Dalam sendiri yang sepi tiba-tiba saja aku ingat masa lalu yang indah:
Saat aku di Kairo, aku acap menikmati alunan suara indah penyanyi legendaris Umi Kultsum. Di samping lagu "Al Athlal", (puing-puing) , aku senang mendengarkan suara indah " Bintang dari Timur" Itu menyanyikan puisi "Ruba'iyyat (Quatrin) gubahan Omar al Khayyam, seorang penyair, filsuf, fisikawan dan matematikawan, kelahiran Persia.
Bait yang aku suka antara lain ini :
لا تشغل البال بماضي الزمان
ولا بآتي العيش قبل الأوان
واغنم من الحاضر لذاته
فليس في طبع الليالي الأمان
غدا بِظَهْرِ الغيب واليومُ لي
وكمْ يَخيبُ الظَنُ في المُقْبِلِ
ولَسْتُ بالغافل حتى أرى
جَمال دُنيايَ ولا أجتلي
Baca Juga
Mendambakan Ketenangan
Tak usah kau sibuk
melamun masa silam yang pergi
Dan mengangankan esok yang belum hadir
Lakukan saja apa yang bisa kau kerjakan hari ini
Dalam gelap malam tak kan
kau temukan keindahan
Esok adalah misteri
Hari ini milikku
Betapa angan-angan masa depan
Acap bikin aku kecewa
Untung aku bukan pelupa
Hingga aku masih bisa menatap
Indahnya duniaku ini
Lalu di bagian lain Omar menulis puisi yang menggetarkan
أَفْنَيْتُ عُمْرِى فِى ارْتِقَابِ الْمُنَى
وَلَمْ أَذُقْ فِى الْعَيْشِ طَعْمَ الْهَنَا
وَإِنَّنِى أَشْفِقُ أَنْ يَنْقَضِى
عُمْرِى وَمَا فَارَقْتُ هَذَا الْعَنَا
Telah kuhabiskan umurku
Untuk mengejar harapan demi harapan
Tetapi aku tak mencecap
Indahnya harapan itu
Aku cemas umurku akan habis
sedang lelahku
tak pernah lepas jua
يا عالمَ الأسرار عِلمَ اليَقين
وكاشِفَ الضُرِّ عن البائسين
يا قابل الأعذار عُدْنا إلى
ظِلِّكَ فاقْبَلْ تَوبَةَ التائبين
Duhai, Engkau yang mengetahui segala rahasia hati
Duhai Engkau yang menyembuhkan segala luka dan nestapa
Duhai Engkau yang memaafkan segala dosa
Peluklah dalam dekapan-Mu.
Mereka yang ingin kembali kepada-Mu
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU