Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Opini

Milenial dan Radikalisme: PR untuk Tasikmalaya

NU Online Jabar/ilustrasi: NU Online

Oleh: Ricky Assegaf
Sebaik - baiknya generasi adalah gerasi yang berakhlak baik, saling mencintai dan mengasihi sesama mahluk ciptakan Tuhan.

Bonus demografi menjadikan Indonesia akan didominasi oleh penduduk usia muda atau generasi milenial yang harus menjadi perhatian serius bagi bangsa kita, apakah bisa mendatangkan kemanfaatan ataukah menjadi kemadlaratan? 

Generasi milenial dewasa ini telah menjadi sasaran empuk bagi kelompok teroris, salah satu contohnya seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, dua kejadian aksi teror bom bunuh diri di gereja Katedral makasar dan aksi teror di mabes polri.  

Kejadian Ini menjadi ancaman yang serius bukan hanya terhadap ketentraman hidup berbangsa dan bernegara tetapi juga ancaman terhadap karakter generasi milenial yang akan mewariskan peradaban selanjutnya. 

Akan sangat berbahaya ketika prilaku teror tersebut malah menjadi trend bagi generasi milenial mengingat salah satu karakter anak muda adalah meniru. Hal ini mungkin saja sangat bisa terjadi karena sejatinya manusia itu akan selalu menginspirasi manusia yang lainnya.

Mengutip yang di sampaikan oleh Kadensus 99 Banser, Nuruzzaman, bahwa para pelaku teror sangat tertutup, di antaranya mereka melakukan berbagai doktrinasi / penyebaran faham nya melalui media sosial. Media sosial dijadikan sebagai ruang strategis bagi mereka untuk menyebarkan faham terorisme tersebut, sebuah ruang hidup generasi milenial.  

Senyampang dengan yang di sampaikan oleh Noor Huda, Peneliti Terorisme bahwa mereka para generasi milenial terkadang menjadi korban dari sebuah Proses relasi yang di dunia nyata dia tidak mendapatkan banyak alternatif,  tidak mendapatkan jadi diri, dan mempunyai masalah individu. Kemudian melalui media sosial dia merasa mendapatkan alternatif yang dicari dan ironisnya alternatif tersebut di sediakan oleh kelompok radikal sehingga dia merasa mendapatkan jati dirinya dan kemudian mengikuti pengajian-pengajian yang salah kaprah.

Pondasi seseorang menjadi pelaku teror dilatarbelakangi pemahaman keagamaan yang salah kaprah. Mereka di doktrin dengan pemahaman agama yang salah, mereka di doktrin dengan kebencian padahal Agama Islam bahkan agama apapun tidak Mengajarkan kebencian, semua agama selalu di dasari dengan kedamaian 

Kekerasan pasti di latar belakangi dengan kebencian sedangkan kedamaian pasti dilatarbelakangi dengan kasih sayang

Aksi teror itu bisa saja terjadi dimanapun dan kapanpun termasuk di kota Tasikmalaya, Karena mereka mempunyai sel-sel tidur yang kapan saja bisa dibangunkan kembali untuk kemudian di ledakkan.  
Sebagaimana banyak hasil survey menyampaikam bahwa kota Tasikmalaya itu adalah kota Intoleran, hal ini harus menjadi perhatian serius pemerintah karena intoleran itu adalah pondasi seseorang menjadi terorisme.  

Terorisme ini adalah sikap dari pemahaman yang salah yang tidak sesuai dengan kodrat cara berfikir manusia, maka salah satunya caranya adalah dengan menyampaikan pemahaman yang benar yang sesuai dengan kodrat berfikir manusia 

Langkah kongkrit untuk mengantisipasinya adalah melalui keterlibatan banyam pihak baik pemerintah, aparat, masyarakat, tokoh agama, budaya, ormas, termasuk lembaga pendidikan. 

Lembaga pendidikan mulai dari TK Sampai perguruan tinggi bisa menjadi faktor strategis bagi penyelamatan generasi milenial kita. Bagaimana para pengelola pendidikan mengambil langkah preventif dengan menciptakan narasi-narasi positif kemanusiaan, kebangsaan, dan keagamaan. 

Hal ini tentu membutuhkan peran pemerintah dalam mengoptimalkan langkah tersebut, karena pemerintah punya semua aparatus untuk mensinergikan semua stake holder dalam pencegahan radikalisme. 

Saya kira apabila seluruh stake holder di kota tasikmalaya ini, bersama-sama membangun budaya narasi-narasi positif kemanusiaan, kebangsaan dan keagamaan akan tercapai suatu daerah sesuai dengan Baldatun Thoyyibatun Warobbun ghofur. 

Generasi milenial adalah generasi yang akan mewariskan peradaban selanjutnya,  jangan sampai peradaban yang di wariskan adalah peradaban kebencian dan kekerasan.

Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren al Hikmah Mugarsari, Ketua PC GP Ansor Kota Tasikmalaya
 

Editor: Aldien

Artikel Terkait