Dadang Lukman AB: Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era Teknologi Modern
Selasa, 22 Oktober 2024 | 09:00 WIB
Pendidikan Islam sebagai pondasi dasar, memilki peran penting dan strategis dalam pembentukan karakter mulia setiap individu. Lebih dari sekadar proses transfer ilmu pengetahuan, pendidikan Islam berihtiar melahirkan insan berkepribadian islami, baik dalam hal moralitas, perilaku, maupun pemahaman terhadap nilai-nilai keagamaan.
Karena pada hakekatnya, nilai-nilai pendidikan Islam itu bertujuan untuk mendekatkan manusia kepada Allah Swt, melalui pengajaran Al-Qur’an, hadits, serta pemahaman terhadap ajaran-ajaran Islam.
Melalui pendidikan Islam, individu diharapkan mampu menjalani kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, mempraktikkan akhlak yang baik, dan berkontribusi positif bagi lingkungan sosial masyarakat.
Demikian disampaikan Dadang Lukman AB, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Roudlotul Ulum Kabupaten Bandung Barat, mengawali keterangannya.
Menurutnya, pendidikan Islam tak hanya berfokus pada penguasaan ilmu pengetahuan, namun juga berorientasi pada pembentukan ahlak yang baik, penanaman keteguhan iman, serta pembekalan kehidupan di dunia dan akhirat.
“Dalam pendidikan Islam juga terdapat tradisi mengembangkan keilmuan dan inovasi berbagai bidang selama sesuai dengan ajaran Islam,” ujarnya, Senin (21/10/2024).
Di sisi lain, pendidikan Islam saat ini menghadapi tantangan yang tak ringan. Kemajuan teknologi modern melahirkan globalisasi, kemudahan akses informasi, sekularisasi, individualisme dan materialisme, yang kesemuanya itu berdampak pada lahirnya nilai dan budaya baru yang bisa menggerus nilai-nilai tradisi pendidikan Islam.
“Tantangan lainnya yakni tentang kualitas kurikulum di banyak lembaga pendidikan Islam yang sudah tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat modern,” tutur Dadang Lukman AB.
Menghadapi berbagai tantangan itu, tetap ada peluang bagi pengembangan pendidikan Islam di era kekinian, di antaranya usaha integrasi teknologi berbasis platform digital untuk perluasan jangkauan dan aksesibilitas. Lalu, pengembangan pendidikan multikultural yang diharapkan dapat mendorong dialog antar agama dan meningkatkan pemahaman tentang Islam di kalangan masyarakat luas.
Hal lainnya yang dapat dilakukan yakni mengembangkan kurikulum berbasis keterampilan, paduan nilai-nilai Islam dengan keterampilan praktis. Peluang berikutnya adalah inovasi metode pengajaran yang lebih interaktif, serta peningkatan pemahaman kesadaran global.
“Di tengah tantangan dan peluang itu, penting bagi pendidikan Islam untuk selalu beradaptasi dengan kemajuan zaman tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dasar Islam, serta mampu memberikan pemahaman kontekstual dan relevan bagi kehidupan modern tanpa mengorbankan nilai-nilai akidah dan syariah,” paparnya.
H. Dadang Lukman AB lahir di Bandung, 14 September 1967. Meraih gelar master Pendidikan Agama Islam, kesehariannya bergelut dengan dunia pendidikan Islam. Dia mengajar di berbagai Madrasah Aliyah, dosen di beberapa perguruan tinggi, juga aktif sebagai fasilitator/instruktur pendidikan dan latihan.
Sedangkan pengalaman keorganisasian, menjadi Kabid Kelembagaan FPP Jawa Barat, Sekertaris Forum Pondok Pesantren Kota Bandung, Sekertaris RMI Kota Bandung, Kabid Balitbang FKDT Kota Bandung, anggota Bidang Dakwah MUI Kecamatan Cibeunying Kaler, serta Ketua Penggerak Generasi Aswaja Wilayah Cibeunying. Kini dia menetap di Jalan Pesantren, Cigadung, Cibeunying Kaler, Kota Bandung.
Minat masyarakat untuk studi Islam terus meningkat, seperti mempelajari fiqih, tafsir, aqidah, dan sejarah Islam. Hal itu membuka peluang bagi lembaga pendidikan Islam untuk menawarkan program-program studi yang lebih mendalam dan komprehensif, serta kesempatan penelitian dalam bidang keislaman.
Nah, untuk memaksimalkan peluang dalam pendidikan Islam, menurut Dadang Lukman AB, beberapa strategi perlu diterapkan agar bisa menghadapi tantangan dan tetap relevan di era modern.
Dimulai dari pengembangan kurikulum pendidikan Islam yang relevan dan kontekstual, sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan siswa di era modern tanpa mengorbankan nilai-nilai dasar Islam. Kurikulum ini integrasi ilmu agama dengan ilmu sains, teknologi, ekonomi, dan sosial, bertujuan agar siswa siap bersaing di dunia modern.
“Penekanan tetap pada nilai-nilai agama, bersinergi dengan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi, diikuti penyesuaian terhadap isu-isu seperti etika digital, bisnis syariah, dan lingkungan hidup dalam perspektif Islam,” katanya.
Strategi lainnya yakni pemanfaatan teknologi pendidikan (EdTech), karena digitalisasi menjadi faktor penting dalam menghadapi tantangan pendidikan di era global. Kemudian penerapan pendidikan karakter dan ahlak dengan pendekatan holistik yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam semua aspek kehidupan.
Tak kalah penting adalah pemberdayaan pesantren dan lembaga pendidikan Islam tradisional, dengan penguatan modernisasi manajemen dan pengajaran berbasis pemanfaatan teknologi informasi.
“Sejatinya, pendidikan Islam dapat terus berkembang dan berkontribusi besar dalam membentuk generasi ahlakul karimah, berpengetahuan luas, serta siap bersaing menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri sebagai Muslim. Sangat penting bagi dunia pendidikan Islam untuk terus mengikuti perkembangan teknologi dan globalisasi, agar tetap relevan dalam menghadapi modernitas dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dan identitas Islam,” ujar Dadang Lukman AB.
Penulis: Rameli Agam