Khutbah KHUTBAH JUMAT

Khutbah Jumat: Dakwah bil Hal Jadi Kunci Jalani Kehidupan di Masyarakat

Kamis, 12 Desember 2024 | 09:00 WIB

Khutbah Jumat: Dakwah bil Hal Jadi Kunci Jalani Kehidupan di Masyarakat

Kehidupan. (Ilustrasi: freepi.com)

Khutbah I 


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mengawali sidang Jumat kali ini, mari kita bersama-sama memanjatkan puji dan syuku kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan islam serta ihsan kepada kita semua, sehingga kita bisa menjalankan kehidupan di dunia ini dengan segala fasilitas yang ada. Tak lupa, shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah sukses menciptakan tatanan peradaban yang penuh santun dan kesopanan. Mudah-mudahan kita menjadi umatnya yang patuh pada sabda-sabdanya, dan kelak mendapatkan syafa'at uzhma-nya. Amin ya rabbal ‘alamin.


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup, berproses, berinteraksi dan berkomunikasi dalam sebuah lingkungan. Dimana kemungkinannya ada dua, yaitu lingkungan baik dan lingkungan buruk. Baik tidaknya lingkungan berimplikasi secara signifikan terhadap baik tidaknya tindakan dan perbuatan kita semua. Jika hidup dalam lingkungan yang sudah terbangun solidaritas tinggi, maka kita akan tergerak untuk mengikuti tindak langkahnya: menjadi unit masyarakat yang cinta gotong royong dan guyub rukun. 


Begitu juga sebaliknya: jika kita berada dalam lingkungan yang individualis, maka kita akan tunjukkan sikap yang sama: menjadi manusia yang hidup sendiri-sendiri dan bercerai berai. 


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab Qadlayal Fiqhi Wal Fikrul Mu’ashir menjelaskan:


فَتَكُوْنُ سَلِيْمَةُ الْبِيْئَةِ ضَرْوْرَةً حَتْمِيَّةً لِحِمَايَةِ النَّفْسِ وَالْأَهْلِ وَالأَوْلادِ وَالْجِيْرَانِ بَلْ وَالْحَيَاةِ كُلِّهَا مِنْ كُلِّ أَلْوَانِ السُّوْءِ وَالشَّرِّ وَالْفَسَادِ وَالنَّخَلُّفِ وَالضِّيَاعِ وَالتَّشَتُّتِ


Artinya: “Maka, lingkungan yang baik merupakan kebutuhan mutlak untuk melindungi diri sendiri, keluarga, anak, tetangga, bahkan seluruh kehidupan dari segala bentuk keburukan, kejahatan, kerusakan, keterbelakangan, kerugian, dan perpecahan”.


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mendengar penjelasan di atas, maka sudah semestinya menjadi kesepakatan bersama untuk membangun dan membentuk lingkungan yang baik agar kita semua menjadi pribadi yang baik. Bagaimana caranya? Di antara teknik yang paling efektif sepanjang masa adalah dengan memperbanyak dakwah bil hal. 


Dakwah bil hal adalah metode dakwah yang mengedepankan tindakan dan perilaku sebagai contoh nyata dalam menyebarkan ajaran kebaikan. Artinya, tindakan sehari-hari seseorang yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan mampu menginspirasi orang lain tanpa perlu banyak bicara.


Tidak hanya banyak berkata-kata, tapi tunjukkan kebaikan nyata dengan keteladanan. Tidaklah sesuatu yang kita perintahkan daripada kebaikan, tentunya sudah kita kerjakan. Tidaklah nasihat yang disampaikan kepada orang-orang, kecuali semuanya itu telah diamalkan oleh kita sendiri. 


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Dakwah bil hal dan memberikan keteladanan secara langsung dinilai lebih efektif daripada dakwah bil lisan dalam membentuk lingkungan yang bermoral dan bertatanan Islam.


Dalam kitab Maraqil Ubudiyah, Syekh Nawawi mengungkapkan bahwa:


وَطِبَاعُ النَّاسِ الَى اْلمُسَاعَدَةِ فِي الأَعْمَالِ أَمْيَلُ اِلَيْهَا مِنَ الْمُتَابَعَةِ فِي الأقْوَالِ


Artinya: “Sifat manusia cenderung lebih suka membantu dalam perbuatan daripada mengikuti dalam perkataan.”


Perkataan ini mengingatkan kita bahwa manusia biasanya lebih tergerak untuk ikut serta dalam tindakan nyata daripada hanya mendengar kata-kata. Maksudnya, orang cenderung lebih terinspirasi dan mudah meniru jika melihat contoh langsung melalui perbuatan atau aksi yang dilakukan seseorang, bukan sekadar mendengar nasihat atau ucapan.


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat bahwa tindakan nyata seperti membantu orang lain atau berbuat baik lebih berdampak dan bisa memotivasi orang untuk melakukan hal yang sama, dibandingkan hanya dengan kata-kata yang mungkin terdengar baik tapi tidak diikuti dengan tindakan nyata. Syekh Nawawi juga mengatakan:


لِسَانُ اْلحَالِ أَنْطَقُ مِنْ لسانِ الْمَقَالِ


Artinya: “Perbuatan lebih mengena daripada sekedar ucapan.”


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kembali ke sejarah awal keberhasilan nabi, sahabat dan ulama salaf dalam misi dakwahnya. Mereka menyelaraskan dakwah bil lisan dan dakwah bil hal. Nabi Muhammad saw mengubah tradisi di lingkungan jahiliyah yang buruk menjadi lingkungan yang baik secara perlahan. Rasulullah melakukan demikian antara lain karena perintah Allah agar beliau menyempurnakan akhlak.


Sayyidina Abu Bakar pun demikian. Ketika menyeru masyarakat untuk berlaku jujur dengan mengatakan اَلصِّدْقُ أَمَانَةٌ (kejujuran adalah sebuah amanah), maka sedari awal beliau sendiri memang sosok yang sangat jujur, bahkan mendapat julukan “Ash-Shiddiq”. Begitu juga para ulama salaf, tidak hanya menganjurkan umat untuk menginvestasikan hartanya di jalan Allah, tapi sekaligus dibuktikan dengan tindakan nyata. 


Dalam kitab Al-Maushu’ah Al-Fiqhiyyah dijelaskan bahwa di antara cara dakwah nabi dan ulama salaf adalah dengan memberi makanan kepada orang miskin, memberi pakaian kepada mereka yang membutuhkan, menyantuni anak Yatim dan membantu orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan, mendirikan tempat pembelajaran untuk mengadakan kegiatan pendidikan, hingga mengajarkan Al-Qur’an dan hadits kepada mereka semua. 


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Menjadi pesan moral kepada kita semua, khususnya kepada khatib sendiri untuk tidak hanya pandai bersilat lidah, tapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai keteladanan dan kerja nyata agar mampu membangun lingkungan yang baik.


Abdullah Alawi al-Hadhrami dalam kitab An-Nashaihud Diniyah wal Washayal Imaniyah pernah menjelaskan: 


إذا لَمْ يَنْتَفِعِ اْلعَالمُ بِعِلْمِهِ في نَفْسِهِ فَكَيْفَ بِهِ غَيْرُهُ؟


Artinya, “Kalau ilmunya tidak bermanfaat kepada dirinya, bagaimana mungkin bisa bermanfaat kepada orang lain?”


Lebih jelasnya, jika dia hanya mengingatkan orang lain untuk berbuat baik, sementara dirinya berprilaku buruk, maka sulit kemungkinannya mereka menjadi baik, atau bahkan ajakan baiknya tidak akan memperoleh hasil apapun.


Karena itu, sudah seharusnya disadari bahwa faktor determinan dari krisis moral yang melanda lingkungan Indonesia bahkan dunia adalah karena krisis dakwah bil hal. Lebih banyak seorang da’i yang menyerukan kebaikan daripada yang memberi contoh kebenaran.


Sayyidina Umar bin Khattab ra pernah berkata:


إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ قَالُوْا وَكَيْفَ يَكُونُ مُنَافِقًا عَلِيمًا؟ قَالَ عَلِيْمُ اللِّسَانِ جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ


Artinya, “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya: ‘Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar?’ Sayyidina Umar ra menjawab, ‘Yaitu orang yang pandai berbicara tapi hati dan perilakunya bodoh’.”


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Menunjukkan amal baik tidak semuanya merupakan tindakan yang tidak terpuji. Justru sangat dianjurkan jika bertujuan memberi motivasi kepada orang lain untuk berbuat baik. Di saat mereka berani tanpa ragu memamerkan tindakan amoral dan perbuatan tidak baik yang akan berdampak negatif terhadap lingkungan, maka kita harus lebih berani memperlihatkan perbuatan baik dan positif agar orang-orang di sekitar kita lebih cenderung berbuat baik karena nilai-nilai positif mendominasi nilai-nilai negatif.


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Penjelasan khatib tadi terinspirasi dari pandangan Imam Syaukani ketika menafsirkan surat Adh-Dhuha ayat 11:


وَأمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ


Beliau menjelaskan ayat tersebut seperti ini:


فَلْيُبَالِغْ فِيْ اِظْهَارِهَا بِكُلِّ مُمْكِنٍ مَالَمْ يَصْحَبْ ذلِكَ الْإظْهَارَ رِيَاءٌ أَوْ عُجُبٌ أَوْ مُكَاثِرَةٌ لِلْغَيْرِ


Artinya, “Maka tampakkanlah kenikmatan yang didapat dengan terang-terangan, selama tidak disertai dengan riya’, ujub dan membanggakan diri kepada orang lain”.


Karena itu, mari kita semua menunjukkan keteladanan dan menampakkan perbuatan baik, dengan tujuan memberi motivasi dan contoh kepada orang di sekeliling kita, agar lingkungan kita menjadi baik dan positif! 


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


Khutbah II


َلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


‎اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ ‎اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. ‎اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. ‎اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Penulis: Ustadz Muqoffi
​​​​​​​Sumber: NU Online