• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Nasional

Sikap PBNU Terkait Usul Peniadaan Sidang Isbat: Perlu Proses Kajian Panjang

Sikap PBNU Terkait Usul Peniadaan Sidang Isbat: Perlu Proses Kajian Panjang
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, menyampaikan pandangannya mengenai sidang isbat dalam menetapkan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Menurutnya, sidang isbat sudah menjadi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga penghapusannya memerlukan proses yang panjang.


Pernyataan ini disampaikan oleh Gus Yahya sebagai tanggapan terhadap pertanyaan mengenai adanya usulan dari Muhammadiyah yang menginginkan agar pemerintah tidak perlu lagi menggelar sidang isbat.


"Pertama, sidang isbat itu sudah aturan menjadi ketentuan pemerintah, sehingga untuk menghapus itu butuh proses panjang. Tidak bisa tiba-tiba kalau misalnya Menteri Agama tiba-tiba bilang tahun ini nggak ada sidang isbat, tentu kami akan protes juga karena ini sudah jadi aturan," kata dia dalam keterangan persnya di Gedung PBNU, seperti dikutip dari NU Online, Sabtu (9/3/2024). 


Selain itu, kiai yang kerap disapa Gus Yahya ini mengatakan, sidang isbat diselenggarakan untuk menjaga harmoni masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri.


"Dan sebetulnya sidang itsbat ini diselenggarakan untuk tujuan agar harmoni masyarakat tetap terpelihara dalam Ramadhan dan Idul Fitri nanti. Setau saya bahkan dulu yang mengusulkan sidang isbat sendiri dari Muhammadiyah. Itu usul saja," ujar Gus Yahya.   


Intinya, Gus Yahya menegaskan bahwa PBNU akan tetap mengikuti prosedur dan hasil sidang isbat yang ditetapkan oleh pemerintah.

 

 "Tapi kalau bagi Nahdlatul Ulama kami tetap saja berpegang pada pandangan bahwa awal Ramadhan dan Idul Fitri itu ditentukan berdasarkan hasil rukyah hilal. Nah, karena ada aturan bahwa pemerintah melakukan sidang isbat, maka kami dengan ini menyandarkan diri kepada hasil sidang isbat itu sendiri dari pemerintah. Para kiai NU bahkan mengatakan tidak boleh mengumumkan pandangan yang berbeda dari pemerintah kalau sudah ada penetapan isbat dari pemerintah," papar dia. 


Dalam konteks bulan suci, Gus Yahya juga menekankan pentingnya meningkatkan spiritualitas dan menghindari ceramah yang memuat provokasi selama bulan Ramadhan.   


"Dalam suasana Ramadhan ini, mari kita tingkatkan pendekatan diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Perbedaan pandangan sudah biasa, dan masyarakat tidak diganggu olehnya. Mari kita manfaatkan bulan Ramadhan ini untuk meningkatkan ikhtiar rohani kita," tambahnya. 


Gus Yahya menekankan bahwa pandangan Nahdlatul Ulama selalu bersandar pada keputusan sidang isbat pemerintah, dan mengajak semua pihak untuk menjaga kedamaian dan kesatuan umat selama bulan suci Ramadhan.


"Kami ingatkan dan kami imbau kepada semua ya daripada kita melakukan provokasi mari kita tingkatkan setiap pendekatan diri kita kepada Allah swt," pungkas Gus Yahya.
 


Nasional Terbaru