Mandi wajib atau mandi janabah adalah mandi besar yang harus dilakukan seseorang ketika ia sedang dalam keadaan hadas besar atau junub. Menurut Syeikh Salim bin Sumair al-Hadromi dalam kitabnya Sapinatun an-Naja, ada enam sebab yang mewajibkan seseorang mandi janabah:
مُوْجِبَاتُ الْغُسْلِ سِتَّةٌ، إِيْلَاجُ الْحَشَفَةِ فِي الْفَرْجِ وَخُرُوْجُ الْمَنِيّ وَالْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالْوِلَادَةُ وَالْمَوْتُ.
Artinya: “Enam perkara yang mewajibkan mandi, 1) Hubungan seksual (persetubuhan), 2) Keluarnya sperma, 3) Berhentinya darah haid. 4) Berhentinya darah nifas, 5) Melahirkan, dan 6) Meninggal dunia”. (Salim bin Sumair al-Hadromiy, Safinat an-Naja fi Ushul ad-Din wa al-Fiqh, [Indonesia, Pustaka Islam] Halaman 22).
Apabila salah satu dari keenam itu dialami oleh seseorang, maka wajib baginya untuk mandi Janabah ketika hendak melaksanakan ibadah.
Adapun mandi Jum’at ialah mandi sunah yang dianjurkan ketika hari jum’at. Namun bagaimana jika seseorang mengalami hadats besar di hari jumat sehingga ia diharuskan mandi wajib atau janabah dan ia pun ingin mendapatkan pahala mandi sunah Jum’at, apakah harus dua kali mandi (wajib dan sunah)? Atau bisa digabungkan? Apakah niatnya juga harus dua kali atau cukup satu kali?
Diterangkan dalam kitab Fath al-Muin karya Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari bahwa diperbolehkan seseorang di hari Jum’at menggabungkan mandi janabah dan mandi Jum’at.
لَوِ اغْتَسَلَ لِجَنَابَةٍ وَنَحْوِ صَلَاةِ الْجُمْعَةِ بِنِيَّتِهِمَا حَصَلَا، وَإِنْ كَانَ الأَفْضَلُ إِفْرَادُ كُلٍّ بِغُسْلٍ أَوْ لِإِحْدَاهِمَا حَصَلَ فَقَطْ.
Artinya: “Apabila seseorang hendak mandi dengan niat mandi janabah dan semacam mandi Jumat dengan niat sekaligus, maka hasilah kedua-duanya. Meskipun yang lebih utama adalah memisahkan masing-masing dengan mandi sendiri-sendiri. Atau niat dengan salah satunya, maka berhasilah apa yang diniati”. (Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fath al-Muin, halaman 10).
Syeikh Abu Bakr bin Syatha menambahkan penjelasan mengenai penggalan “Meskipun yang lebih utama adalah memisahkan masing-masing dengan mandi sendiri-sendiri” yaitu mandi janabah terlebih dahulu baru kemudian mandi Jumat.
Maka, dari penjelasan di atas terdapat tiga kesimpulan:
1. Diperbolehkan menggabungkan mandi janabah dan Jum’at dengan dua niat sekaligus;
2. Diperbolehkan menggabungkan mandi janabah dan Jum’at hanya dengan satu niat saja, baik itu niat mandi janabah atau Jum’at;
3. Yang lebih utama adalah memisahkan mandi janabah dengan mandi sunah Jum’at.
Manakah yang harus kita ambil? Jawabannya adalah ambilah sesukamu, baik dua kali mandi (wajib dan sunah) dengan niat yang berbeda, satu kali mandi dengan dua niat, atau satu kali mandi dengan satu niat (janabah atau sunah Jum’at), semuanya diperbolehkan oleh ulama, yang tidak boleh itu seseorang dalam keadaan berhadas besar atau junub tidak melaksanakan mandi janabah. Wallahu A’lam.
M. Salman Saprudin, S.Hum, Santri Pesantren Al-Ihsan Cibiru Hilir Bandung
Terpopuler
1
Haul ke-96 Eyang Santri, Ulama dan Negarawan dari Trah Mangkunegaran, Digelar di Puncak Gunung Salak
2
Khutbah Jumat Singkat: Hikmah Dibalik Pelaksanaan Ibadah Haji dan Kurban di Bulan Dzulhijjah
3
Hari ke-42 Operasional Haji 2025, 235 Jamaah Dilaporkan Meninggal Dunia
4
Inilah Daftar Kandidat sekaligus Nomor Urut Calon Ketua PKC dan Kopri PMII Jawa Barat Masa Khidmat 2025-2027
5
Dipastikan Gabung Persib Bandung, Saddil Ramdani Pulang Kampung Usai Merumput di Liga Malaysia
6
Jelang Konkoorcab XXI, PMII Jabar Gelar Pengambilan Nomor Urut hingga Pemaparan Visi-Misi Kandidat
Terkini
Lihat Semua