Daerah

MWCNU Pondok Melati Dilantik

Ahad, 20 Desember 2020 | 19:07 WIB

MWCNU Pondok Melati Dilantik

Wakil Rais Syuriah PCNU Kota Bekasi memimpin pelantikan MWCNU Pondok Melati (foto: Syamsul Badri Islamy)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Pengurus Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, masa khidmat 2020-2025 resmi dilantik hari ini oleh PCNU Kota Bekasi di GOR Yasfi, Jatimurni, Minggu (20/11), dengan komposisi Rais Syuriah Ustadz H. E. Z. Arifin dan Ketua Tanfidziyah Ustadz Mustopa.

Pembacaan baiat oleh Wakil Rais Syuriah KH Zaenal Abidin, didampingi Katib Syuriah dan Ketua Tanfidziyah KH Madinah HL, yang berpesan kepada Pengurus MWCNU Pondok Melati agar bersinergi dan membersamai unsur tiga pilar; pemerintah, TNI, Polri, dalam membangun Pondok Melati.

Kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan ke-NU-an oleh Sekretaris PCNU Kota Bekasi Ustadz Ayi Nurdin dan Ketua NU Care-LAZISNU Kota Bekasi Ustadz Muiz Ali Murtadho. Nama pertama mengajak Pengurus MWCNU Pondok Melati untuk bangga dan tidak malu-malu dalam ber-NU.

“Kita bersama-sama terus memperdalam ke-NU-an kita. Jangan sampai ada ketakutan oh kalau saya menunjukkan ke-NU-an saya, nanti enggak diundang di masjid ini lagi atau takut memperkenalkan diri sebagai pengurus NU kepada jamaahnya,” tegasnya.

Menurut Ustadz Ayi, narasi yang kerap kita temukan untuk menggerogoti keyakinan kita dalam ber-NU adalah enggak usah ber-NU, ber-Islam saja cukup. Seolah-olah narasi itu benar, tetapi sesungguhnya denial atau menghianati realitas kehidupan kiwari.

Faktanya, umat Islam sudah terpecah menjadi banyak kelompok yang memiliki ideologi berbeda-beda, tetapi semua mendaku sebagai Ahlussunnah wal Jamaah, agar masuk surga, sebagaimana hadits Rasul. Sesungguhnya, Islam tetap satu, tetapi tafsir tentang Islam banyak.

“Perbedaan itu keniscayaan. Beda kepala, beda latar belakang, beda sosial, beda pemikiran. Nah, tinggal bagaimana kita mensikapi perbedaan yang ada, ada perbedaan yang bisa ditolerir, ada yang tidak bisa. Jadi jangan katakan ‘yang penting Islam’, itu tidak tepat,” kata dia. 

Ustadz Ayi mencontohkan seperti teks Al-Qur’an tentang nabi terakhir. Ada kelompok yang memaknai khatamun nabiyyin dalam QS Al Ahzab: 40 sebagai cincin. Tentu bagi kalangan NU makna itu tidak tepat, sehingga kita perlu mengambil jarak dengan kelompok tersebut.

Pewarta: Syamsul Badri Islamy
Editor: Muhyiddin