Kota Bandung

Fatayat NU Jabar Gelar Diskusi Lintas Iman Pengenalan Islam Damai untuk Forum Keagamaan

Selasa, 30 Mei 2023 | 14:48 WIB

Fatayat NU Jabar Gelar Diskusi Lintas Iman Pengenalan Islam Damai untuk Forum Keagamaan

Kegiatan diskusi Pengenalan Islam Damai untuk Forum Keagamaan mengenai konsep moderasi beragama dan tantangan keberagaman serta keberagamaan di Gedung Dakwah PWNU, Selasa (39/5/2023). (Foto: NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar
Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Barat melalui Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) menggelar diskusi Pengenalan Islam Damai untuk Forum Keagamaan mengenai konsep moderasi beragama dan tantangan keberagaman serta keberagamaan di Gedung Dakwah PWNU, Selasa (39/5/2023). 


Forum ini melibatkan organisasi dan komunitas lintas iman seperti Gereja Kristen Pasundan (GKP), Sunda Wiwitan, Fatimiyah, Pemuda Hindu, Keuskupan Bandung, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Bandung, dan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (Muhammadiyah).


Ketua Bidang Litbang Fatayat NU Jabar, Neng Hannah mengatakan, diskusi ini dibagi menjadi dua tahap dengan pendekatan partisipatoris yang berarti setiap peserta merupakan narasumber dalam diskusi. Tujuannya, kata dia, agar setiap peserta ini memiliki kesempatan untuk berbicara dan menyampaikan gagasannya di dalam forum. 


Sesi pertama pada pagi hari, para peserta diperkenalkan dengan konsep moderasi beragama dalam konsep Islam wasathiyah.yang dijelaskan Katib Syuriyah PWNU Jabar KH Dr. Ramdan Fawzi. Kemudian berlanjut pengenalan perspektif kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) oleh Silvia Yazid, Akademi Universitas Parahiyangan 


“Kita sengaja mengenalkan konsep moderasi beragama yang menjelaskan bahwa memang sumbernya berasal dari Islam. Namun, hal ini juga berlaku bagi mereka yang di luar Islam. Konsep Islam damai itu ya harus dirasakan oleh umat Islam dan di luar Islam,” terangnya. 


“Diskusi ini akan berjalan selama 4 seri dan ini merupakan seri yang pertama. Oleh karena itu, kami ingin lebih ada penguatan terlebih dahulu dalam moderasi beragama dan perspektif GEDSI,” sambungnya. 


Kemudian sesi kedua di siang hari, para peserta dibagi menjadi 3 kelompok kecil secara terpisah dengan 1 fasilitator di setiap kelompoknya. Pada sesi ini para peserta melakukan dialog secara langsung dan terbuka untuk menyampaikan gagasannya.  


“Para peserta melakukan dialog terstruktur reflektif, jadi ada skenario dan tema yang dibahas sehingga setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk berbicara,” ujarnya. 


Neng Hannah berharap adanya kegiatan diskusi ini menumbuhkan sikap sepemahaman serta menumbuhkan komitmen untuk membentuk ruang aman untuk perempuan-perempuan muda lintas iman sehingga mereka merasa nyaman untuk berdialog bersama ke depannya. 


“Seri pertama ini memang lebih kepada indtoduction untuk saling mengenal satu sama lain, berbagi pengalaman sehingga bisa diharapkan timbul rasa nyaman dan aman untuk melakukan dialog ke depannya,” tuturnya.