• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Kota Bandung

Tips Sukses Jadi Konten Kreator yang Paham Literasi Digital

Tips Sukses Jadi Konten Kreator yang Paham Literasi Digital
Bagus Utron, tim editor NU Online Jabar. (Foto: NUJO/Agung)
Bagus Utron, tim editor NU Online Jabar. (Foto: NUJO/Agung)

Bandung, NU Online Jabar
Di era media sosial seperti sekarang siapapun bisa menjadi konten kreator. Simpelnya, konten kreator diartikan sebagai orang (pelaku) pembuat konten yang utamanya disebarkan ke platform digital. Seiring dengan populernya media sosial, pekerjaan menjadi konten kreator pun kian diminati oleh banyak kalangan, umumnya para remaja. 

 

Tentu menjadi seorang konten kreator bukanlah pekerjaan yang mudah. Selain dituntut harus memahami tentang bagaimana cara membuat konten yang menarik, konten kreator juga dituntut agar paham mengenai digital literasi. Hal ini bertujuan agar konten yang dihasilkan bukan saja mempunyai nilai hiburan dan informasi, tetapi memberikan feedback positif kepada penonton, pembaca, ataupun pendengar. 

 

Anggota Lembaga Ta’lif wa Nasyar (LTN) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta Ahmad Lailatus Sibyan mengungkapkan tips untuk menjadi konten kreator yang bukan hanya sukses tapi juga paham literasi digital. 

 

Ahmad menjelaskan, kunci sukses seorang konten kreator yang pertama adalah mampu mengenali target audiance. “Lakukan analisa seperti umur, jenis kelamin, tempat tinggal, bekerja, bersosialisasi dan digital platform apa yang sering digunakan. Dengan demikian saat membuat konten busa maksimal dan bermanfaat,” kata Ahmad saat mengisi workshop literasi digital di Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi, Sleman, Yogyakarta, Jumat (19/8/22) dikutip NU Online. 

 

Kedua, pilih platform yang tepat untuk mempublikasikan konten. Ahmad memaparkan bahwa setiap platform memiliki karakteristik yang berbeda. YouTube misalnya, diakses dari berbagai kalangan, anak-anak hingga lansia. Untuk Facebook diakses umur 30 tahun ke atas, Instagram didominasi pengakses usia 30 tahun ke bawah dan penyuka foto. Tik tok diakses usia 25 tahun dan penyuka video pendek. Twitter dimainkan oleh pengguna teks padat, tidak bertele-tele dan usianya di atas 25 tahun.

 

“Ini bisa disesuaikan dengan konten yang pas untuk dipublikasikan,” terangnya.

 

Ketiga, konten yang sesuai dengan passion atau style. “Di media sosial ada daily vlog, hiburan, kecantikan, edukasi, gaming, dan lainnya. Kamu harus tahu jenis konten yang mau dibuat. Jika passionnya santri maka buat ke pesantrennya dan keislaman. Bisa wawancara kiai, olah hasil ngaji dan buat info grafis serta meme,” ujarnya. 

 

Keempat, konsistensi dan membangun jejaring dengan komunitas atau konten kreator lainnya agar menambah wawasan, pertemanan, juga dapat mempelajari bagaimana cara meningkatkan engagement sosial media.

 

Kelima, update dengan informasi dan tren kekinian. Keenam, evaluasi. Dan ketujuh, konsistensi menjadi kunci. “Tips menjadi konten kreator bisa jadi Story teller, fokus satu bidang, video sebagai media, bantuan personal branding,” ujar Ahmad. 

 

Pewarta: Syarif Abdurrahman
Editor: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru