• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Ubudiyah

Gerhana Bulan Terjadi Malam Ini, Berikut Tata Cara Shalat Gerhana 

Gerhana Bulan Terjadi Malam Ini, Berikut Tata Cara Shalat Gerhana 
(Ilustrasi/freepik)
(Ilustrasi/freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Gerhana bulan sebagian akan Kembali menyambangi wilayah Indonesia pada Jumat (19/11/2021) malam. Menurut informasi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), gerhana bulan sebagian adalah kondisi di mana sebagian permukaan bulan tertutupi bayangan atau umbra bumi. Semakin bulan menuju ke tengah atau pusat bayangan pada saat puncak Gerhana. Maka durasi gerhana akan semakin lama. 

Peristiwa ini akan terjadi di sebagian wilayah Indonesia dengan total durasi berkisar 2 jam 17 menit hingga 0 jam 9 menit. Peristiwa alam ini terjadi pada pukul 14:18:41 WIB/15:18:41 WITA/16:18:41, hingga pukul 17:47:05 WIB/18:47:05 WITA/19:47:05 WITA.

Saat terjadi peristiwa gerhana bulan, kita dianjurkan untuk melakukan shalat sunnah dua rakaat atau shalat sunnah khusuf. Secara umum, shalat sunnah gerhana bulan sama seperti shalat Idul Fitri dan shalat Idul Adha yang diawali dengan shalat sunnah dua rakaat dan dilanjutkan dengan khutbah. 

Namun, ada sedikit perbedaan pada pelaksanaan shalat gerhana bulan atau shalat sunnah khusuf ini. Perbedaannya adalah setiap rakaat pada pelaksanaan shalat gerhana bulan dilakukan dua kali rukuk. 

Berikut ini tata cara shalat gerhana bulan:

Pertama, sebelum shalat ada baiknya imam dan makmum melafalkan niat terlebih dahulu:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا/مَأمُومًا لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ 

Artinya, “Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT.”

Niat tersebut dilafalkan bersamaan dengan mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati. 

Kedua, membaca surat Al-Fatihah. Kemudian, dilanjutkan dengan membaca surat Al-Baqarah dengan suara yang lantang (Jahar).

Ketiga, Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat Surat Al-Baqarah. 

Keempat, i'tidal, akan tetapi bukan melafalkan doa i’tidal, melainkan kembali membaca Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Ali Imran atau selama surat itu. Kemudian, kembali rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat Surat Al-Baqarah. Setelah itu, Itidal dengan melafalkan doa i’tidal. 

Kelima, sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama.

Keenam, duduk di antara dua sujud. Dilanjut dengan sujud yang kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua. 

Ketujuh, duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua. Setelah bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua pada diri pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa. Sedangkan pada diri kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah. 

Kedelapan, Salam. 

Setelah itu, imam atau orang yang diberi wewenang menyampaikan dua khutbah shalat gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa kepada Allah, tobat, sedekah, memerdekakan budak (pembelaan terhadap kelompok masyarakat marjinal), dan lain sebagainya.

Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunnahan shalat dua rakaat gerhana tetap berlaku. Sedangkan dua khutbah shalat gerhana bulan boleh tetap berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana bulan sudah usai. Demikian tata cara shalat gerhana bulan berdasarkan keterangan para ulama. 

Editor: Agung Gumelar 
Sumber: NU Online


Ubudiyah Terbaru