• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Nasional

Habib Syarif Al-Aydarus Jelaskan Hubungan Musibah, Sabar, dan Tawakal (1)

Habib Syarif Al-Aydarus Jelaskan Hubungan Musibah, Sabar, dan Tawakal (1)
Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Habib Syarif Al-Aydarus
Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Habib Syarif Al-Aydarus

Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Habib Syarif Al-Aydarus mengungkapkan, ada tiga aspek dalam islam yang memiliki korelasi yang sangat erat, yaitu musibah, sabar, dan tawakal. Namun sayang, nampaknya musibah hanya dikaitkan dengan sabar dan kurang dikaitkan dengan tawakal.

"Kita sadar, sampai hari ini musibah masih terus berlanjut, dengan kedalaman dan kebersihan nuraninya Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs, menyampaikan, bah akan memiliki tiga konotasi akan memiliki tiga makna, tergantung sampai sejauh mana kita mensikapi musibah itu sendiri," ungkap Habib Syarif saat memberikan tausiyah pada kegiatan Jabar Bermunajat secara virtual, Senin (5/7).

Ia menjelaskan, ada tiga makna musibah menurut Syekh Abdul Qadir qs.

Pertama, musibah bima’na uqubah.

Musibah bisa menjadi hukuman ataupun menjadi sesuatu yang lebih memberatkan, jika disikapi dengan hati yang penuh menggerutu.

"Nah, ini nampaknya yang terjadi saat musibah itu sebagai sebuah problem, namun karena sikap jiwa yang tidak terkontrol, yang tidak terkendali, musibah itu sendiri bisa menjadi uqubah," jelasnya. 

Kedua, musibah bima’na kaffarah.

Bagi seseorang, musibah bisa menjadi sebuah proses yang mampu mengurangi dan juga membersihkan dosa, atau yang kita kenal dengan istilah kifarat.

"Musibah adalah sebuah proses Allah karena cintanya kepada yang bersangkutan dibersihkan dikurangi, dikembalikan ke kondisi awal dengan musibah, oleh karena itu musibah bima'na kaffarah," ujarnya.

Ketiga, musibah bima’na rof’uddarojah.

Ia mencontohkan sebelum Nabi ditugaskan menjadi rasul itu ada ujiannya. Jika lolos dari ujian tersebut, barulah gelar ke Rasulannya tersebut diberikan kepada yang bersangkutan. Artinya, musibah sebagai sebuah proses promotion, proses peningkatan derajat.

"Nah ini akan kembali kepada kita masing-masing sampai sejauh mana kita mensikapi covid ini. Karena maaf, tidak sedikit yang akhirnya terbangun suasana yang sangat mencekam, seakan-akan dunia itu besok kiamat ya," ungkap Habib Syarif.

Menurutnya, hal tersebut terjadi karena hilangnya sikap tawakal dari sebagian kaum Muslimin.

"Covid, menyita segala-galanya, covid, mengurangi kebiasaan kita yang senantiasa tersenyum, covid menyita senyum kita, covid merampas kegembiraan kita covid mengurangi kebahagiaan kita. Padahal, kalo kita ukur dari 24 jam Allah lebih banyak memberikan anugerah dan nikmat Nya," jelas Habib Syarif.

Ia menganjurkan agar kita melaksanakan prinsip-prinsip kehati-hatian seperti yang diajarkan oleh para ulama, salah satunya dengan menjalankan protokol kesehatan dan vaksin.

Dalam kesempatan yang sama, Habib Syarif mengutip firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 51 yang jelas sebagai pegangan kita.

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

"Qul, katakanlah ya Muhammad, la yusibana, sekali-kali kami tidak menurunkan musibah kepada kalian, illa ma kataballah, kecuali atau melainkan itu semua sudah ada dalam skenario besar Allah, Itu semua sudah diterangkan oleh Allah, itu semua sudah digariskan oleh Allah, Huwa maulana, nah ini nampaknya, yang sering terlewatkan. Dialah Allah maha pelindung kita wa’alallohi falyatawakkalil mukminuun, Dan hanya kepada Allah lah orang-orang yang beriman bertawakkal," kutipnya.

Ia menuturkan, saat ini tak sedikit masyarakat yang gelisah karena kurang tepat memahami secara utuh makna tawakal.

"Kenapa manusia harus tawakal? Kita perlu yakin, bahwa apa yang digariskan oleh Allah yang pertama baik, yang kedua benar, yang ketiga manfaat, yang keempat akan menjamin kebahagiaan, yang kelima aman dan seterusnya seterusnya, pasti di dalamnya terkandung nilai-nilai positif yang luar biasa," tuturnya.

Ia pun melanjutkan, selain manusia dianugerahi oleh Allah beberapa sifat positif, dan itu merupakan fitrah, juga manusia dilengkapi dengan beberapa sifat-sifat negatif. Seperti manusia ini makhluk yang rapuh, ringkuh, cengeng, mudah putus asa, tidak sabaran, mudah marah, bahkan tidak jarang muncul sikap yang mengarah kepada perbuatan nekad.

"Itulah, kesempurnaan manusia selain Allah anugerahkan nilai-nilai positif, juga Allah lengkapi dengan beberapa sifat-sifat yang negatif, kita ringkih, kita rapuh, kita labil. Oleh karena itu, selain ayat-ayat yang berkaitan dengan tawakal, banyak sekali di dalam Al-Qur'an yang Allah gariskan kita perlu memiliki yang namanya sifat istiqamah," ungkapnya.

Selain itu, di dalam menjalani kehidupan ini kita tidak cukup hanya bermodal keinginan, akan tetapi harus siap menghadapi yang namanya realitas hidup. Sebab, kehidupan adalah rangkaian gerbong yang memiliki masalah-masalah.

"Kehidupan ini sangat dinamis, di dalam kehidupan ini ada yang namanya pasang, yang namanya surut, Itulah yang namanya realitas kehidupan," jelas Habib Syarif.

Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi

Editor: Abdullah Alawi 


Nasional Terbaru