• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Sanad Keilmuan Ajengan K.H.R. Moch Burhan (Apa Eyang) Pesantren Margasari Cijawura

Sanad Keilmuan Ajengan K.H.R. Moch Burhan (Apa Eyang) Pesantren Margasari Cijawura
K.H.R. Moch Burhan merupakan seorang kiai yang mempunyai peranan penting dalam aktivitasnya mengembangkan agama Islam khususnya di daerah Cijawura Hilir, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung (Foto-NUJO)
K.H.R. Moch Burhan merupakan seorang kiai yang mempunyai peranan penting dalam aktivitasnya mengembangkan agama Islam khususnya di daerah Cijawura Hilir, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung (Foto-NUJO)

K.H.R. Moch Burhan merupakan seorang kiai yang mempunyai peranan penting dalam aktivitasnya mengembangkan agama Islam khususnya di daerah Cijawura Hilir, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung.


Latar belakang pendidikan K.H.R Moch Burhan atau lebih dikenal sebagai Apa eyang pernah bersekolah di SD Cibatu Garut. Tahun 1914 Apa Eyang melanjutkan mondok di Pondok Pesantren Keresek, Garut selama 4 tahun di bawah bimbingan K.H. Ahmad Nahrawi. 


Setelah dianggap mampu memahami dasar-dasar agama, Apa Eyang melanjutkan ke Pondok Pesantren Fauzan Cisurupan, Garut (K.H. Umar Bashri). Dan tahun 1920-1925 beliau melanjutkan tholabul ilmi di Pondok Pensantren Sukamiskin, Kota Bandung.


Pada saat mondok di Sukamiskin Apa Eyang pernah diangkat menjadi Wakil Ajengan dari K.H.R Ahmad Dimyati (pengasuh Ponpes Sukamiskin). Di samping itu juga atas perintah dari K.H.R. Ahmad Dimyati, Apa Eyang mendapat permintaan dari Abah Haji Syukur untuk mengajar di Cijawura. Abah haji syukur merupakan tokoh yang disegani oleh masyarakat Cijawura sekaligus merupakan menantu dari abah H. Mu’min. 


Dua tahun setelah mengajar di Cijawura, Apa Eyang dinikahkan dengan putrinya Abah Haji Syukur yang bernama Ibu Hj Kultsum. Setelah menikah, Apa Eyang belum menetap di Cijawura, atas petunjuk dari gurunya K.H.R. Ahmad Dimyati, Apa Eyang melanjutkan pendidikan pesantren ke Gentur, Cianjur yang diasuh oleh K.H. Satibi selama beberapa tahun untuk memperdalam ilmu Falaq. 


Setelah tholabul ilmi pendidikan pesantren di Gentur, Cianjur, Apa Eyang melanjutkan pendidikan pesantrennya ke Pondok Pesantren Cijerah, Bandung dan pesantren Sempur, Purwakarta di bawah asuhan K.H. Tubagus Bakri.


Sekitar tahun 1930, Apa Eyang bersama Abah Haji Syukur mendirikan sebuah pesantren di Cijawura yang sekarang menjadi Pondok Pesantren Margasari Cijawura. Melalui pesantren yang didirikannya lah beliau dapat membimbing anak serta masyarakat untuk mulai berdakwah. Terlebih Apa Eyang dalam menjalankan dakwahnya berusaha untuk memahami bagaimana kondisi masyarakat Cijawura yang pada saat itu masih sangat minim dalam menguasai agama Islam sehingga beliau melakukan dakwah di Cijawura dengan cara perilaku dan perbuatan yang dapat dilihat dan dicontoh oleh masyarakat awam.


Selain itu, Apa Eyang pun menghasilkan beberapa karya, salah satunya menulis kitab diantaranya; Kitab Al-Qowa’id Al-Nahwiah, Kitab Jubad, dan Kitab Al-Bidayat Al-Hidayat.


Penulis: Latipatunnissa
Editor: Agung Gumelar
 
 


Tokoh Terbaru