• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Nasional

SEABAD NU

Mengambil Spirit Perjuangan dari Pameran Sejarah Komite Hijaz

Mengambil Spirit Perjuangan dari Pameran Sejarah Komite Hijaz
Diaz Nawaksara selaku kurator pameran menyerahkan Katalog Pameran kepada Agung Purnama dari NU Jabar Online (Foto: NUJO).
Diaz Nawaksara selaku kurator pameran menyerahkan Katalog Pameran kepada Agung Purnama dari NU Jabar Online (Foto: NUJO).

Tanggal 5 sampai 7 Februari 2023, Pameran Sejarah Komite Hijaz terselenggara di Hotel Shangrila Surabaya, menyertai semaraknya ragam rangkaian acara peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama.

 

Pameran yang dipersiapkan selama sebulan oleh 10 orang tim tekhnis ahli ini menampilkan visualisasi dan narasi tentang perjuangan para ulama yang tergabung dalam Komite Hijaz dalam memperjuangkan aspirasi umat Islam Ahlu Sunnah wal Jama'ah di tengah-tengah perubahan geopolitik dunia Islam, khususnya yang terjadi di Timur Tengah.

 

Masyhur dalam sejarah, pada paruh awal tahun 1920-an dunia Islam terguncang atas runtuhnya Kesultanan Turki Utsmani dan dikuasainya Tanah Hejaz oleh keluarga Ibnu Saud. Kondisi ini direspon oleh umat Islam di tanah Jawa dengan membentuk Komite Khilafat di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto, yang kemudian pada Maret 1926 bersama KH Mas Manshur, berangkat ke Timur Tengah menghadiri perhelatan Muktamar Al Islam yang pertama.


Akan tetapi, Komite Khilafat ini tidak mengakomodir aspirasi para ulama tradisional dari kalangan pesantren. Komite Khilafat lebih didominasi kelompok "Muslim Pembaharu" yang bergerak terlalu politis, serta mengesampingkan persoalan ajaran-ajaran dan amaliah-amaliah Islam Ahlu Sunnah wal Jama'ah.

 

Mendapati kondisi seperti ini, KH. Wahab Hasbullah, atas restu Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, keluar dari Komite Khilafat, dan lalu membentuk Komite Hijaz yang kemudian mengkristal menjadi Jam'iyah Nahdlatul Ulama.

 

Perjuangan berat pun dimulai. Berangkat lah KH. Wahab Hasbullah bersama Syaikh Ghonaim Al Amir ke Timur Tengah, membawa sepucuk surat berisi aspirasi para ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah yang ditujukan kepada Raja Ibnu Saud, sang penguasa baru Tanah Hejaz.

 

Bagaimana proses dan hasil dari perjuangan ini? Pameran Komite Hijaz bisa menjadi jawaban dan memberikan informasi akan hal itu untuk kita saat ini.

 

Kang Didin Ahmad Zaenudin atau lebih populer Diaz Nawaksara, selaku kurator pameran, sekaligus peneliti dan pengkaji sejarah Komite Hijaz menginformasikan bahwa pameran ini selain penting sebagai media visualisasi perjuangan para founder Nahdlatul Ulama, juga di dalamnya terdapat kontekstualisasi spirit perjuangan keagamaan yang digelorakan para ulama Tanah Air, di tengah perhelatan dunia.

 

KH. Wahab Hasbullah itu, sebelum sampai di Tanah Hejaz, sepanjang perjalanannya, telah singgah di beberapa tempat untuk membangun jaringan dan komunikasi dengan tokoh-tokoh internasional. Semua dilakukan demi kemaslahatan umat Islam sejagat. Inilah wujud dari realisasi simbol NU; tali melingkari bumi.

 

Selain itu, para pengunjung pameran juga bisa tergugah oleh sebuah pelajaran akan kemandirian dan keikhlasan dalam berjuang. Tergambar bagaimana KH. Wahab Hasbullah menolak uang hasil urunan para saudagar dan para kyai, dan ia memilih berangkat ke Tanah Hejaz dengan ongkos serta modal sendiri.

 

Nilai-nilai lainnya adalah perihal kebanggaan. Bagaimana tidak, jika dibandingkan dengan utusan Komite Khilafat yang tidak mendapat balasan resmi atas aspirasinya, KH. Wahab Hasbullah justru pulang ke Tanah Air dengan membawa surat resmi dari Raja Ibnu Saud, sebagai jawaban atas aspirasi para kyai Nahdlatul Ulama.


Dalam hal ini, jadi anu bebeunangan mah justru pihak NU. "Padahal urang mah awalna gé ditinggalkeun. Henteu diakomodir ku kelompok Komite Khilafat. Lamun seug harita aspirasi para kyai NU dibawa tur kaangkat ku Komite Khilafat mah, jigana moal ngajieun Komite (Hijaz) deui", begitu ujar Diaz Nawaksara dengan logat Sundanya.

 

Dari segi metodologis dan tekhnis pengkajian, Kang Diaz Nawaksara mengakui bahwa ia dituntut harus menemukan dan mengumpulkan banyak data yang bisa dikontruksi menjadi rangkaian peristiwa sejarah. Oleh karena itu, dokumen-dokumen yang ditemukan itu juga memerlukan proses transliterasi, tidak bisa sekonyong-konyong disajikan dalam kondisi mentah.


Selain proses intelektual, proses spiritual juga ditempuh, manakala beberapa data yang diperlukan sulit ditemukan.

 

"Akhirnya terpikir, dulu Mbah Wahab sebelum mendirikan NU kan lapor dulu ke Sunan Ampel, yang lalu kemudian mendapat isyarat. Saya pun ziarah ke Tambakberas, sowan serta curhat di pusara Mbah Wahab. Biqudrotillah, ketika pulang dan memulai kembali pengkajian, data-data yang diperlukan pun bermunculan. Begitu mudah didapatkan. Seakan saya diajak jalan-jalan oleh Mbah Wahab, untuk menemukan data apa yang diperlukan", begitu pemaparan Diaz.

 

Ke depan, rencananya pameran Komite Hijaz akan road show ke berbagai kota di pulau Jawa, termasuk Jawa Barat. Sekaligus, akan adanya promosi buku Sejarah Komite Hijaz yang ditulis oleh Kang Diaz Nawaksara dan Ahmad Ginanjar Sya'ban. Patut ditunggu. 

 

Agung Purnamakontrubutor NU Jabar Online. Staf pengajar UIN Sunan Gung Djati Bandung.


Editor:

Nasional Terbaru