Garut

Jadi Objek Kajian, Haul Pangeran Papak Cinunuk Garut Dihadiri Peneliti dari Korea Selatan

Jumat, 23 Agustus 2024 | 16:33 WIB

Jadi Objek Kajian, Haul Pangeran Papak Cinunuk Garut Dihadiri Peneliti dari Korea Selatan

Sejumlah warga Korea Selatan saat menghadiri Haul Pangeran Papak Cinunuk Garut untuk Penelitian. (Foto: NU Online Jabar/Rudi Sirojudin A).

Garut, NU Online Jabar
Keluarga besar Rd Wangsa Muhammad atau masyarakat mengenalnya Pangeran Papak rutin menggelar peringatan haul tiap tahunnya. Seperti yang terjadi pada Kamis (22/8/2024) bertempat di Komplek Makam Cinunuk Wanaraja Kabupaten Garut, pihak keluarga bersama masyarakat setempat menggelar haul Pangeran Papak yang ke-129. Hadir dalam kesempatan tersebut juga yakni keluarga besar Letjen Ibrahim Adjie, Bupati Garut periode 2014-2024 H Rudi Gunawan dan para peneliti asing dari Korea Selatan, Bae Dong Sun, Sing Chul Sun, Cho Yeon Sok. 


"Bersama para peneliti dari Korea Selatan sebagai tim historika dan Bapak H Rudi Gunawan pada acara haul Pangeran Papak," tulis sejarawan asal Garut Ai Sugiarti pada status WhatsApp pribadinya sebagaimana dipantau NU Online Jabar, Kamis (22/8/2024) malam. 


Pada kesempatan tersebut, Ai Sugiarti menyebut kehadiran para peneliti dari Korea Selatan dalam acara haul untuk kepentingan penelitian orang-orang Korea yang ikut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, salah satu bukti bahwa orang Korea pernah berjuang di Indonesia khususnya Garut yaitu dengan diresmikannya nama Yang Chil Sung (Komarudin) menjadi sebuah nama jalan di kawasan Wanaraja. 


Ia menilai nama prajurit yang menjadi anggota prajurit pasukan Pangeran Papak sebagai mana tertera pada batu nisannya yang ada di Komplek Taman Makam Pahlawan (TMP) Tenjolaya Garut itu menjadi topik penelitian orang Korea Selatan. 


"Perjuangan yang tak menghianati hasil. Setelah dua tahun perjuangan, akhirnya ada nama Jalan Komarudin (Yang Chil Sung) yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Garut. Siapa yang meneliti dan menulis, kebermanfaatannya akan lebih jauh, seperti yang terjadi di Garut dengan adanya orang dari negeri jauh dari Korea yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia," tulis guru Bahasa Asing SMKN 14 garut dalam status WhatsApp pribadinya. 


"Dua jalmi anu pameget ti Korea teh nuju pendidikan S3 jurusan ke-Indonesiaan di Koreana, pami anu dua istri, anu hiji namina kirang uninga, nuju pendidikan S2 patali sareng jalmi-jalmi ti Korea anu ngiring andil ngawujudkeun kamerdekaan Bangsa Indonesia," tandas perempuan yang akrab disapa Sensei itu. 


Untuk diketahui Rd Wangsa Muhammad (Pangeran Papak) merupakan salah satu penyebar agama Islam di tatar Sunda khususnya di Garut yang makamnya kini menjadi salah satu destinasi ziarah para wali di Kabupaten Garut. Ia wafat pada Malam Selasa 17 Safar 1317 H/1898 M. 


Salah satu puteranya yakni Rd Djayadiwangsa pernah menjadi Kuwu (Kepala Desa) pada jaman kolonial Belanda awal abad ke-20. Nama Pangeran Papak terus digunakan sebagai nama pasukan sebelum dan setelah perjuangan kemerdekaan Indonesia terwujud hingga Agresi Militer Belanda 1 dan 2 selesai.