• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Opini

Mengenal Gus Dur Lewat Literatur

Mengenal Gus Dur Lewat Literatur
Mengenal Gus Dur Lewat Literatur (Foto: jaringan Gusdurian)
Mengenal Gus Dur Lewat Literatur (Foto: jaringan Gusdurian)

Sedikit cerita tentang sosok Gus Dur yang dibesarkan dan hidup di lingkungan pesantren, namun biar begitu tidak membuat Gus Dur mengurangi minat membaca. Bahkan sedari muda ia dikenal sebagai seseorang yang "gila" dengan berbagai bacaan. 


Dalam buku Perjalanan Politik Gus Dur, disunting Irwan Suhanda, disebutkan bahwa Gus Dur merupakan mahasiswa di Department of Higher Islamic and Arabic Studies, Universitas Al-Azhar. Tapi Gus Dur tercatat tidak berhasil menyelesaikan pendidikannya tersebut dan Kairo bagi Gus Dur merupakan tempat yang sibuk dengan kehidupan dunia sastra, pencarian pengetahuan, kesegaran gagasan dan ide-ide baru. Meskipun tidak selesai. Gus Dur justru menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Baghdad Irak. 


Menurut berbagai sumber, ada salah satu sahabatnya semasa menyelesaikan pendidikan di Universitas Baghdad, Gus Dur menjalin persahabatan dengan seorang Ulama betawi (Jakarta) terkemuka yang juga dekat dengan keluarga Gus Dur.


Gus Dur merupakan tokoh bangsa yang multidimensi. Gus Dur adalah seorang kiai sekaligus penulis yang produktif. Adapun penulis mengenal Gus Dur melalui literatur dari kelima buku karyanya, katakanlah dengan membaca buku-buku Gus Dur seperti menghidupkan pemikiran Gus Dur. Pertama, Islamku, Kedua Islam Anda, Islam Kita. Kedua Pergulatan Negara Agama dan Kebudayaan. Ketiga, Tuhan Tidak Perlu Dibela. Keempat,
Islam Kosmopolitan, Nilai-nilai Indonesia dan Transformasi dan yang terakhir Menggerakkan Tradisi Pesantren. 


Tentu masih banyak buku-buku yang relevan hingga saat ini untuk dibaca, sebagai upaya generasi muda untuk menanamkan nilai-nilai dasar perdamaian, kemanusiaan dan kecerdasan pemikiran Gus Dur. Pemikiran Gus Dur sebagai sebuah pembaruan. 


Gus Dur dipandang sebagai sosok sentral yang meletakkan kebaruan di dalam tubuh NU (Nahdlatul Ulama) dengan berbagai kebijakan dan gerakannya itu, seperti mengembalikan NU pada Khittah 1926. 


Dalam sejarah perjalanan NU, pada sekitar tahun 1983, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dikala itu selaku "Ketua Tim Tujuh" berhasil menyusun rumusan untuk mengembalikan khittah NU 1926. Khittah itu adalah mengembalikan NU menjadi organisasi kemasyarakatan, bukan organisasi politik. 


Gus Dur seorang kiai yang sekaligus berperan menjadi politisi demi kepentingan bangsa dan negaranya, bisa dibilang perjalanan politiknya dimulai ketika aktif di organisasi massa Islam, NU. 


Dengan terpilihnya Gus Dur menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tahun 1984, dalam Muktamar ke-27 Situbondo. KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU yang cukup lama, terpilih tiga periode berturut-turut (1984-1999). 


Perjalanan kariernya sebagai kiai sekaligus politisi tidak sedikit, Gus Dur pernah menjadi Anggota MPR dari partai Golkar tahun 1987, serta membantu Golkar untuk kampanye pemilu 1997 dan akhirnya Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tahun 1998. 


Berkat partai itu bersama partai-partai lainnya yang dikenal dengan koalisi poros tengah, Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1999. 


NU telah membuktikan dirinya bermanfaat dan maslahat untuk publik. Begitu banyak harapan yang digantungkan pada NU untuk menjadi 'kompas kehidupan' di dunia dan akhirat. Ada harapan besar jika NU eksis maka Indonesia tetap utuh. 


Gus Dur dan buku tidak terpisahkan, hal itu penulis ketahui dari karya tulis Greg Barton penulis biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid dalam beberapa bagian bukunya, Greg menuliskan tentang kegandrungan Gus Dur dalam membaca buku. Melalui catatan Greg kita dapat belajar betapa gemar dan terlalu cintanya Gus Dur terhadap buku. 


Kekuatan membaca Gus Dur seharusnya menginspirasi setiap santri di pesantren, termasuk bagi diri penulis sendiri yang mengenal Gus Dur lewat literatur. 


Dengan momentum Harlah Gus Dur, 4 Agustus, 2023 ini marilah kita melanjutkan kembali nilai-nilai pemikiran dan segala kebijakan Gus Dur yang selalu berpihak pada rakyat Indonesia. Membaca buku-buku Gus Dur dapat memulihkan kerinduan sekaligus wawasan pengetahuan. 


Gus Dur senang sekali berdiskusi dengan mahasiswa dan kaum cendekiawan di kedai-kedai kopi Kota Kairo, sewaktu masih menjadi mahasiswa. Kedai-kedai kopi bagi Gus Dur merupakan "sekolah" untuk menyempurnakan pengetahuan Bahasa Arab dan meluapkan debat-debat intelektualitasnya. Begitu menurut catatan Greg Barton dalam karya The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. 


Penulis meyakini bahwa pemikiran Gus Dur akan tumbuh subur juga melalui literatur, sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Gus Dur, penulis menuliskan bait-bait serupa puisi; Tumbuh Subur Nilai-Nilai Luhur Gus Dur


Nasihat-nasihatmu soal agama yang diwarnai canda tawa
Justru mencerminkan wajah sejuk agama


Memikat dalam rasa khidmat
dan mengandung berkat 


Aku bertanya tentang agama itu apa?
setelah engkau tiada
Lalu kutemui buku-bukumu yang sarat akan aroma wangi toleransi beragama


Ah, Gus jangan kemana-mana…
biarkan kami anak-anak generasi merah-putih menyalakan lagi api pluralisme hingga ke pelosok negeri


Ah, Gus jangan kemana-mana…
biarkan kami generasi santri merah-putih meneladani peranmu sebagai kiai, penulis sekaligus politisi


Panjang umurlah cita-citamu Gus…
di Bulan Agustus 
Bulan kemerdekaan sekaligus bulan kelahiran


Tumbuh subur nilai-nilai luhur
dalam taman buah-buah khazanah literatur


Terima kasih Gus Dur
Terima kasih Gus Dur
Terima kasih Gus Dur


Abdul Majid Ramdhani, salah seorang kontributor dari Cirebon, juga alumni santri Ponpes Al-Hamidiyah Depok
 


Opini Terbaru