• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 18 Mei 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Nilai Toleransi dan Kasih Sayang Sebagai Fundamental Kedamaian

Khutbah Jumat: Nilai Toleransi dan Kasih Sayang Sebagai Fundamental Kedamaian
Ilustrasi. (Foto: NU Online/freepik)
Ilustrasi. (Foto: NU Online/freepik)

Khutbah I
 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْحَكِيْمِ الْجَوَّادِ الْكَرِيْمِ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ الَّذِيْ خَلَقَ الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ التَّقْوِيْمِ وهَدَىهُمُ الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ. أَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الوَعْدِ الْأَمِيْنُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى خَاتَمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pada sidang Jumat mulia ini, marilah kita tingkatkan kembali ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Ketakwaan ini kita wujudkan dalam melaksanakan perintah Allah dengan penuh optimisme dan kegembiraan, serta menjauhi larangan-Nya dengan segenap kemampuan jiwa dan raga.


Sementara keimanan kepada Allah, kita wujudkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, serta percaya bahwa Allah senantiasa menyertai dan mengawasi segala perbuatan kita.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Allah Swt menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna di muka bumi. Manusia diciptakan tidak hanya dengan perangkat fisik atau tubuh, melainkan mental atau jiwa serta akal pikiran. Dan satu orang dengan orang lainnya tentulah diciptakan berbeda.


Perbedaan tersebut adakalanya berupa gender, suku, bahasa, karakter bahkan budaya. Namun perbedaan inilah yang harus kita artikan sebagai anugerah dari Allah Swt yang menghendaki kedamaian bukan perpecahan.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kita hidup di negara ini tidak lepas dari keragaman. Salah satu keragaman yang hadir di tengah kita yaitu keragaman penganut agama. Sebagai manusia yang berakal, tentu kita harus menyikapi segala perbedaan maupun keragaman dengan penuh kebijaksanaan. 


Dan pada dasarnya, seseorang dengan orang lain memiliki ikatan persaudaraan sebagai ikatan sesama manusia. Dan setiap manusia memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh kedamaian. Karena kedamaian itu sendiri merupakan landasan terkuat dalam kehidupan manusia dan bermasyarakat.


Sedangkan perpecahan, peperangan, permusuhan adalah pengecualian yang harus sama-sama dihindari dan dicegah dengan penuh kematangan pikiran, rasa jiwa dan kekuatan usaha bersama.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Agama hadir di tengah kehidupan manusia tidak hanya sebagai pelita petunjuk, Namun agama hadir sebagai pembawa kedamaian bagi manusia baik secara lahir maupun batin, serta baik secara individu maupun kelompok.


Dan Agama apapun namanya di muka bumi ini, sangat sepakat bahwa perpecahan yang menimbulkan kekerasan bahkan pertumpahan darah adalah hal yang sangat dilarang. Terlebih lagi dalam pedoman Agama Islam, Allah Swt berfirman dalam surat Ali ‘Imron ayat 105 yang berbunyi:


وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ۙ


Artinya: “Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang sangat berat.”


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Keragaman memang meniscayakan perbedaan, sedangkan perbedaan memiliki potensi melahirkan konflik yang menimbulkan ketidakseimbangan. Namun, kedamaian yang sangat diharapkan dapat dikonstruksikan. Oleh karena itu, pertanyaan mendasar bagi kita, bagaimana cara membangun kedamaian di tengah perbedaan?


Jawabannya yaitu dengan cara membangun ikatan dengan Tuhan sebagai hamba yang bertakwa dan membangun tali persaudaraan dengan sesama manusia dengan nilai toleransi dan rasa kasih sayang. Allah Swt berfirman dalam surat Ali ‘imron ayat 112 yang berbunyi:


ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ


Artinya: “Kehinaan ditimpakan kepada mereka di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.”


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Agama Islam merupakan agama yang penuh kasih sayang. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Imam Izzudin bin Abdi Salam dalam kitabnya yang berjudul “bidayatu as sul fi tafdliili ar rosul” bahwa Nabi Muhammad Saw yang merupakan pembawa risalah agam Islam  dijuluki sebagai Nabi pembawa kasih sayang atau nabiyuu rohmah.


Dan yang perlu digaris bawahi, bahwa kasih sayang tersebut bersifat universal dan tidak membeda-bedakan, bahkan berlaku untuk tumbuhan, hewan, hingga benda mati yang ada di sekitar.


Dengan demikian, indikator hamba yang bertakwa adalah memiliki rasa kasih sayang. Dan rasa kasih sayang inilah yang harus kita implementasikan dalam kehidupan sehari-sehari, dengan tetangga, di perkantoran atau tempat pekerjaan, atau dalam pola perilaku bermasyarakat hingga sebagai pendekatan dalam memperlakukan kehidupan sekitar.


Ketika seseorang memperlakukan orang lain atau sekitar dengan kasih sayang, maka ia tidak hanya disayangi oleh sekitar, namun penduduk langit pun akan menyayanginya. Hal tersebut ditegaskan dalam hadis Rasulullah yang berbunyi:


الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ (رواه الترمذي)


Artinya: “Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayangi oleh Allah yang Maha Pengasih. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. (HR. at-Tirmidzi)


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Selanjutnya, untuk mewujudkan kedamaian adalah dengan sikap toleransi. Toleransi adalah sikap menghargai terhadap eksistensi orang lain meliputi diri, keyakinan dan pandangannya. Sikap toleransi ini menggambarkan adanya interaksi baik terhadap diri sendiri maupun orang lain berupa penerimaan maupun pemberian dengan kelapangan hati.


Kendati banyak pakar yang menggagas terkait toleransi, namun yang ditegaskan oleh M. Quraish Shihab, ulama tafsir al-Qur’an dari Indonesia, bahwa yang disepakati tentang toleransi adalah ketika toleransi tersebut dapat dilakukan dengan benar, maka dapat melahirkan situasi hidup berdampingan dalam keadaan damai dan kerja sama.


Nilai toleransi adalah kunci keutamaan umat sebagaimana yang ditegaskan oleh Syekh Musthofa Gulayaini. Karena sikap toleransi mendorong seseorang untuk bersikap tengah-tengah atau moderat, baik terhadap dirinya maupun pihak lain secara adil.


Dalam kaitannya terhadap orang lain, sifat dermawan adalah bagian dari sikap moderat. Dengan sikap dermawan tersebut akan terjalin rasa kasih sayang, empati dan perhatian terhadap sesama.


Selain itu, sikap toleransi terhadap pihak lain maknanya adalah mengakui hak orang lain untuk menganut dan mengamalkan pandangannya. Dan hakikat toleransi adalah dapat dideskripsikan dengan dua pihak berbeda yang menginginkan kedamaian tanpa mencederai kehidupan bersama.


Oleh karena itu, toleransi tidak serta merta otomatis mengakui kebeneran pihak lain, namun sebatas menghargai pihak lain untuk menentukan dan mengamalkan padangannya sebagai hak yang mereka miliki. Ketika toleransi diamalkan dengan benar tanpa mengorbankan pihak lain yang tidak sependapat dengannya maka akan berimplikasi pada situasi hidup berdampingan dengan harmonis.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikianlah khotbah yang dapat disampaikan, dengan demikian, marilah kita hidup berdampingan satu sama lain dengan nilai kasih sayang dan sikap toleransi. Sehingga kekerasan dan kekejaman akan pudar secara perlahan sedangkan kedamaian akan terukir sebagai tujuan dalam kehidupan bersama.


بَارَكَ اللهِ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ  وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khotbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ العَزِيْزِ الغَفَّارِ مُكَوِّرِ اللّيْلِ عَلَى النَّهَارِ تَذْكِرَةً لِأُوْلِى  الْقُلُوْبِ والْأَبْصَارِ وَتَبْصِرَةً لِذَوِى الْأَلْبَابِ والْاِعْتِبَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ  لَهُ إرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نُوْرِ الْأَنْوَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَطْهَارِ.


أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِبْنَ وَعَنْ تَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَعَمَّنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنهُمْ والأمْوَاتِ إنّكَ سَمِيْعٌ قَريبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللّٰهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ الأَعْظَمِ الَّذِي دُعِيْتَ بِهِ أَجَبْتَ وَإِذَا سُئِلْتَ بِهِ أَعْطَيْتَ يَا اللهُ يَا وَاحِدُ يَا أَحَدُ يَا فَرْدُ يَا صَمَدُ يَا مَنْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْغَلَاءَ وَالأَمْرَاضَ وَالْأَسْقَامَ وَمِنْ سُوْءِ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَمِنْ سَائِرِ الْبِلَادِ وَمِنَ الْعَالَمِ وَاجْعَلْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ فِي حِمَاكَ وَحِرْزِكَ وَحِفْظِكَ وَجِوَارِكَ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.


عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِيْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَر.


Muhammad Rifki, Mahasiswa Pascasarjana Universitas KH Abdul Chalim


Khutbah Terbaru