• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 16 April 2024

Kota Bandung

Prof BQ: Bid’ah Terbesar adalah Perpecahan

Prof BQ: Bid’ah Terbesar adalah Perpecahan
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Jawa Barat, Prof. Dr. H Bambang Q Anees. (Foto: NUJO/Agung Gumelar)
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Jawa Barat, Prof. Dr. H Bambang Q Anees. (Foto: NUJO/Agung Gumelar)

Bandung, NU Online Jabar
Selayaknya pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tidak akan pernah dirubah, Nahdlatul Ulama (NU) pun punya Muqoddimah Qanun Asasi yang juga tidak akan berubah. Hal itu diutarakan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Jawa Barat, Prof. Dr. H Bambang Q Anees saat diskusi sebagai rangkaian Lailatul Ijtima’ di Masjid PWNU Jabar, Senin (1/8/22) malam. 

 

Prof BQ, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa hal pertama yang diungkapkan KH Hasyim Asy’ari dalam pidatonya pada saat memproklamirkan berdirinya NU adalah mengenai pentingnya persatuan. Persatuan, menjadi common sense yang seharusnya secara umum dimengerti oleh banyak orang mempunyai manfaat yang begitu besar. 

 

Terlebih Mbah Hasyim memperkuat pernyataannya tersebut dengan hadits Nabi tentang pentingnya persatuan, pentingnya berjamaah, dan pentingnya hidup berorganisasi.

 

‎يَدُاللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ فَاِذَاشَذَّ الشَّاذُّ مِنْهُمْ اِخْتَطَفَتْهُ الشَّيْطَانُ كَمَايَخْتَطِفُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ

 

“Tangan Allah bersama jama’ah. Apabila diantara jama’ah itu ada yang memencil sendiri, maka syaitan pun akan menerkamnya seperti halnya serigala menerkam kambing.”

 

“Dari bagian itu saja kita bisa lihat betapa Mbah Hasyim memilih cara komunikasi yang cerdas. Kalau kita mau otokritik pada diri kita, jangan-jangan cara kita berkomunikasi itu tidak dimulai dari apa manfaatnya bagi yang ngedengerin. Kita mulai dari Al-Qurannya begini, haditsnya begini, kitabnya begini, tetapi Mbah Hasyim memulainya bahwa ini manfaat, tidak ada satupun orang yang menolak, tidak meyakini, tidak memahami bahwa persatuan itu besar manfaatnya,” ujar Prof BQ. 


Persatuan akan terwujud jika adanya pemimpin. Dalam hal agama, pemimpin adalah ulama. Ulama yang seperti apa? Yang ilmunya mumpuni dengan sanad yang jelas dan melalui proses kritik. Syarat kedua disebut ulama adalah mereka yang mengajarkan ilmunya untuk umat.


Selanjutnya, setelah berbicara soal persatuan dan pentingnya hidup berorganisasi, Mbah Hasyim menyeru kepada para ulama dan pemimpin yang bertaqwa untuk tidak berpangku tangan terhadap apa yang sedang terjadi pada masa itu. 


Prof BQ menuturkan bahwa pada masa itu (1926) adalah situasi yang genting bagi umat Islam setelah pada tahun 1924 khilafah islamiyah dihentikan oleh Turki Utsmani sehingga umat Islam panik dan bingung mencari jalan keluar. Fitnah pada saat itu juga terjadi di mana-mana. Kemudian organisasi menjadi solusi jalan keluar yang ditawarkan dari kebuntuan ini. 

 

“Kalau melihat itu rupanya Mbah Hasyim khawatir organisasi-organisasi yang ada ini bukan cara penyelesaian yang baik. Satu sisi setuju bahwa organisasi itu penting, tetapi titik berangkatnya dari mana? Bagi Mbah Hasyim titik berangkatnya adalah lihatlah masyarakat kita dalam lautan fitnah kemudian tenggelam pada bid’ah bukan pada sunnah dan banyak orang yang berpangku tangan,” jelasnya. 

 

“Kemudian para ulama ini, orang yang menjadi anggota Nahdlatul Ulama adalah para ulama yang tadi itu, mempunyai tugas untuk membereskan semua itu,” lanjutnya. 

 

Kemudian, gagasan dan seruan inilah yang kemudian dikemukakan Mbah Hasyim ketika datang ke kiai-kiai di Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Dan kemudian disetuji oleh para kiai-kiai tersebut. 


“Mudah-mudahan dengan pembacaan bagian tengah dari Qanun Asasi ini kita semua kembali bersemangat menjadi ulama yang bertanggung jawab pada persoalan umat dan tidak berpangku tangan pada masalah yang ada di sekitar,” tandasnya.


Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru