Mengenal Predikat Pengurus NU Maqbul, Mardud dan Mabrur
Oleh H. Dindin At-Tasiki
Tingkatan pengurus NU itu ada yang Maqbul, ada juga yang Mardud dan terdapat pula yang Mabrur.
Tingkatan Pengurus NU yang Maqbul
Sekedar menggugurkan kewajiban setelah dilantik sebagai pengurus NU, cukup hadir di acara hari-hari besar, saat konferensi, sesekali ikut rapat dan selebihnya pasif dalam kegiatan Jam'iyyah NU.
Tingkatan Pengurus NU yang Mardud
Di saat pelantikan di barisan depan, memakai baju batik atas jas NU paling duluan, setelah beres pelantikan nyaris tak pernah aktif dalam kegiatan NU dan dikenal dengan predikat "Muntaber" (Mundur Tanpa Berita)
Tingkatan Pengurus NU yang Mabrur
Menghiasi diri dengan Qonun Azasi, berkontribusi dan peduli terhadap kemajuan Jam'iyyah serta Jama'ah, mengikuti jalan yang digariskan Hadratusysyaikh KH. Hasyim Asy'ari dan para Masyayikh NU, konsisten dalam berkhidmah sebagai pengurus Jam'iyyah.
Adapun ciri-ciri pengurus NU yang Mabrur, yaitu: Pertama, santun dalam bertutur kata dan Istiqomah mensyi'arkan ideologi Aswaja dengan kelembutan (mauidhoh hasanah). Kedua, menebarkan kedamaian dan slalu menjaga persatuan umat. Ketiga, memiliki kepedulian sosial dalam menyantuni kaum yang membutuhkan.
Tingkatan Pengurus NU yang Mabrur ini adalah mereka yang mendapatkan limpahan do'a Hadratusysyekh KH. Hasyim Asy'ari dan diakui menjadi santrinya serta memperoleh keberkahan Khusnul khatimah bersama keluarganya.
Penulis merupakan Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat