• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Nasional

Belajar Kemandirian Umat dari Rasulullah SAW dan Para Sahabat

Belajar Kemandirian Umat dari Rasulullah SAW dan Para Sahabat
Wakil Rais Syuriyah PWNU Jabar KH Abun Bunyamin (Foto: NUJO)
Wakil Rais Syuriyah PWNU Jabar KH Abun Bunyamin (Foto: NUJO)

Bandung, NU Online Jabar 
Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat KH Abun Bunyamin mengajak untuk meneladani cara Rasulullah SAW dan para sahabat dalam hal kemandirian ekonomi terkhusus kemandirian ekonomi bagi umat. 

Kiai Abun mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat mampu memajukan sebuah negara hanya dengan pajak, ghanimah, zakat, infak, dan sedekah. 

“Kita belajar pada Rasulullah dan para sahabat, pada waktu itu hanya lewat jizyah, ghanimah, zakat, infak, dan sedekah negara itu bisa maju, bisa berkembang,” tuturnya pada acara webinar Kemandirian umat yang diselenggarakan Panitia Konferwil ke-XVIII PWNU Jabar, Sabtu (2/10). “Mengapa kita tidak bisa hanya sekedar ngurus NU saja?,” imbuhnya. 

Menurutnya, terwujudnya kemandirian ekonomi memerlukan rasa keinginan yang kuat dalam diri serta harus dibekali dengan keahlian yang mumpuni. 

Ia kemudian bercerita ketika dirinya melakukan studi banding ke Malaysia, ia mendapati orang-orang yang sedang mengantri di bank, mereka adalah orang-orang yang ingin menyetorkan zakatnya.

“Kapan kita seperti mereka?,” ujar Kiai Abun. 

Menurutnya, kalau hal ini dilakukan potensi kemandirian umat akan sangat besar. Ia menuturkan bahwa PR terbesar saat ini adalah bagaimana menanamkan kepercayaan kepada masyarakat. 

“Kalu kita mampu menggali sebetulnya bisa, tapi karena kita ini mungkin waktunya kurang atau kemampuannya tidak menunjang, atau semangatnya tidak ada atau mungkin hal-hal lain yang tidak menunjang sampai tukcing (setelah dibentuk cicing) tidak pernah bergerak,” tuturnya.

Padahal, lanjut Pengasuh Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta ini, KH Ma’ruf Amin selalu mengatakan bahwa kita harus munaddzim (mampu menjadi organisatoris yang baik), muharrik (bisa menggerakkan), bahkan kita harus mujahid (mau dan mampu berkorban), muwahhid (menyatukan potensi), dan terakhir adalah mukhlis (yang ikhlas dalam segala pengorbanannya). 

Ia lalu menuturkan keinginannya untuk menjadi yang memberi bukan lagi yang diberi.

“Kita tidak selamanya minta, bikin proposal kemudian telepon sana sini untuk dibelaskasihani. Tapi kita ingin menjadi yang memberi yang dominan di bidang ekonomi, insyaallah kita bisa kalau kita usaha, kalau kita mau, kalau kita mampu,” tuturnya.

Kemampuan, lanjut Kiai Abun, hal ini sebenarnya tinggal diaplikasikan karena banyak para doktor dan magister yang ada di bidang pengelolaan, pendistribusian, bahkan juga penggalian zakat, sedekah, dan infak. 

“Sepanjang kita belum bisa menggali potensi diri lewat zakat, infak, dan sedekah, kemandirian itu hanya angan-angan. Tapi, kalau kita optimalkan maka insyaallah potensi itu sangat besar,” tuturnya. 

Pewarta: Agung Gumelar


Nasional Terbaru