkan mereka yang tergolong ditimpa kebodohan yang sangat, adalah mereka yang memperturutkan hawa nafsu, berharap pada Allah dengan berbagai angan-angan kosong.
إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ يَعْنِي بِنَفْسِكَ
"Apabila engkau melihat sikap kikir yang diikuti, memperturutkan hawa nafsu, dan mengagumi pendapatnya, maka hendaklah kamu menjaga diri dari hal itu. (HR. Abu Daud, 3778).
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
"Orang yang cerdas itu adalah orang yang merendahkan dirinya dan beramal untuk bekal kematiannya. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan mengharapkan kepada Allah dengan berbagai harapan dan angan-angan yang kosong. (HR. Tirmidzi, 2459, Ahmad, 17164).
Ada beberapa contoh keangkuhan dan kesombongan yang telah menimpa bebebrapa kalangan, yaitu: (1) Iblis menjadi kafir karena ia menyombongkan diri, ia merasa lebih mulia dari Nabi Adam, (2) kaum Aad, menyombongkan diri karena kekuatan dan kekuasaannya. Mereka mengklaim bangsa manakah yang lebih kuat dari kami. Maka Allah mengazab mereka dengan kehinaan di dunia, dan di akhirat. (3) Nabi Sulaiman pernah merencanakan akan memberi makan semua makhluk Allah. Ketika ia telah menyiapkan berhari-hari makanan sebanyak-banyaknya, ternyata makanan itu tidak cukup, hanya diberikan kepada seeokor ikan paus, sehingga beliau menyadari keterbatasannya.
Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU